3.4 ; . is this happy ending?

3.6K 736 328
                                    

"Mungkin mudah untuk memaafkan, tapi sulit untuk melupakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mungkin mudah untuk memaafkan, tapi sulit untuk melupakan."

•••

Kangen banget sama kalian😭😭✊✊

.

"Apa maksudmu? Aku tidak punya adik." Ara menyeringai kecil. Benarkah? Bukankah secara tidak langsung Jisung dan Felix itu bersaudara?

"Ah, begitu rupanya. Lalu, siapa itu Park Jisung bagimu? Anak dari pembunuh ibumu? Miris sekali, harusnya aku melarangnya untuk melakukan ini semua," sarkas Ara sambil menatap tajam ke arah Felix.

Pemuda itu terdiam.

"Maksudmu, Jisung yang mendonorkan-"

"Iya. Dia terlalu baik, lihat dirimu. Kau bahkan tidak menganggap dirinya sebagai seorang adik, di mana hati nuranimu?!" Felix sedikit terkejut, ternyata Jisung yang menolong nyawanya? Pemuda itu tampak berpikir keras, entah apa yang dia pikirkan.

"Jaga dirimu baik-baik, aku mau menemui Jisung dulu." Ara pergi meninggalkan ruangan itu.

"Tunggu, di mana ruangan Jisung?"

"Kau mau menemuinya? Untuk apa? Mencoba untuk membunuh Jisung seperti apa yang kau lakukan pada ibunya?" Felix menggeleng cepat, tidak bukan itu maksudnya. Ia hanya ... merasa sedikit bersalah.

"Kumohon." Ara berdecak lalu mengangguk. Dia pun membantu Felix duduk di atas kursi roda, dan mendorongnya sampai ke ruangan Jisung.

Pemuda itu masih memejamkan matanya dengan rapat, enggan untuk membuka mata. Padahal, kondisinya sudah baik-baik saja. Felix mendekat bersama kursi rodanya, dia menatap kosong sosok yang ada di depannya.

"Bisa tinggalkan aku? Aku tidak akan berbuat macam-macam." Ara menghela napas, kemudian beranjak dari sana.

Setelah kepergian Ara, Felix kini meraih tangan Jisung. Menggenggamnya erat, lalu menangis kecil. "Maafkan aku, aku bersalah. Maaf," ucapnya sambil terisak.

Bukankah dia orang terburuk di dunia? Mencoba membunuh ibu tirinya, dan kini membuat sang adik terbaring dengan kondisi lemah. Felix bersalah, dia menyesal telah melakukan itu semua. Ia hanya tersulut emosi lalu termakan omongan Jungkook.

"Aku ... maafkan aku, harusnya ini semua tidak terjadi." Felix mengusap pelan rambut cokelat milik Jisung. Pemuda itu masih menangis.

"Benar apa kata mereka. Kau terlalu baik, kenapa kau melakukan ini semua, huh? Tidakkah kau berpikir apa akibat dari perbuatanmu? Kenapa kau tidak membiarkanku mati saja?!" Kedua bahu Felix bergetar hebat, tembok putih yang ada di sini menjadi saksi bagaimana dia sangat menyesali semua perbuatannya.

For Jisung | Park Jisung✓Where stories live. Discover now