#22

59 11 0
                                    

Changbin mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku di bawah pohon. Lelaki itu lalu membuka penutup minuman kaleng yang baru saja dibelinya.

"Ah, cuacanya panas sekali," ucapnya. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Banyak anak-anak yang berlarian. Mereka tampak begitu senang, beberapa di antaranya ada yang tengah dipotret oleh ibunya.

Changbin kembali meneguk minumannya. Dia lantas menajamkan indra penglihatannya saat melihat seseorang.

"Yoon Areum?" gumamnya. Dia baru saja hendak memanggil gadis itu namun dia urungkan saat melihat sikap Areum yang tidak biasa.

"Mau ke mana dia? Kenapa membawa tas? Apa dia les?" Salah satu alis Changbin naik. Beberapa detik kemudian otaknya seperti menemukan jawaban.

"Pergi dengan Han Jisung." Changbin kembali meneguk minumannya hingga habis. Dia lalu melemparkan kaleng minumannya ke sebuah tempat sampah dan pergi dari sana.

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Changbin merogoh salah satu kantung celananya dan melihat kontak ibunya tertera di sana.

"Halo?"

"Changbin-ah, bisa kau jemput Ibu? Ayahmu tadi ada telepon dari kantor dan dia langsung ke sana. Kau masih ingat rumah bibimu, 'kan?"

"Ah, aku masih ingat. Baiklah, aku akan ke sana."

"Berhati-hatilah. Bibimu memberi banyak sekali makanan. Ibu tidak bisa naik angkutan umum sendirian."

"Iya. Aku akan pulang dan membawa mobil. Ibu tunggu saja di sana."

Changbin segera menutup panggilan dan bergegas pulang untuk menjemput ibunya. Untung saja dia tidak sedang jauh dari rumah, jadi tidak perlu memerlukan waktu yang lama.

Bersamaan dengan itu, dia melihat kedua orang tua Areum memasuki mobil dengan terburu-buru. Mobil mereka melaju cepat melewati rumahnya.

"Ada apa dengan mereka?" Kedua alis Changbin bertaut. Sepertinya mereka juga memiliki kepentingan yang begitu mendesak.

***

Satu per satu barang-barang sudah dimasukkan ke dalam mobil. Changbin dan ibunya segera berpamitan.

"Tinggallah di sini lebih lama. Kalian sudah lama sekali tidak ke sini," ucap seorang wanita yang berumur lebih muda dari Nyonya Seo.

"Kami lain kali akan ke sini." Nyonya Seo tersenyum.

"Sampai jumpa, Bibi." Changbin membungkukkan badannya.

"Hm. Cepatlah memiliki pacar, lalu bawalah dia kemari," goda bibinya. Mendengar itu, Changbin tertawa pelan seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia kembali berpamitan.

"Apa ayah sudah lama pergi?" tanya Changbin ketika dia dan ibunya masuk mobil.

"Hm. Ibu tidak mengerti, tapi katanya ada sesuatu yang penting. Kemungkinan ayahmu akan pulang malam."

Changbin hanya mengangguk. Dia segera melajukan mobilnya.

"Ah, sudah lama sekali aku tidak ke sini. Waktu itu aku masih SMP." Changbin tertawa.

"Kau selalu menolak saat Ibu mengajakmu ke sini. Kau selalu takut karena di sini banyak anjing-anjing galak." Nyonya Seo dan Changbin kembali tergelak. Dia ingat Changbin selalu menangis saat dikejar-kejar anjing tetangganya. Lagi pula dia sendiri yang salah. Dia selalu mengganggu para anjing itu.

"Ah, aku jadi merindukan momen-momen itu," ucap Changbin.

Sang ibu lantas mengusap pelan puncak kepalanya. "Changbin-ah," panggilnya pelan.

"Ya?" Changbin menyahut dengan kedua mata yang fokus pada jalanan.

"Kau ... sudah pergi ke sana?" Nyonya Seo menatap Changbin sendu. Suasana hening selama beberapa saat. Changbin tampak menahan napasnya.

"Secepatnya, aku menunggu waktu yang tepat. Sudah lama sekali semenjak kepindahanku ke sini. Mereka pasti menungguku." Changbin menoleh pada ibunya dan tersenyum.

Nyonya Seo kembali mengelus rambut Changbin. Dia lalu membuang pandangannya ke luar jendela saat sesuatu mulai merembes dari salah satu sudut matanya.

Tidak lama kemudian mobil mereka sudah sampai di rumah. Changbin segera membantu ibunya mengeluarkan kotak-kotak berisi makanan yang diberikan oleh bibinya. Dari dulu wanita itu memang selalu begitu. Dia akan memasak banyak sekali setiap kali keluarga Changbin datang.

"Sakit!"

Changbin dan ibunya menoleh begitu mendengar keributan di sebelah rumah mereka. Areum terlihat menangis kesakitan karena tangannya ditarik oleh sang ayah. Sementara sang ibu terus-menerus menasihatinya.

"Sekali lagi kau berniat kabur, Ayah tidak segan-segan mengurungmu di kamar!"

Changbin mengerjap. Dia menatap sebuah tas yang berada di tangan Nyonya Yoon. "Kabur? Pantas saja dia membawa tas," gumamnya.

"Mereka bertengkar lagi." Nyonya Seo menatap Areum prihatin. Dia langsung menahan tangan Changbin begitu putranya itu hendak pergi.

"Jangan ikut campur," ucapnya pada Changbin.

"Tapi Areum—"

"Biarkan saja. Kau tidak berhak ikut campur. Areum bersama orang tuanya."

Changbin menatap Areum yang kini masuk ke rumah bersama dengan kedua orang tuanya. Dia khawatir.

—Seo Changbin

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

—Seo Changbin

Streetlight ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें