#10

66 13 0
                                    

Tidak ada alasan untuk Areum tinggal di rumah saat akhir pekan. Kedua orang tuanya libur, namun gadis itu memilih pergi ke luar saat pagi hari. Dia memilih melakukan lari pagi. Setidaknya mood-nya harus bagus walau hanya untuk beberapa jam.

Matanya menatap seseorang yang berjalan tidak jauh di depannya. Kedua alisnya bertaut, merasa mengenali pemilik punggung itu. Areum lantas berlari untuk melihatnya sendiri.

Seulas senyuman tercetak di bibirnya saat dugaannya benar.

"Seo Changbin!" serunya.

"Ah, rupanya kau. Senang bertemu denganmu di sini. Kau sendirian?" tanya lelaki itu.

"Memang kau ingin aku pergi berolahraga dengan siapa?" Kedua bahu Areum naik. Gadis itu mensejajarkan langkahnya dengan Changbin.

Changbin tertawa pelan, sedikit menyesal mengatakan hal itu. Dia sama sekali tidak berniat membuat Areum tersinggung.

"Kakimu sudah tak apa?"

"Hm. Masih sakit sedikit. Tapi setidaknya aku sudah bisa berjalan dengan benar. Aku hanya terlalu bosan di rumah."

Changbin terdiam sejenak. Lihatlah, gadis di sebelahnya sudah mulai abai dengan keberadaan orang tuanya.

"Kau mau minum? Aku akan membelikanmu," ucap Changbin.

"Boleh, asal kau jangan menagihnya suatu hari nanti."

Changbin tergelak mendengar itu. "Aku memberinya gratis kali ini. Tapi lain kali kau yang harus mentraktirku."

Keduanya tertawa.

***

Areum berjalan memasuki rumahnya. Setelah melepas sepatu, gadis itu itu pergi ke dapur dan mencuci tangannya di wastafel. Dia mengambil sebuah apel yang ada di meja makan.

"Tumben sekali warna apelnya merah," ucapnya, tidak peduli dengan keberadaan dua orang dewasa yang ada di sana.

"Areum-ah, kau tidak sarapan?" Sang ibu yang tengah sarapan bersama ayahnya itu bertanya.

"Besok saja."

"Yoon Areum!"

Salah satu sudut bibir Areum naik. Dia kini  menaiki satu per satu anak tangga menuju kamarnya, mengabaikan panggilan sang ayah.

Areum menggigit apel yang diambilnya. Ah, masih terasa segar. Areum mendudukkan tubuhnya di ranjang seraya menatap beberapa piala dan medali yang terpajang di atas rak bukunya.

Dia kembali menggigit apel itu dan mengunyahnya perlahan. Tidak ada yang spesial dari semua itu.

Areum membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menatap langit-langit kamar. Rasanya dia ingin kembali ke masa kecil, di mana dia bisa sering menghabiskan sebagian besar waktunya bersama kedua orang tuanya.

Tangannya lalu bergerak mengambil ponsel yang berada di dekat bantal. Tumben sekali Jisung tidak mengiriminya pesan. Biasanya lelaki itu rutin mengiriminya banyak pesan suara. Akhirnya Areum sendiri yang berinisiatif untuk menghubungi sang pacar.

Keningnya berkerut. "Aneh," gumamnya seraya berusaha kembali menelepon Jisung.

"Nomornya tidak aktif. Kurasa baterai ponselnya habis." Areum akhirnya memilih membuka galeri fotonya. Di sana terdapat beberapa fotonya saat bersama Jisung. Sudah empat bulan semenjak Han Jisung meminta menjadi pacarnya. Lelaki itu selalu memperlakukannya baik. Dia juga bisa menjadi teman curhat ketika Areum merasa sedih. Dia beruntung karena masih memiliki Han Jisung.

Ya, beruntung.

Streetlight ✔Where stories live. Discover now