#3

114 24 8
                                    

Hanya terdengar dentingan alat makan yang sesekali beradu, serta helaan napas dari orang yang ada di sana. Areum menatap dua kursi kosong yang ada di depannya. Gadis itu kembali membuang napas dan meletakkan sendok miliknya ke atas piring yang masih tampak penuh. Dia berjalan menuju wastafel dan membuang seluruh isi piringnya ke dalam tempat sampah.

Dia lalu mencuci piring dan gelasnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Lagi pula berbicara pun tidak ada gunanya. Itu hanya akan membuatnya menjadi gila.

Dia meletakkan kimchi dan beberapa makanan lainnya ke dalam kulkas. Lihatlah, bahkan isi kulkasnya saja terlihat sedikit mengerikan dengan apel yang mulai menghitam itu. Bahkan apel beracun di dalam dongeng saja warnanya merah. Diambilnya apel itu dan langsung dia lempar tepat ke dalam tempat sampah di bawah wastafel.

Areum melangkah menuju sofa dan menyalakan TV. Dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tampaknya tidak ada satu pun film yang bisa menarik perhatiannya. Akhirnya dia mematikan kembali benda itu dan memilih kembali ke kamar.

Tidak ada satu pun pesan atau panggilan yang masuk ke dalam ponselnya. Oke, dia tidak peduli orang tuanya pulang ke rumah atau tidak. Areum tidak peduli. Gadis itu lalu merebahkan tubuhnya di ranjang dan melakukan video call.

Dia tersenyum saat wajah seseorang terlihat di layar ponselnya.

"Ada apa?" tanya lelaki bernama Han Jisung di seberang sana.

"Sedang apa?"

"Hei, kenapa malah balik bertanya? Aku sedang bersama teman-temanku." Jisung mengarahkan kamera ponselnya ke arah teman-temannya.

"Hai, Areum." Salah satu dari mereka melambaikan tangan.

"Hai, Hyunjin. Tolong awasi Jisung. Jika ada gadis yang dia dekati tanpa sepengetahuanku, pukul saja kepalanya." Areum tertawa. Hyunjin mengacungkan jempolnya dan ikut tertawa.

"Aku mendengarnya." Jisung memprotes dan kembali memfokuskan kamera ke wajahnya. Bibirnya mencebik, pura-pura marah. Areum tertawa pelan.

"Kau kenapa? Terlihat sedih sekali," ujar lelaki itu kemudian seraya memasukkan camilan ke dalam mulutnya.

"Tidak juga. Aku hanya merindukanmu."

"Oho~ dari mana gadis ini belajar menggombal?" Jisung tergelak. "Aku serius,  Areum-ah. Kau sendirian lagi, ya?"

Areum menghela napas dan mengangguk. "Hm. Mereka semakin membosankan."

"Sudahlah, mereka juga bekerja untukmu."

"Mereka hanya menuntutku agar mendapat nilai bagus. Tapi saat aku sudah mendapatkannya, mereka bahkan tidak peduli." Areum mencebikkan bibir.

"Itu tidak benar. Jangan berpikiran begitu. Oh, iya. Kau sudah makan?"

"Hanya beberapa sendok. Ah, nafsu makanku benar-benar hilang."

"Hei, kau harus makan, atau aku akan marah," ancam Jisung.

"Memangnya orang tuanya jarang pulang?" terdengar suara Hyunjin yang bertanya.

"Hm. Mereka selalu sibuk," ujar Jisung.

"Ah, kasihan sekali. Mereka tega meninggalkan seorang anak perempuan sendirian di rumah."

Areum terdiam mendengar ucapan Hyunjin. Lelaki itu benar. Kasihan sekali dirinya.

"Kau sebaiknya tidur. Jangan memikirkan yang tidak-tidak. Mereka pasti akan pulang."

"Aku bahkan tidak peduli."

"Aish ... jangan begitu. Tidurlah."

"Baiklah. Kau juga, jangan pulang terlalu malam."

"Hm."

Panggilan dimatikan setelahnya. Tidur katanya? Kedua mata Areum bahkan tidak bisa dipejamkan sama sekali. Dia pun memilih membereskan bukunya untuk besok sekolah. Meskipun kehidupannya terasa membosankan, namun dia masih memiliki Han Jisung yang bisa diajak bicara.

Areum hendak menutup jendela kamarnya namun matanya tidak sengaja melihat ke sebuah kamar di depan sana. Tetangganya itu tengah sibuk berkutat dengan sebuah laptop. Entah dia sedang mengerjakan tugas atau hanya bermain game.

Terlihat begitu santai, namun dia beruntung karena memiliki orang tua yang peduli padanya.

Areum menoleh ke belakang. Sementara dia selalu sendirian.


Bonus pict:

Han Jisung (~ ̄³ ̄)~

Han Jisung (~ ̄³ ̄)~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Streetlight ✔Where stories live. Discover now