Robot Tikus

44 4 0
                                    

Semilir angin malam berhembus menusuk kulit Evril dan Escy yang tengah berada di luar. Berjalan masuk ke villa mereka. Hati Evril merasa gundah hingga ia memeluk tubuhnya sendiri. Ia menoleh ke kanan dan kiri karena ia merasa seperti ada yang sedang mengawasinya.

"Evril, kok lo diam aja di sono? Ayo masuk," ucap Escy saat ia telah membuka pintu villa yang mereka tinggali.

"Em ... gak apa, kok," jawab Evril sambil masuk ke villa itu. Derit pintu berbunyi memecah keheningan tatkala Evril menutup pintu.

Keesokan Harinya.

Jam beker berbunyi membangunkan Andi yang sedang tertidur dengan nyenyaknya.

"Argh, berisik!" seru Andi sambil mematikan jam beker yang sedari tadi berdering itu.

Kesal. Andi pun melihat jam beker yang usai berdering itu. Matanya yang kabur karena habis bangun tidur itu mulai terlihat sangat jelas hingga dengan jelas pula ia melihat jarum jam yang sedang menunjukkan pukul delapan pagi.

"Aaaaa!" jerit Andi histeris.

Lantas, Andi pun langsung melempar jam beker tersebut ke ranjang dan beringsut turun. Jeritannya itu bergema mengisi satu villa tersebut. Jeritannya yang sangat kuat itu melebihi toa ataupun suara halilintar. 

"Nandra, Alliando! Kenapa kalian gak membangunkan gue?!" jerit Andi lagi.

"Itu anak kenapa?" tanya Aliando saat mendengar suara jeritannya yang terdengar sampai dapur itu.

Aliando duduk di meja makan dengan jemari yang sibuk mengetik sesuatu pada laptop kepunyaan Evril yang sengaja ia pinjam saat subuh. Kedua netranya juga sangat fokus memperhatikan layar laptop. Meja makan itu sangat berantakan yang diisi oleh berbagai jenis perkakas yang dibutuhkan oleh seorang robotik.

"Entahlah. Mungkin saja dia diganggu lagi sama kuntilanak itu." Nandra mengambil garam yang ada di samping kompor gas. Lalu memasukkannya ke masakan yang sedang ia masak.

Percakapan terhenti. Nandra dan Aliando sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing hingga Evril dan Escy datang. Kedua gadis itu duduk di meja makan. Memerhatikan kesibukan yang sedang Aliando kerjakan. Nandra yang mengetahui keberadaan Evril dan Escy hanya tersenyum tipis. Sementara Aliando--ia mengacuhkan mereka.

"Apakah sudah siap?" tanya Evril.

"Tinggal sedikit lagi," jawab Aliando. Selintas ia menoleh ke arah Evril dan kemudian ia kembali sibuk dengan kesibukannya.

"Wah ... lo udah cocok banget jadi robotik," ucap Escy kagum saat ia melihat sebuah robot yang berbentuk seperti tikus. Ia meraih robot tersebut dan melihat ke segala penjuru sisi robot tersebut. Ia juga menutup sebelah matanya dan mendekatkan matanya ke sebuah benda kecil yang terdapat pada robot tersebut.

"Aaaa! Gue telat!" seru Andi lagi sambil berlari menuju dapur.

Andi memakai seragam sekolah yang acak-acakan. Baju setengah keluar, dasi yang masih berantakan dan rambut yang acak-acakan. Gumpalan air liur juga masih menempel pada ujung bibirnya. Nandra, Evril, Aliando, dan Escy menatapnya kosong. Mereka bingung kenapa Andi memakai seragam sekolah. Sementara Andi berdecak kaget saat melihat temannya itu malah santai-santai tak memakai seragam sekolah. Padahal, hari sudah menjelang siang. Sang matahari mulai meninggi tuk memancarkan cahaya siang panasnya.

"Kalian kenapa masih belum bersiap-siap juga? Lihat itu jam! Sudah jam sepuluh dan kita sudah sangat terlambat!" seru Andi sambil menunjukkan jam dinding yang berbentuk bundar itu.

"Sekarang hari minggu," jawab Evril

"Dan lo sekolah di hari minggu? Lo gila apa sinting?" tanya Escy sambil tertawa pecah sambil memukul-mukul meja hingga meja tersebut menghasilkan getaran dan mengganggu pekerjaan Aliando.

"Escy, jangan mukul-mukul meja," ucap Aliando.

"Ups, maaf-maaf." Escy terkekeh pelan.

"Hari minggu?" tanya Andi pelan sambil meraih hp-nya dari saku celananya.

