43. the Past

673 115 26
                                    

.Chapter 43.

.the Past.


"apa kau tak bertanya kenapa aku kemari?" tanya Hyunjin.

"benar, kau jauh-jauh kemari. . apa kau sedang mengumpulkan pengalaman untuk menjadi Mentri pendidikan berikutnya di Wei?" tanya Suji tanpa menatap Hyunjin.

"benar" jawab Hyunjin. Wajahnya jelas berkata sebaliknya, ia hanya tak ingin membuat suasana semakin canggung di antara mereka.

"sebenarnya, aku juga . . merindukanmu" ujar Hyunjin begitu saja.

Suji terdiam, dalam sekejap ia mengalihkan perhatiannya untuk menatap Hyunjin. Suji menunduk setelah menyadari sikap tak pantasnya saat ini. Suji menghela napas dalam dan memasang senyum kecilnya.

"Hwang Hyunjin. Aku bahagia." Ucap Suji dengan jujur. Hyunjin mengangkat wajahnya dengan tatapan sendu miliknya.

"disini, bersama Jin Wang. Aku sangat bahagia." Ucap Suji dengan lembut.

"sungguh? Apa kau tidak sedang berbohong?" tanya Hyunjin tak percaya.

"tidak, aku bersungguh-sungguh. Aku memang tidak membencinya sejak awal. Aku juga tak tahu kapan perasaan itu berawal tetapi sekarang . .. aku hanya bisa melihatnya di hatiku. Aku hanya ingin terus berada disisinya dan selalu ada untuknya" ungkap Suji tulus.

"aku mencemaskanmu, sejak Lim Shu Fei dijatuhi hukuman mati. . aku khawatir bila kau terus berada disini. . tak ada yang bisa menebak isi pikiran Jin Wang" ungkap Hyunjin ragu.

"itulah yang ku pikirkan saat awal. Namun sekarang, aku dan Jin Wang adalah suami istri. Jika pun suatu hari nanti ia menghukumku mati. . itu adalah kewajibanku untuk menerima takdirku. Tapi aku akan selalu percaya padanya" ungkap Suji dengan tatapan penuh kesungguhan di wajah cantiknya.

"Wei Suji, aku berbicara padamu sebagai teman . . " Hyunjin berdiri tepat didepan Suji dan menatap wanita itu dengan lembut. Suji membalas tatapan Hyunjin untuknya.

Perlahan Hyunjin menggerakkan tangannya dan menyentuh puncak kepala Suji, seakan angin masa lalu yang terulang. Suji menatap wajah tampan Hyunjin dengan mata berbinar miliknya, ia ingat belaian kecil Hyunjin yang selalu ia berikan setiap merasa bangga akan Suji.

Perlahan senyum mengembang di wajah cantik Suji, ia menatap Hyunjin dengan perasaan lega. Hyunjin membalas senyum itu tak kalah lebar, setidaknya ia tahu bahwa Suji telah bahagia meski tanpa dirinya. itulah yang paling penting.

"terima kasih, Hyunjin Gege" lirih Suji lembut.

"berbahagialah. Dengan begitu, aku baru bisa menatapmu dengan tenang" batin Hyunjin dengan senyum tampan diwajahnya.

Dari kejauhan, Tzuyu memperhatikan hal itu dengan perasaan campur aduk. Ia membalikkan tubuhnya dengan air mata mengalir dari pelupuk matanya. Perlahan Tzuyu melangkah meninggalkan taman kediaman Pangeran Xiao.

Qiao yang melihat hal itu dari sisi yang berbeda juga mengerutkan alisnya. Ia kemudian melangkah meninggalkan taman itu dengan tatapan kecewa diwajahnya.

0.0

"Qiao, apa kau sudah membeli hadiah yang ku minta?" tanya Seok Jin dari tahta tempat duduknya.

"belum" jawab QIao dengan wajah seriusnya.

"benarkah? Tadi ku dengar kau sudah keluar dari Istana untuk membeli sesuatu" ujar Seok Jin dengan alis berkerut.

The Queen of ChinaWhere stories live. Discover now