#34

65 17 0
                                    

Nyonya Yoon terlihat tertidur membelakangi pintu ketika Areum melihatnya ke kamar. Gadis itu menatap ibunya yang sedari tadi hanya diam di kamar. Dengan perlahan, dia kembali menutup pintunya dan kembali kamarnya.

Semuanya terasa berat sekali. Areum merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Dia menatap semua buku yang ada di atas meja belajarnya. Air matanya kembali luruh. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Di seberang sana, Changbin rupanya memperhatikan. Lelaki itu benar-benar ikut merasa sedih melihat Areum seperti itu. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya bisa menguatkan gadis itu.

Areum benar-benar terpukul kali ini. Setelah semua yang dia lakukan, keluarganya tetap hancur. Kedua orang tuanya memilih berpisah pada akhirnya.

"Yoon Areum ... " Changbin bergumam. Dia mendengar tangisan Areum semakin memilukan. Rasanya dia ingin pergi menghampiri gadis itu dan menenangkannya, namun saat ini Areum benar-benar membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.

***

Seseorang terlihat duduk di lapangan seraya memegang sebuah bola. Changbin tersenyum tipis dan segera menghampiri Areum yang duduk membelakanginya. Dia baru saja hendak mengagetkan gadis itu namun senyumnya seketika pudar begitu menyadari kalau Areum menangis.

"Kenapa kau menangis?" tanya Changbin. Dia segera mendudukkan tubuhnya di sebelah Areum. Gadis itu tidak menjawab. Kedua matanya menatap Changbin.

"Kenapa kau tidak pernah mengatakannya?" Gadis itu terisak.

"Soal apa?"

Areum menggigit bibirnya. Tangannya dia gunakan untuk mengusap kedua matanya yang basah. Dia kembali menatap Changbin. "Kau selalu menyuruhku agar selalu terbuka padamu, tapi kenapa kau justru menyembunyikan lukamu sendirian?" Sungai-sungai kecil itu mulai terbentuk kembali di kedua pipi Areum. Dia berulang kali menghapusnya, namun air matanya benar-benar tidak bisa dia bendung lagi.


Changbin terdiam. Lelaki itu justru tertawa pelan, tidak mengerti apa yang sedang Areum bicarakan.

"Kau ini bicara apa? Apa maksudmu?"

Areum kembali menghapus air matanya. "Kenapa kau tidak pernah bilang kalau orang tua kandungmu sudah meninggal? Nyonya Seo menceritakannya padaku. Kenapa kau selalu bersikap seakan kau baik-baik saja?"

Changbin terdiam. Dia lalu menghela napas pelan, kepalanya perlahan menengadah. "Kau tahu, kadang ada beberapa hal yang memang tidak bisa diceritakan kepada orang lain. Bukan karena tidak ingin, tapi memang karena tidak ada yang bisa memahami."

"Kau membuatku semakin tidak berguna. Kau pasti menanggung semua rasa sedihmu sendirian. Kau harusnya mengatakannya padaku, tapi kau selalu tersenyum seakan semuanya baik-baik saja." Areum memeluk Changbin dan menumpahkan air matanya. Lelaki itu sempat terkejut, namun tangannya perlahan mengusap bahu Areum. Lihatlah, bahkan kini wajah lelaki itu masih begitu tenang seolah tidak merasakan apa-apa.

Si pemilik aura gelap itu nyatanya memiliki hati yang begitu hangat. Senyuman yang selama ini dia tunjukkan, tidak lain adalah luka yang dia palsukan.

"A-aku akan pindah rumah," ucap Areum begitu menjauhkan tubuhnya. Dia mengusap salah satu pipinya dengan punggung tangan.

Changbin terkejut, dia sempat tidak percaya. Tapi Areum tidak mungkin sedang bercanda. Wajahnya terlihat semakin sedih. Itu artinya ... mereka juga akan berpisah.

"Aku dan Ibu akan tinggal bersama nenek. Kami akan berangkat besok pagi," ucap Areum seraya menunduk. Dia menatap bola basket yang berada di tangannya. Mulai besok, dia pasti akan merindukan benda itu. Juga pemiliknya.

Changbin masih belum mengatakan apapun. Lelaki itu bahkan masih berusaha mencerna setiap perkataan Areum. Dia terkejut, sekaligus sedih.

"Beri tahu aku ketika kau hendak berangkat," ucap Changbin pada akhirnya. Dia tersenyum tipis, namun wajahnya tampak murung.

Areum mengangguk. Dia lalu berdiri dan mengambil bola basket yang ada di dekatnya.

"Ayo main," ajaknya seraya tersenyum.

Aku tak ingin ada yang melihat betapa lemahnya diriku ini
Bagi orang-orang yang mengandalkanku, itu adalah sebuah kontradiksi
Bersikap kuat, bersikap seolah aku tak tak terluka, bersikap seolah tak ada yang salah
Aku hanya ingin menjadi sumber kekuatan bagi orang lain
Aku tak bisa menjadi alasan bagi mereka untuk kehilangan kekuatan
Aku tak punya keberanian untuk mengatakan "Kau bisa mengandalkanku", sebaliknya
Rasa sakit diam-diam terkunci di sebuah ruangan di hatiku tanpa ada jalan keluar
Saat kau menggenggamnya sekuat yang kau bisa, kau menjadi mati rasa karenanya
Aku pikir aku masih bisa menanggungnya, karena aku masih bisa menahannya.

- Seo Changbin -

Seo Changbin (ft Bangchan) - Streetlight🎶

Heuheu~ lanjut gak nih?

Streetlight ✔Where stories live. Discover now