4.9 ; another story

3.8K 588 225
                                    

"Secarik lembar tentang cerita mereka yang belum tertulis dengan tinta hitam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Secarik lembar tentang cerita mereka yang belum tertulis dengan tinta hitam."

.

Ara terbangun dari tidurnya.

Ia pun merenggangkan semua otot di tubuhnya. Kini, dia beranjak dari kasur dan segera menemui semua orang yang sudah berkumpul di ruang makan. Sebenarnya, Ara sendiri tidak tahu bagaimana cara mereka menemukan dia dan juga Jisung pada malam itu.

Apalagi di tengah hutan, pasti sangat sulit.

"Oh, kau sudah bangun. Bagaimana kondisi kedua lututmu?" tanya Mina yang kini menghampiri Ara.

"Sudah lebih baik karena salepmu, terima kasih," jawab Ara sambil tersenyum.

"Kalau begitu, ayo sarapan. Mereka menyiapkan banyak sekali bahan makanan untuk kita semua," ajak Mina sembari menarik lengan Ara. Gadis itu pun duduk di salah satu bangku di ruang makan ini.

Ara mengedarkan pandangannya pada semua orang, semuanya lengkap tapi kurang satu orang. Di mana Jisung? Bukankah kemarin malam mereka berdua ditemukan secara bersamaan?

"Bin, Jisung di mana?" Soobin menepuk pelan jidatnya.

"Aku—"

"Mungkin pingsan di kamar," celetuk Jungkook yang kini memakan pasta miliknya.

"Mulutmu ya," cibir Jira.

"Kau tau kan kalau Jisung sulit dibangunkan? Sekarang sudah jam 9, tapi dia belum bangun," bisik Soobin. Seketika, Ara terkekeh kecil. Dia pun memutuskan untuk beranjak dari ruang makan untuk membangunkan kekasihnya.

"Kau mau memanggil Jisung?" Ara mengangguk.

"Kau harus ekstra sabar menghadapinya." Chenle menepuk pelan pundak Ara.

Ara pun bergegas menaiki satu persatu anak tangga yang ada di vila ini. Tangannya terulur ke udara dan memutar kenop pintu kamar Jisung. Senyumnya terbit begitu saja ketika pandangannya jatuh pada sosok pemuda yang tengah tertidur pulas di atas kasur.

Wajah polos Jisung saat ia tertidur membuat Ara terkekeh gemas. Gadis itu pun duduk di tepi kasur Jisung dan menyibak selimut yang membaluti tubuh pemuda tersebut. "Sung, bangun."

Tidak ada respon.

Ah, Ara baru ingat ketika dulu dia membangunkan Jisung dengan susah payah. Walau dia sudah berteriak, itu tidak akan ada pengaruhnya sama sekali untuk Jisung. Gadis itu menghela napasnya pelan, tangannya kini mengusap rambut hitam Jisung.

For Jisung | Park Jisung✓Where stories live. Discover now