#12

66 12 2
                                    

Areum memejamkan kedua mata begitu kedua orang tuanya kembali berulah. Salah satu tangannya tampak mengepal. Dia memasukkan nasi ke dalam mulutnya dengan kesabaran yang hampir habis.

Kegiatan adu mulut itu terhenti saat Areum meletakkan sumpitnya dengan kasar ke atas meja makan hingga menimbulkan bunyi nyaring. Dia berdiri dari posisinya dan langsung pergi dari sana.

"Lihat? Gara-gara kau Areum jadi marah! Sekarang aku benar-benar kehilangan nafsu makanku." Tuan Yoon beranjak dari tempatnya dan pergi. Istrinya tampak berusaha mengatur napas. Dia meremas sumpit di tangannya dan melemparkannya ke lantai.

Sementara itu, Areum menutup pintu kamarnya kasar dan menguncinya. Tidak lama kemudian suara ibunya terdengar.

"Areum-ah, ibu tidak bermaksud mengacaukan semuanya. Turunlah dan makan lagi. Kau belum makan dari tadi."

"Aku sudah tidak mau. Ibu bisa pergi." Areum mendudukkan tubuhnya di kursi.

"Areum-ah, maafkan Ibu."

"Kubilang pergi!!" Areum melempar buku-buku miliknya ke arah pintu. "Teruskan saja pertengkaran kalian! Aku tidak akan mendengarkan! Aku tidak peduli!!" Gadis itu berteriak histeris seraya melemparkan semua barang-barang yang ada di atas meja, termasuk foto keluarganya hingga pecah.

Changbin yang tengah mengerjakan tugas tampak mengalihkan pandangannya dari buku. Keributan itu cukup terdengar jelas olehnya, terlebih lagi saat dia mendengar bunyi barang-barang yang dilempar.

Dia tertegun saat melihat Areum menangis hebat. Gadis itu meremas rambutnya kuat dan terus berteriak. Sepertinya dia bertengkar lagi dengan orang tuanya, pikir Changbin.

Atau mungkin dia melihat orang tuanya kembali bertengkar? Changbin kembali menebak. Di sana dia tidak bisa membantu. Dia juga tidak berhak ikut campur. Tapi melihat Areum yang menangis seperti itu, membuatnya tidak tega.

***

Suasana begitu sepi saat Areum turun. Dia sudah memakai seragam sekolahnya. Ibunya sempat ingin memanggilnya, namun Areum langsung membuang muka dan berjalan ke arah pintu. Ikut sarapan hanya akan membuatnya tambah kesal. Dengan cepat dia memakai sepatunya dan pergi.

Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sampai-sampai panggilan Changbin tidak terdengar. Gadis itu benar-benar berjalan melewatinya.

Changbin mengamati Areum dari belakang. Mood gadis itu pasti masih buruk. Dia segera naik ke dalam bus bersama dengan orang-orang ketika sampai di halte.

Areum memilih tempat duduk di dekat jendela seperti biasa. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah headset. Dia memutar lagu-lagu dengan volume cukup keras. Kedua matanya fokus menatap pemandangan yang dilewatinya.

Dia terkejut saat seseorang melepas salah satu bagian headset-nya. Entah sejak kapan Changbin sudah duduk di sebelahnya. Areum hanya menatap lelaki itu tanpa sepatah kata pun.

Changbin melihat kedua mata Areum yang sembap. Tentu saja, gadis itu pasti menangis dalam waktu yang tidak sebentar.

"Kau terlalu keras mengatur volumenya. Pantas saja ucapanku sampai tidak terdengar." Changbin melipat kedua tangannya di depan dada dan meluruskan pandangannya ke depan.

"Benarkah? M-maaf," ujar Areum.

Changbin melirik gadis di sebelahnya dan tersenyum tipis. Dia lalu memasangkan headset milik Areum yang dilepasnya tadi ke telinganya. Lantunan lagu perlahan terdengar.

Areum mengerjap pelan dan segera menurunkan volume lewat ponselnya. Kepala Changbin perlahan bergerak mengikuti musik. Areum tersenyum tipis dan ikut menikmati musik yang terdengar. Beberapa saat kemudian mereka tertawa saat menyanyikan lirik lagu secara bersamaan.

Next?

Streetlight ✔Where stories live. Discover now