Andi menatap layar handphone-nya dan melihat hari yang tertera di layar handphone-nya itu. Ia terkekeh dan tersenyum menahan malu. Sangat konyol. Siapa yang pernah bertingkah seperti Andi? Jika pernah, maka apa yang readers rasakan? Merasa malu atau merasa bodoh?

"Kirain sekarang hari sabtu." Andi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal itu. Lantas, ia pun berbalik badan. Kembali ke kamar tuk mengganti seragam. Ia menepuk jidatnya dan bergumam, "Dasar bodoh!"

"Ada-ada saja tuh anak." Andi menggeleng pelan sambil menuangkan masakannya ke mangkuk.

"Sayurnya dah siap," ucap Nandra sambil menyajikan sayur tersebut ke meja makan.

"Wah, kayaknya enak." Kedua netra Escy berbinar tatkala ia melihat sayur yang disajikan oleh Nandra itu.

"Escy, lo kan sudah makan tadi pas jam tujuh" Evril menangkap tangan Escy yang hendak memakan sayur tersebut.

"Itu kan tadi," ucap Escy kesal.

"Kalau masih lapar gak apa-apa, kok. Lagian, gue masaknya berlebih," kata Nandra sambil meletakkan nasi dan piring ke meja. "Aliando, sebaiknya lo stop dulu ngerjain itu, kan masih banyak waktu," lanjutnya.

"Baiklah." Aliando menurut. Lalu, ia mematikan laptop tersebut dan merapikan barang-barang kepunyaannya.

"Jadi, jam berapa kita ke rumah itu?" tanya Evril.

"Sekitar jam tiga sore aja," saran Escy setelah ia menyendok sesendok lebih nasi ke piringnya.

"Ide bagus. Bagaimana dengan lo Al?" tanya Nandra.

"Terserah kalian aja," jawab Aliando datar.

"Ke rumah siapa?" tanya Andi tiba-tiba. Keberadaannya yang tiba-tiba itu membuat teman-temannya kaget. Andi pun ikut duduk di salah satu bangku yang kosong di meja makan. Kedua netranya berbinar saat menatap makanan yang tampak sangat lezat itu.

"Selamat pagi teman-teman," sapa Angel yang baru tiba sehabis pergi entah ke mana.

"Angel? Lo ...." Andi tak percaya akan penglihatannya yang dapat melihat Angel pagi itu. Seharusnya, ia hanya dapat melihat Angel ketika malam saja.

"Kaget ya? Sekarang aku juga bisa kayak si Naura. Namun, aku hanya dapat dilihat oleh kalian berlima dan orang yang memiliki indra keenam saja," jelas Angel.

"Kok bisa?" tanya Andi. Ia mengedipkan kedua matanya secara berulang. Masih tidak percaya kalau Angel dapat ia lihat secara langsung.

"Itu ... rahasia," jawab Angel sambil tersenyum. Ia pun duduk berseberangan dengan Aliando. "Jadi, gimana sama robot tikusnya itu? Sudah selesai?" tanyanya.

"Ya, hanya sentuhan terakhir dan robot itu siap jadi mata-mata," jawab Aliando.

"Bagus. Jadi, jam berapa kita ke rumah itu?" tanya Angel lagi.

"Jam tiga sore," jawab Nandra.

"Baiklah."

"Ke rumah siapa?" tanya Andi.

"Ke rumah bekas pembantaian keluarga itu. Kita akan melihat jiwa mereka yang masih menetap di rumah itu," jelas Nandra

"Karena kita gak bisa masuk, jadi Aliando menciptakan sebuah robot yang dipasangi kamera CCTV mini. Nah, robot itu akan masuk ke rumah itu dan melalui CCTV itu kita dapat melihat keadaan di dalam rumah tersebut tanpa masuk ke rumah itu. Kita akan melihatnya melalui laptopku," lanjut Evril.

"Ooo ...." Andi mengangguk mengerti. "Jadi, kita akan tetap di sini, kan?"

"Ya enggak lah. Kita nanti akan ikut pergi ke rumah itu karena robot itu hanya menerima signal dari laptopku dalam jarak kurang lebih sepuluh meter. Kita akan berada beberapa meter dari rumah itu," jelas Evril lagi.

"Gak mau ah. Gue gak mau mati sekarang," tolak Andi.

"Kalau gak mau ya terserah. Lo akan tetap di sini bersama dengan kuntilanak itu," ujar Escy santai.

Perkataan Escy mampu membuat Andi kembali berpikir antara mengikuti teman-temannya atau tetap menetap di villa itu sendiri. Jika ia ikut bersama teman-temannya, ia merasa takut berjumpa dengan hantu keluarga itu. Namun, di sisi lain ia juga tidak ingin bersama dengan kuntilanak yang baginya sangat menjengkelkan itu. Pusing.


Gadis Misterius (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang