#21

62 11 0
                                    

Areum turun dari bus dengan langkah gontai. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Gadis itu hanya menatap datar jalanan. Dia lalu menatap sesuatu yang berada di salah satu tangannya selama beberapa saat dan kembali meluruskan pandangannya ke depan.

Tidak, harusnya tidak begini. Yoon Areum harusnya tersenyum lebar dan berlari menuju rumahnya dengan semangat. Bukannya begini.

Areum membuang napas.

Buk!

"Awww!!" Areum memegang kepalanya yang baru saja dihantam oleh sesuatu. Dia melihat sebuah bola yang berada di tidak jauh dari posisinya.

"Hoi!"

Areum menoleh ke sumber suara. Seo Changbin tampak berdiri di halaman rumahnya. Dia menatap Areum yang tampak kesal, namun lagi-lagi hanya helaan napas yang terdengar. Areum mengambil bola itu dan segera mendekati Changbin untuk mengembalikannya.

"Kau kenapa?" tanya lelaki itu seraya menerima bola yang Areum berikan. Pandangannya lalu terfokus pada sesuatu yang ada di tangan Areum.

"Wah, apa ini? Kau memenangkan lomba, ya?" Changbin mengambil sebuah medali yang dibawa Areum. Dia berdecak kagum.

"Selamat—" Ucapannya terpotong saat melihat wajah Areum. "Kenapa kau memasang wajah seperti itu? Kau tidak senang, ya?"

Areum menatap Changbin sekilas dan berkata, "tidak ada gunanya aku merasa senang."

"Hei, kau harusnya senang. Bukankah ini artinya kau berhasil? Ini hasil kerja kerasmu."

"Medali itu harusnya ditujukkan pada orang tuaku. Aku sama sekali tidak menginginkannya." Areum menunduk.

Changbin terdiam. Ah, suasana seketika berubah melankolis. Dia maju satu langkah dan menepuk pelan bahu Areum.

"Kau sudah melakukan yang terbaik, Yoon Areum. Aku yakin kalau orang tuamu sebenarnya bangga." Changbin berujar seraya tersenyum. Dia lalu mengalungkan medali itu di leher Areum. Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Changbin.

"Selamat atas kemenanganmu, Areum-ah. Kau hebat" Changbin kembali tersenyum. Dia mengacungkan kedua ibu jarinya.

Areum menatap medali yang mengalung di lehernya. Kedua sudut bibirnya perlahan terangkat.

***

Keringat mulai membasahi kaus yang dikenakan oleh Changbin. Lelaki itu tampak melakukan push up di halaman rumahnya. Dia lebih senang menghabiskan waktu paginya dengan berolahraga ketimbang bermalas-malasan di tempat tidur.

"Delapan puluh ... delapan puluh satu ... delapan puluh du— yak!" Tubuhnya langsung ambruk saat sesuatu menindih punggungnya. Changbin menoleh ke belakang dan mendapati Areum yang sudah duduk bersila di atasnya.

"Kenapa berhenti? Kau bisa melanjutkannya." Gadis itu berujar santai seraya memainkan bola basket yang sebelumnya dia ambil dari bawah ring.

"Hei, turunlah. Kau berat." Tangan Changbin terangkat dan mendorong-dorong tubuh Areum agar gadis itu segera menyingkir dari tubuhnya. Namun gadis itu tampak tak acuh dan tetap pada posisinya.

"Wah, apa aku salah dengar ya saat kau berkata kalau kau itu kuat?" Areum melirik Changbin dan tertawa melihat ekspresi lelaki itu. Semua lelaki itu sama, mereka sama-sama tidak mau disebut lemah. Bukan hanya lemah fisik, tetapi juga lemah mental.

Perlahan tubuh Changbin kembali terangkat. Areum berdecak kagum saat Changbin benar-benar melanjutkan kegiatannya tanpa merasa terbebani sama sekali. Dia bahkan melakukannya seakan-akan kalau Areum tidak ada di sana.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Changbin seraya mengatur napas. Di belakangnya, Areum masih setia memainkan bola basket miliknya.

"Aku bosan."

Changbin tertawa pelan di sela-sela kegiatannya. "Ini masih pagi dan kau sudah merasa bosan? Memangnya kau tidak pergi dengan pacarmu?"

Areum membuang napasnya. "Malas."

Tidak. Bukan itu alasannya.

"Hei, turunlah. Mau sampai kapan kau duduk di atas punggungku. Aku lelah."

Areum mengerjap dan dia langsung bangkit dari posisinya. Changbin tidak langsung duduk, dia malah membaringkan tubuhnya. Melihat itu, Areum ikut berbaring di sebelah Changbin. Lelaki itu menoleh dan menautkan kedua alisnya.

Sementara Areum tidak mempedulikan tatapan Changbin. Dia menatap langit yang tampak begitu cerah.

"Ah, lihat! Ada pesawat!" Areum berseru seraya menunjuk ke atas. Changbin mengalihkan tatapannya ke atas sana. Dia tertawa pelan.

Streetlight ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant