#7

72 16 3
                                    

Suara nyaring terdengar begitu Areum memasuki rumah. Dia melepas sepatunya dan berjalan mendekati sumber suara. Areum baru saja pulang sekolah dan mampir minimarket untuk membeli makanan ringan, namun sesampainya di rumah dia justru dihadapkan dengan pemandangan buruk.

Kedua orang tuanya bertengkar hebat, entah masalah apa. Sang ayah mengeluarkan kalimat mengerikan dan ibunya membalas dengan suara meninggi.

"Lihat! Semuanya kacau dan itu semua ulahmu!" tunjuk ayah Areum tepat di wajah sang istri.

Ah, masalah pekerjaan rupanya.

"Tapi kau juga salah! Aku sudah mengingatkanmu agar memasukkan data yang benar! Kenapa kau selalu menyalahkanku?!" balas ibu Areum. Dia melempar sebuah vas di dekatnya hingga terpecah dan tidak berbentuk.

Areum menghela napas sejenak. Gadis itu memejamkan matanya. "Apa kalian bisa diam?" ujarnya hingga kedua orang dewasa itu terdiam dan menatapnya.

"Apa kalian tidak bisa sehari saja membuatku merasa betah saat berada di rumah? Yang kalian ributkan hanya soal pekerjaan, pekerjaan, dan pekerjaan. Apa kalian lupa kalau kalian punya anak?" lanjut Areum.

"Yoon Areum jaga ucapanmu!" Sang ayah kini menatapnya.

Salah satu sudut bibir Areum naik. "Kenapa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Yang Ayah lakukan hanya terus menuntutku agar mendapat nilai terbaik di sekolah. Ibu selalu melarangku bergaul dengan banyak orang dengan alasan tidak ingin aku terbawa pergaulan yang buruk. Tapi apa kalian peduli setelah aku menurut?!" Areum melempar kantung kresek yang dibawanya. Sungai-sungai kecil sudah terbentuk di wajahnya. Gadis itu menatap kedua orang tuanya kecewa.

"Ayah tidak pernah mendidikmu dengan—"

"Ayah terus menyuruhku belajar, belajar, belajar! Ayah selalu marah saat nilai ulanganku kurang dari kata sempurna bahkan Ayah marah hanya karena nilai ulanganku berkurang dua poin!" Kedua tangan Areum mengepal kuat.

"Cukup, Areum!"

Areum tersentak saat sang ibu menatapnya tajam. Lihatlah, bahkan wanita yang mengaku melahirkannya itu tidak membelanya sama sekali.

"Ayah melakukan itu demi kebaikanmu!"

Areum kembali tersentak. Kakinya perlahan mundur, dan bersamaan dengan itu dia merasakan perih yang menjalar di salah satu kakinya. Areum membalikkan badannya dan berlari dari sana dengan air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Areum!" Sang ibu hendak mengejarnya namun segera ditahan oleh sang suami.

"Biarkan saja dia."

Wanita itu menahan napas selama beberapa saat, dia menatap sesuatu yang berada di atas permukaan lantai.

***

Rasa sakit itu semakin menjadi ketika Areum semakin berlari meninggalkan rumah. Dia akhirnya menyerah dan tubuhnya bersimpuh di atas permukaan tanah. Kedua tangannya meremas rok seragamnya kuat.

"Areum?"

Kepala Areum mendongak ketika seseorang memanggil namanya.

"K-kau menangis?" tanya Changbin. Dia terlihat masih mengenakan seragam sekolahnya. Lelaki itu berjongkok saat Areum menangis hebat. Kedua matanya lantas membulat saat melihat noda merah di sepanjang jalan yang Areum lewati. Changbin beralih ke belakang Areum dan terkejut saat gadis itu hanya memakai kaos kaki, dengan salah satu telapak kakinya yang berdarah. Dia pasti menginjak sesuatu.

"Kakimu terluka. Naiklah. Kakimu harus segera diobati" Changbin berjongkok di depan Areum dan menyuruh gadis itu agar naik ke punggungnya. Namun Areum tidak bereaksi sama sekali, dia masih menangis.

Akhirnya Changbin menarik kedua tangan Areum agar melingkari lehernya. Dia menggendong gadis itu di punggung. Karena merasa ada yang tidak beres di rumah Areum, akhirnya Changbin membawa gadis itu ke rumahnya.

Sang ibu terkejut saat Changbin pulang bersama seseorang. Lelaki itu dengan cepat mengambil kotak P3K. Dia membuka kaos kaki Areum yang berdarah dan merasa ngilu saat melihat ada luka di telapak kaki gadis itu. Darahnya tidak berhenti keluar dari sana.

"Biar Ibu saja." Sang ibu menyuruh Changbin berdiri dan langsung membersihkan luka Areum. Sementara gadis itu masih berurai air mata. Entah karena masalah di rumah atau karena luka di kakinya.

Changbin berjalan menuju jendela rumahnya dan melihat sebuah mobil yang keluar dari halaman rumah Areum.

Dugaannya benar. Areum pasti bertengkar dengan kedua orang tuanya.

Streetlight ✔Where stories live. Discover now