#4

88 16 5
                                    

"Mau beli sesuatu?" tanya Jisung begitu dia dan Areum keluar dari bioskop.

"Aku masih haus." Areum berkata pelan, namun masih bisa terdengar dengan jelas oleh sang pacar. Jisung mengacak puncak kepala Areum gemas dan menggandengnya untuk membeli minum.

"Tidak mau es krim?" tunjuk Jisung ke salah satu kedai es krim yang ada di sana. Biasanya Areum selalu memintanya  membelikan es krim, tidak peduli siang atau pun malam, cuaca panas atau dingin.

"Ah, aku sedang tidak ingin. Es krim hanya akan membuatku semakin haus."

Jisung tertawa pelan. "Baiklah." Lelaki itu lalu pergi memesan minuman. Areum melihat ponselnya, tidak ada satu pun notifikasi. Orang tuanya pasti belum pulang. Kalau pun sudah pulang, mereka tidak akan menyadari kalau anak mereka tidak ada di rumah.

"Kenapa?"

Areum mengerjap begitu Jisung sudah kembali. Dia menerima segelas minuman yang disodorkan padanya.

"Aku malas pulang," ujar Areum setelah meminum minumannya. Mulutnya kini sibuk mengunyah bubble.

"Lalu? Mau menginap di rumahku? Atau ... aku yang menginap di rumahmu?"

Areum hampir saja tersedak. Dia menoleh dan melihat Jisung tengah menyeringai tipis padanya. Gadis itu lantas memukul lengan pacarnya cukup kuat. "Jangan gila!"

"Baik, baik. Aku hanya bercanda." Jisung merangkul bahu Areum.

Kening Areum berkerut saat dirinya berpapasan dengan Changbin. Sebuah airphone putih tampak mengalung di lehernya. Pandangan keduanya sempat bertemu. Changbin menatap tangan Jisung yang melingkari bahu Areum, sebelum akhirnya tubuh mereka kembali menjauh. Changbin dan Areum tidak bertegur sapa sama sekali.

Areum menolehkan kepalanya ke belakang, menatap punggung Changbin yang menjauh.

"Ada apa?" tanya Jisung.

"Ah, tidak ada." Areum tersenyum tipis dan meluruskan kembali pandangannya ke depan.

***

Changbin terbangun dari tidurnya dan memutuskan untuk meminum segelas air. Suasananya begitu sepi, kedua orang tuanya sudah tidur.

Seusai minum, dia segera kembali ke kamarnya. Langkahnya bergerak mendekati meja belajarnya saat melihat lampu kamar yang ada di seberang sana tampak masih menyala. Si pemilik kamar itu tampak masih sibuk dengan buku. Kedua alis Changbin bertaut, dia lantas melirik jam dinding. Lelaki itu terdiam saat jarum jam menunjuk hampir ke angka dua.

"Apa dia tidak tidur?" gumamnya. Entah terbuat dari apa otak gadis itu. Atau mungkin dia memang sengaja memasang alarm di tengah malam untuk belajar? Tidak mungkin.

Tidak ambil pusing lagi, akhirnya Changbin memutuskan untuk kembali tidur. Biarlah, toh itu bukan urusannya.

Tapi baru saja beberapa detik, kedua matanya kembali terbuka. Lelaki itu menatap langit-langit kamarnya. Tidak lagi, Changbin membatin dan mengubah posisi tubuhnya. Dia menatap sebuah foto yang berada di atas nakas. Kedua matanya menatap ke sana selama beberapa saat.

Dia menghela napas pelan dan kembali memejamkan matanya.

— Seo Changbin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


— Seo Changbin

Streetlight ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang