#6

83 14 4
                                    

Salah satu hal yang dibenci Areum di rumahnya selain makan malam adalah sarapan. Dia selalu mendapati orang tuanya sibuk sendiri dengan gawai milik masing-masing.

Seperti saat ini.

Areum menarik kursi yang berada di depan kedua orang tuanya. Mereka tampak sibuk sarapan, sesekali tangannya mengetikkan sesuatu di layar datar itu. Areum menatap mereka bergantian. Rasanya dia lebih baik tinggal sendirian saja.

Ah, sial. Mood-ku sudah hancur bahkan sebelum keluar rumah, batinnya sebal. Dia mengambil sebuah sandwich dan menggigitnya dengan mata yang masih menatap dua orang dewasa itu.

Kalian menyebalkan.

Ayah dan ibunya mendongak saat melihat Areum beranjak dari kursinya. Gadis itu hanya menggigit sandwich-nya sekali dan meminum segelas susu.

"Aku berangkat." Areum memakai tasnya dan langsung pergi dari sana. Dia bahkan mengabaikan panggilan dari ibunya.

Dia tidak peduli. Kedua kakinya terus melangkah menjauhi rumah. Tangannya memijit pangkal hidung begitu sesuatu mulai merembes keluar dari salah satu pelupuk matanya.

Dia merasa tidak berguna berlama-lama tinggal di rumahnya sendiri. Orang tuanya bahkan tadi tidak menolehkan kepalanya sama sekali. Mereka juga tidak menanyakan kehidupannya di sekolahnya atau sekadar menyapa pun tidak.

Manakah yang harus dia benci? Rumahnya atau orang tuanya?

Areum mendudukkan tubuhnya di halte bersama dengan beberapa orang lain. Gadis itu menarik napas, mencoba melupakan kejadian tadi.

Beruntung bus datang tidak lama setelah itu. Areum langsung naik dan memilih tempat duduk di sebelah jendela. Hari ini ada ulangan dan dia harus fokus. Dia pun memasang headset di kedua telinganya dan mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.

Sial. Bahkan dia tidak bisa membuat orang tuanya bangga dengan nilai ulangan yang  sempurna. Entah ada berapa medali di kamarnya, namun itu tidak membuatnya senang sama sekali.

Itu keinginan ayahnya. Bukan Areum.

***

Areum menatap kertas ulangan yang sudah terisi jawaban. Waktu masih ada sepuluh menit lagi. Dia lalu mengedarkan pandangannya menatap satu per satu murid yang ada di sana. Mereka masih tampak mengerjakan, ada juga yang mencoba bertukar jawaban.

Apa aku harus membuat jawabanku salah? Ah, tidak ada gunanya. Ayah dan Ibu justru akan semakin marah. Aku bisa gila.

"Yoon Areum?"

Areum mengerjap dan menatap seorang guru yang berdiri di depan.

"Ya?"

"Kau sudah selesai?" tanya wanita yang umurnya hampir menginjak kepala empat itu.

"S-sudah."

"Kumpulkan kertas ulanganmu dan kau bisa keluar."

Semua murid menatap Areum yang berjalan ke depan. Meskipun gadis itu sering menyabet gelar juara kelas, namun wajahnya seakan mengekspresikan hal lain. Dia sering tertawa, namun terlihat sedih di saat yang bersamaan.

Beruntung dia satu sekolah dengan Han Jisung. Pasalnya, hanya lelaki itu yang benar-benar bisa menaikkan mood gadis bermarga Yoon itu. Meskipun tak ayal kalau Areum sering dibuat cemburu saat ada beberapa murid perempuan yang berusaha mencari muka di depan pacarnya.

Jisung tidak populer, dia hanya kebanyakan penggemar:)

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Streetlight ✔Where stories live. Discover now