#31

59 15 0
                                    

Kedua orang tua Areum tengah menikmati sarapan di meja makan. Mereka sibuk dengan piring milik masing-masing, tidak ada satu pun kalimat yang terlontar. Bahkan saling menolehkan kepala pun tidak.

Nyonya Yoon melihat putrinya datang daj dia segera menyuruhnya sarapan. Namun ekspresi Areum justru terlihat marah. Wajahnya memerah dengan kedua mata yang tampak basah. Dia berdiri di sebelah sang ayah dengan tatapan kecewa.

"Apa maksudnya ini?" tanya gadis itu dengan nada rendah. Dia menunjukkan ponsel ke hadapan ayahnya. Tuan Yoon seketika menghentikan kegiatan makannya dan langsung merebut ponsel miliknya yang berada di tangan Areum.

"Apa kau tidak pernah belajar sopan santun?! Lancang sekali membuka ponsel milik Ayah! Ayah tidak pernah mengajarkanmu melakukan hal semacam ini!"

Setetes air mata Areum luruh di detik itu juga. "Siapa wanita itu?"

Nyonya Yoon terkejut. Wanita? "Apa maksudmu, Areum?"

"Aku bertanya siapa wanita sialan itu?!" Areum meninggikan suaranya.

"Jaga ucapanmu! Kau tidak perlu ikut campur." Tuan Yoon beranjak dari kursinya namun istrinya menahannya dengan cepat.

"Apa maksudnya? Wanita? Apa yang Areum bicarakan? Kau memiliki wanita lain?" Nyonya Yoon menatap suaminya tidak percaya. Tangannya dihempaskan kuat.

"Pikir sendiri! Kau pikir aku tidak lelah denganmu? Kau tidak berguna!" Tuan Yoon menyambar jasnya dan pergi dari sana. Kedua kaki Nyonya Yoon lemas dan tidak kuat menahan beban tubuhnya. Wanita itu menangis dan terduduk di lantai.

"Ayah!" Areum mengejar ayahnya ke luar. "Ayah tidak boleh pergi! Ayah tidak boleh menemui wanita sialan itu!" Areum menahan tangan ayahnya yang hendak membuka pintu mobil, tidak peduli ayahnya yang terus berusaha mendorongnya agar menjauh.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Aku tidak akan mengizinkan Ayah! Ayah tidak boleh pergi menemuinya lagi!" Areum semakin meraung. Cekalan tangannya semakin kuat.

"Hentikan itu, Yoon Areum! Ayah sudah muak melihat ibumu!"

Tubuh Areum terdorong. Dia seketika menahan napasnya. "Apa Ayah bilang?"

"Ibumu sudah tidak berguna!" Tuan Yoon berkata dengan nada lantang, membuat wajah Areum tampak semakin menyedihkan. Tangan gadis itu bergetar dan mengepal kuat. Rahangnya kian mengeras.

Pertengkaran itu terlihat dengan jelas oleh tetangga mereka. Changbin yang sedari tadi berada di depan rumahnya melihat Areum dan ayahnya bertengkar. Gadis itu terlihat menangis, dia terlihat kecewa.

"Apa Ayah sadar dengan apa yang baru saja Ayah katakan? Ayah bilang kalau ibu tidak berguna?" Areum tertawa sejenak sebelum kembali melanjutkan, "lalu apa artinya semua kerja keras ibu selama ini?! Ibu selalu membantu Ayah, tidak peduli Ayah selalu menyumpahinya setiap kali ibu membuat kesalahan! Lalu sekarang Ayah berkata kalau ibu ... tidak berguna? Suami macam apa Ayah ini!"

"DIAM!"

Kedua mata Areum terpejam erat saat ayahnya sudah melayangkan tangan. Wajah pria itu sudah memerah dengan napas yang memburu.

Jantung Areum berdebar cepat. Tangannya bergetar hebat. Dia perlahan membuka kedua matanya dan terkejut begitu melihat keberadaan seseorang di hadapannya.

"Seorang ayah tidak seharusnya memukul anaknya sendiri, bahkan ketika anaknya salah. Apalagi jika anaknya perempuan. Anda memukul Areum, sama saja dengan Anda memukul ibunya."

"S-Seo Changbin." Areum berujar dengan nada bergetar.

Tuan Yoon menghempaskan kasar tangan Changbin yang mencekal tangannya.

"Siapa kau? Berani sekali kau ikut campur!'

"Maaf karena saya mengatakan ini. Tapi saya sudah terlalu sering melihat Areum menangis karena Anda. Anda terlalu sering menuntut Areum. Dia juga manusia, dia bisa lelah kapan saja. Anda sebagai orang tua harusnya bisa bersikap lebih dewasa. Seharusnya Anda tahu, kalimat-kalimat kasar dan kekerasan bukanlah jalan keluar yang terbaik." Changbin berujar dengan begitu tenang tanpa ekspresi sama sekali. Kedua matanya tidak lepas dari Tuan Yoon.

"Berani sekali kau mengguruiku!" Tuan Yoon menatap tajam pemuda di depannya. Dia membuang napasnya kasar dan segera masuk ke mobil.

"Kau tak apa?" Changbin langsung berbalik dan melihat keadaan Areum. Dia mengelus punggung gadis itu berusaha menenangkannya. Changbin melihat mobil Tuan Yoon yang sudah menjauh. Telat beberapa detik saja, Areum akan kembali terluka. Sekarang dia tahu dari mana memar yang ada di wajah Areum berasal.

Streetlight ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant