#25

59 11 0
                                    

Areum sedari tadi mengayun-ayunkan tubuhnya. Sementara Changbin duduk di pagar pembatas. Dia meminum minuman kaleng yang diberikan oleh Areum beberapa saat yang lalu sebelum memulai sesi curhat.

"Jadi selama ini kau tidak memilik banyak teman?" tanya Changbin.

"Dulu aku sempat mengikuti les setiap kali pulang sekolah. Saat malam aku harus selalu mengulang materi dan mengerjakan tugas. Jadi aku tidak memiliki banyak waktu untuk berteman dengan orang banyak." Areum menjawab tanpa melepaskan pandangannya. Dia masih betah memandangi langit malam.

"Lalu sekarang?"

"Aku sudah tidak les. Aku memaksa agar ayah menghentikannya. Makanya sekarang aku bisa sering menghabiskan waktu denganmu."

Changbin mengangguk paham. "Tapi kau tetap sering belajar hingga larut malam."

Areum tersenyum tipis. "Aku tahu. Aku memang terkadang membenci orang tuaku. Tapi aku juga tidak mau membuat mereka kecewa, meskipun mereka sering kecewa padaku. Setidaknya aku sudah melakukan semampuku, 'kan?" Areum menoleh pada Changbin dan tersenyum.

Changbin kembali meminum minumannya. Lelaki itu mengangguk. "Seperti itulah yang kumaksud."

"Oh, iya. Kau sendiri kenapa tidak pernah pergi bersama teman-temanmu?" Areum balas bertanya.

"Hanya sesekali. Aku tidak terlalu suka bepergian bersama mereka ketika malam. Hanya saat pulang sekolah dan libur."

"Ah, begitu. Hm ... Apa kau punya pacar?"

Uhuk!

Changbin seketika tersedak. "Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?" Dia berdeham beberapa kali agar rasa gatal di kerongkongannya berkurang.

"Memangnya kenapa? Hanya ingin tahu."

"Aku sedang tidak memikirkan hal seperti itu." Changbin kembali meneguk minumannya hingga tersisa sedikit.

"Artinya ... kau tidak punya?" tanya Areum dengan wajah polosnya.

"Aku tidak mau berakhir seperti tetangga sebelahku yang menangis karena diselingkuhi pacarnya." Changbin tertawa.

Areum masih mencerna kalimat Changbin barusan. Tetangga sebelah? Hei, bukankah itu— dia?

"Kau meledekku, ya?" Areum memelototkan matanya hingga Changbin kembali tertawa.

***

Changbin meregangkan kedua tangannya. Akhirnya tugas sekolahnya sudah selesai. Namun sepertinya tetangga sebelahnya itu masih tampak sibuk. Changbin menatap setiap sudut meja belajarnya, berharap mendapatkan sesuatu.

Dia berseru pelan saat melihat sebuah penghapus. Apa yang akan dilakukannya?

Changbin berdiri di dekat jendela. Dia berusaha membidik sasarannya dengan benar agar tidak meleset.

Pyung~

Changbin menyeringai puas begitu melihat Areum mengaduh seraya memegangi keningnya. Gadis itu mengambil sebuah penghapus yang berada di halaman bukunya. Dia menatap seseorang yang tengah tertawa di jendela kamar.

"Seo Changbin!" Areum menggeram pelan dengan ekspresi lucu, membuat Changbin semakin puas. Dia ingin membalas perbuatan lelaki itu. Namun saat dia hendak melemparkan kembali penghapus itu, Changbin dengan cepat menutup jendela kamarnya dan kabur.

Areum berkedip. Dasar licik, batinnya. Lagipula dilempar pun tidak akan sampai. Akhirnya Areum memasukkan penghapus itu ke dalam tempat pensilnya.

Dia kembali duduk dan mengelus keningnya. Areum tertawa pelan. Dia tidak habis pikir dengan kelakuan tetangganya itu. Dia sempat mengira kalau Changbin itu orang yang sangat cuek dan dingin, namun ternyata sebaliknya. Dia bahkan bisa menjadi tempat curhat terbaik.

—Seo Changbin

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

—Seo Changbin

Streetlight ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora