#19

57 10 0
                                    

Udara dingin membuat Changbin terbangun dari tidurnya. Lelaki itu mengerang pelan saat bahu dan lengannya terasa pegal. Rupanya dia tertidur saat mengerjakan tugas.

Dia melirik jam kecil yang berada di rak buku. Sudah hampir pukul satu pagi. Akhirnya dia memutuskan membereskan semua peralatan menulisnya. Dia hendak menutup jendela namun terhenti saat melihat Areum yang masih sibuk dengan buku.

Changbin terdiam selama beberapa saat. Dia membuang napasnya pelan dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Hoi!"

Areum tampak terkejut saat melihatnya. "Seo Changbin-ssi, kau belum tidur?" tanyanya setengah berteriak.

"Aku terbangun gara-gara kau!" jawab Changbin asal. Dia tertawa saat melihat reaksi Areum.

"Aku?" tunjuk gadis itu pada wajahnya sendiri.

"Kau ini tidak pernah tidur, ya? Tidurlah, kau bukan robot!" teriak Changbin.

Areum sontak tertawa. "Kau tidurlah lebih dulu!"

"Kau bisa sakit jika setiap hari tidur larut!"

"Aku tidak lemah!" balas Areum.

"Ya, tapi kau cengeng!"

Areum mencebikkan bibir. Sementara Changbin tertawa puas. Mereka tidak peduli jika orang-orang terbangun karena suara mereka.

***

Areum mencebikkan bibir saat Changbin menertawakan permainan gitarnya. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada dan membuang muka ke arah lain.

"Oho~ kau marah?" goda Changbin. Areum tetap bergeming di posisinya.

"Baik, baik. Aku hanya bercanda." Lelaki itu tertawa dan memberikan gitarnya pada Areum. Keduanya kini tengah berada di sebuah bangku yang ada di depan rumah Changbin.

Perlahan ekspresi wajah Areum kembali berubah seperti semula. Dia kembali terlihat senang saat memainkan beberapa nada.

"Kenapa bunyinya aneh?" Kedua alis Areum bertaut. Gadis itu lantas menatap Changbin dengan polos.

Changbin tergelak. Dia langsung menggeser tubuhnya agar semakin dekat dengan Areum.

"Letakkan telunjukmu di senar kedua," ucapnya. Dia juga membenarkan letak jari tangan Areum yang lain. "Sekarang cobalah."

Areum tampak ragu. Namun di detik berikutnya gadis itu tampak senang saat menemukan nada yang benar. Dia mencoba beberapa nada yang lain, sesekali dibantu oleh Changbin.

"Ah, tanganku sampai kesemutan." Areum meluruskan kedua tangannya yang pegal. Gitarnya kini diambil alih oleh Changbin.

"Kau bisa bernyanyi?" tanya lelaki itu.

"Ya, sedikit. Suaraku tidak terlalu jelek." Areum tertawa pelan. Changbin mulai memetik gitarnya. Dia terkejut saat mendengar suara Areum. Suara gadis itu cukup bagus saat bernyanyi.

Changbin sesekali ikut bernyanyi bersama Areum. Keduanya terlalu sibuk, bahkan terkesan tidak peduli saat langit mulai dihiasi semburat jingga kemerahan.

Ponsel milik Areum sempat berdering, namun gadis itu mengabaikannya. Dia bahkan langsung menggeser tombol merah tanpa melihat siapa yang menelepon. Lagi pula dia sudah tahu. Jika tidak ibunya, berarti ayahnya.

-

Streetlight ✔Where stories live. Discover now