4.2 ; way back home

3.4K 664 335
                                    

"Bukan dunia yang kejam, melainkan semesta yang terlalu pandai dalam memainkan perannya

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Bukan dunia yang kejam, melainkan semesta yang terlalu pandai dalam memainkan perannya."

•••

Sudah seminggu, dan kondisi Jisung sangat membaik. Dia pulih dengan begitu cepat, seperti yang sudah direncanakan hari ini dia kembali ke Korea bersama Kai.

Mereka masuk ke dalam pesawat hingga transportasi udara itu mengudara. Butuh waktu sekitar 5 jam untuk sampai ke tempat tujuan. Jisung langsung menuju tempat pengambilan koper bersama Kai. Tak lupa, kini dia menghubungi Ara.

"Aku sudah sampai di Korea. Tidak usah menjemputku, ada temanku."

"Baiklah, aku menunggumu."

Sambungan telepon itu terputus sepihak. Kai dan Jisung kini menunggu taksi yang hendak mereka naiki. "Terima kasih sudah menemaniku selama seminggu di Singapura, Kai. Aku jadi tidak enak pada dirimu."

"Tak apa, Tuan. Ini tugasku, anda harus memerhatikan kesehatan dengan baik. Dan, saran saya cobalah untuk jujur pada Nona Ara. Jangan buat dia tau dari orang lain." Kai benar, Jisung menghela napas dan mengangguk. Mungkin, setelah ini dia akan mengatakan semuanya.

Gadis itu pasti marah jika mendengar pernyataan itu, tapi tak sampai tiga hari.

"Pak, bisa lebih cepat sedikit?" Sopir itu mengangguk.

Suasana menjadi hening kembali, hanya ada lantunan lagu dari radio yang dinyalakan, Jisung menoleh ke luar jendela sambil mengukir senyumnya di wajah. Sungguh, dia tidak menyangka bisa sampai ditahap ini. Seperti mimpi yang tak pernah terbayangkan olehnya.

Walau dia pernah tidak direstui oleh Haneul, tapi Jisung bersyukur. Karena wanita itulah yang membantunya mengenal lebih dalam apa itu perjuangan untuk cinta, dan bagaimana caranya untuk berjuang.

Kondisi masih hening, Kai bermain sejenak dengan ponselnya, dan sopir menyetir dengan serius, tapi di detik selanjutnya raut wajah itu menjadi panik.

"Maaf, Tuan. Remnya blong!"

"A-apa?!" pekik Kai dan Jisung secara bersamaan. Bagaimana sekarang? Ini adalah jalan raya, dan ada banyak kendaraan di sini. Bagaimana jika terjadi sesuatu?

"Aku akan menelepon Hyunjin."

"Halo?"

"Sial, taksi yang kami tumpangi remnya blong!"

"Apa?! Di mana kalian?"

"Jalan raya, aku tidak tau nama jalannya."

"Aku akan segera ke sana, kirim saja lokasinya padaku sekarang."

"Iya—"

Brak!

•••

For Jisung | Park Jisung✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum