01 ; how we meet

18.4K 2.4K 1.1K
                                    

"Andai ayah masih hidup, maka ibuku pasti masih bisa bahagia di waktu ini

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Andai ayah masih hidup, maka ibuku pasti masih bisa bahagia di waktu ini."

•••

"Bukan saya yang melakukannya," ucap pemuda dengan matanya yang dingin.

"Jangan mengelak! Jelas-jelas saya melihat sendiri bagaimana kamu mengambil uang Daniel dari loker." Pak Lee-guru bimbingan konseling di sekolah ini, dia berkacak pinggang sembari menatap tajam ke muridnya yang satu itu.

"Terserah." Pemuda itu melemparkan amplop cokelat berisi uang ke arah gurunya sendiri. Takut? Tidak, dia tidak takut. Jelas-jelas ia tidak mencuri, bahkan dia mencoba menolong sang korban.

"Sikap apa ini yang kau tunjukkan, Park Jisung?!" Yang dipanggil hanya bisa memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Raut wajahnya terlihat santai, bahkan terlampau santai.

Jisung menyeringai kecil menatap Pak Lee. Guru BK yang sangat mata duitan, jelas-jelas dia difitnah saat ini. "Baiklah, anggap saya yang mencuri. Lalu, apa hukuman untuk saya?"

"Skors selama dua hari." Jisung menyunggingkan senyum tipis yang sangat tipis. Pemuda itu pun mengangguk pelan, kemudian dia mengambil tasnya lalu pergi dari tempat itu.

"Wah, kita lihat siapa yang dihukum sekarang?" Itu adalah Jeon Jungkook. Musuh bebuyutan Park Jisung yang kini tengah menghadang jalannya, tentunya Jisung tak heran lagi bila dia difitnah kali ini.

"Minggir, kau menghalangi jalanku, sampah." Jisung melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap datar pemuda bergigi kelinci itu.

"Hei, santai! Ayolah, bukannya ini seru?" Jisung menyeringai kecil.

"Hanya seorang sampah yang menganggap ini lelucon." Detik itu pula, satu tinjuan melayang di hidung Jungkook. Dengan santai Jisung berjalan melewati pemuda yang tergeletak dengan hidung berdarah. Sungguh, waktunya terbuang sia-sia karena cowok itu.

"Dasar sialan!" umpat Jungkook, dan Jisung tidak peduli dengan hal itu.

Dengan sepeda hitam miliknya, Jisung sudah meninggalkan kawasan sekolahnya. Udara segar pada pagi hari benar-benar menyejukkan. Beberapa kali Jisung memejamkan mata sembari menikmati udara di sekitar. Untungnya jalanan sepi, jika tidak bisa saja dia menabrak sesuatu.

Helaan napas pelan kini keluar dari mulut Jisung. Ia berhenti mengayuh di tepi jalan. Perlahan kepalanya mengadah menatap langit. "Ayah, hari ini cukup menyenangkan." Pemuda itu kini terkekeh kecil.

Dia kembali melajukan sepedanya ke tempat itu. Rumah sakit jiwa. Tempat di mana ibunya dirawat, sudah sekitar empat tahun sang ibu dirawat di sana. Kini Jisung hanya tinggal sendirian di kontrakan kecil.

For Jisung | Park Jisung✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant