#5

80 18 6
                                    

Changbin memasukkan bola ke dalam sebuah ring kecil yang berada di depan rumahnya. Orang tuanya membuatkannya sebuah lapangan basket mini agar dia bisa mengisi waktu luangnya ketika bosan.

Dia beberapa kali memasukkan bola dengan tepat. Langit sudah gelap, namun dia masih betah di sana. Lemparan terakhirnya meleset, hingga bola memantul ke arah lain.

Lelaki itu terdiam saat melihat seseorang yang duduk di sebuah ayunan yang ada di sebelah rumahnya. Changbin mengamatinya dan perlahan mendekat. Areum tampak murung. Gadis itu hanya diam menatap kosong rerumputan hijau di depannya.

"Hoi!" Changbin melempar bola di tangannya tepat ke kepala Areum. Gadis itu terkejut hingga tersadar dari lamunannya. Dia mengaduh pelan seraya memegang kepalanya.

Areum menoleh dan melihat Changbin yang melompati pagar tembok pembatas rumahnya dengan mudah. Wajar, tingginya hanya mencapai perut orang dewasa.

"Kenapa harus melompat? Kau bisa datang ke sini dengan cara normal." Areum berujar seraya mengambil bola basket milik Changbin.

"Kau terlihat murung. Apa sesuatu terjadi?" tanya Changbin. Dia duduk di sebuah bangku di sebelah ayunan.

"Tidak ada."

Changbin menoleh ke sebuah garasi yang tampak kosong. "Orang tuamu belum pulang?" tanya lelaki itu.

"Mungkin mereka hilang saat di perjalanan pulang," ucap Areum asal. Dia menatap bola yang ada di pangkuannya.

Changbin menahan tawa. "Kau akan menyesal mengatakan itu."

"Aku tidak peduli. Oh, iya. Siapa namamu? Kita sudah sering bertemu tapi tidak tahu nama." Areum tertawa pelan layaknya orang bodoh. Dia dan Changbin terkadang bertegur sapa namun keduanya belum berkenalan satu sama lain.

"Seo Changbin." Changbin mengulurkan salah satu tangannya. Salah satu sudut bibirnya naik.

Areum menatap tangan Changbin sejenak sebelum akhirnya balas menjabat tangannya. "Yoon Areum."

"Tanganmu dingin," ucap Changbin. Areum sontak menjauhkan tangannya.

"Udaranya dingin. Kau sudah lama di sini, ya?" lanjut lelaki itu.

"Hm. Tidak ada gunanya diam di rumah. Aku hanya sendiri." Areum kembali menekuk wajahnya.

"Orang tuamu sangat sibuk, ya?"

"Mereka bekerja di perusahaan yang sama. Aku sering ditinggal sendirian apalagi saat mereka melakukan perjalanan bisnis." Helaan napas terdengar keluar dari mulut Areum.

Salah satu alis Changbin naik. Serius? Sendirian di rumah?

"Mereka tidak menyewa asisten rumah tangga?"

"Mereka sulit percaya pada orang asing."

"Memangnya kau tidak takut sendirian?"

Areum mengangkat wajahnya dan menatap Changbin polos. "Kenapa aku harus takut? Lagi pula sekarang aku punya tetangga laki-laki."

Changbin berkedip dua kali. Dia tertawa pelan. "Bukankah kau punya pacar? Suruh saja pacarmu menginap saat orang tuamu tidak ada."

"Aku masih waras." Areum mendengkus.

Changbin mengambil bola yang masih berada di tangan Areum. Lelaki itu lantas berdiri. Dia menatap Areum.

"Mau main bersama?"

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bayangin, kalian main bareng Changbin🌚
Bayangin aja dulu ye kan wkwk(~‾▿‾)~

Streetlight ✔Where stories live. Discover now