4.4 ; mission

3.4K 615 294
                                    

 "Memikirkan bahwa aku akan bersamamu besok memberikan aku kekuatan untuk melalui hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

 "Memikirkan bahwa aku akan bersamamu besok memberikan aku kekuatan untuk melalui hari ini."

•••

"Sung, cepatlah bangun." Ara tersenyum lirih sambil menggenggam tangan Jisung.

"Aku menemui ayahmu tadi. Ternyata, dia mengabulkan permintaanku." Ara terkekeh miris.

"Sung, aku berharap ucapanmu itu tidak kau ingkari. Lihatlah, kau sudah memberikan cincin di jariku. Jangan buat dia menjadi tak bernilai di matamu." Ara masih setia menggenggam tangan Jisung dan mengecupnya berkali-kali.

Ia tak peduli jika bajunya masih basah begitu juga dengan tubuhnya. Mina dan Soobin sudah pamit pulang duluan, sedangkan Felix mengantar Yura pulang. Dan, hanya tersisa Hyunjin di sini. "Ara, kita pulang dulu. Kau bisa sakit jika tidak mengganti pakaian."

"Tidak, aku mau menemani Jisung di sini." Ara tersenyum tipis ke arah Hyunjin.

Hyunjin mendekat, dia pun melepaskan jas hitam yang dia pakai dan mengenakannya ke tubuh Ara. "Aku akan beli makanan, kita makan bersama di sini. Mau?" Ara mengangguk pelan.

Hyunjin menghela napas, pria itu kini melenggang pergi dari sana. "Sung, kenapa kau merahasiakan ini semua dariku? Tentang rasa sakit yang kau hadapi. Tolong, jangan lakukan itu lagi ya? Kau membuatku khawatir setengah mati."

"Ah ya, kau membuatku marah. Bukankah waktu itu kau bilang kalau itu terakhir kalinya kau terbaring di atas tempat ini? Kenapa kau melakukannya lagi? Aku ... tidak bisa melihatmu seperti ini, apakah kau senang melihatku menangis?" Ara menyeka cepat air matanya.

"Kau harus sembuh. Harus sembuh! Jika tidak, aku akan membuang cincin ini di Sungai Han!" Ara mengeratkan jas yang melekat ditubuhnya. Kedua bahu perempuan itu bergetar pelan, ia menunduk dan menangis tanpa suara.

Bayangan tentang Jisung kini memutar begitu saja di dalam benaknya. Pertemuan awal dengan pemuda itu, sikapnya yang sangat formal dan dingin, ciuman pertama yang telah ia ambil seenak jidat, dan hari jadi mereka.

Semua terekam begitu jelas di memori Ara. Bagaikan film romansa yang diperankan oleh dirinya sendiri. Namun, itu semua terasa sesak ketika kembali pada kenyataan. Pria yang ada di dalam benaknya, kini terbaring lemah di atas bangsal rumah sakit dengan infus di tangan.

"Kumohon bangun, aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Park Jisung, aku mencintaimu. Kau juga kan?"

Ceklek!

Seorang perawat kini datang dengan catatan di tangan kanannya. "Maaf, Nona. Sekarang jadwalnya pasien untuk pemeriksaan."

Ara mengangguk mengerti, dia menjauh dari sana dan membiarkan perawat itu menyuntik tangan Jisung. "Apa dia akan pulih dengan cepat?"

For Jisung | Park Jisung✓Where stories live. Discover now