#8

71 11 1
                                    

Changbin mengambil sebuah jeruk dari atas meja makan. Dia lalu mengupasnya dan mulai memakannya satu per satu.

"Ayah belum pulang?" tanya Changbin seraya menatap ibunya yang tengah mencuci piring.

"Ayahmu pulang telat. Buang kulit jeruknya ke dalam tempat sampah."

Changbin tersedak pelan. Insting ibunya sangat hebat. Ah, tidak. Dia pasti bisa mencium aroma jeruk itu. Changbin mengunyah jeruk itu dengan perlahan.

"Seo Changbin?" panggil ibunya.

Tidak kunjung ada respon, wanita itu segera mematikan keran dan menolehkan kepalanya ke belakang. Dia membuang napas saat melihat kulit jeruk beserta bijinya berserakan di atas meja makan.

"Anak itu. Dasar."

Sementara Changbin berhasil meloloskan diri ke kamarnya. Lelaki itu mendudukkan dirinya di kursi dan mulai mengerjakan tugas sekolahnya. Kegiatannya terhenti saat melihat keributan kecil di depan sana.

Mereka bertengkar lagi, batinnya. Dia lagi-lagi melihat Areum yang dimarahi oleh ayahnya. Changbin yakin Areum bukan murid yang bodoh. Nilainya pasti lebih dari kata bagus.

Changbin saja sudah bersyukur bahkan ketika nilai ulangannya hanya mencapai nilai standar. Dia tidak mengerti, sebenarnya standar seperti apa yang diinginkan oleh ayahnya Areum. Bukankah itu sama dengan menekan anaknya sendiri? Terlalu menuntut bisa membuat Areum stres. Tidak heran kalau gadis itu sering murung.

***

"Kantung matamu semakin terlihat jelas. Kau kurang tidur, ya?" Seorang gadis yang duduk di sebelah Areum menatap seraya menggigit ujung sumpitnya.

"Dia selalu belajar sampai larut malam," sahut Jisung di depannya. "Kau harus perhatikan kesehatanmu. Jangan hanya belajar." Lelaki itu mengambil semua sayuran miliknya lalu diletakkan di kotak makan siang milik Areum.

Areum menatapnya. "Kenapa kau memberikannya padaku? Kau sendiri harus makan banyak." Dia hendak mengembalikkan sayur pemberian Jisung namun lelaki itu menjauhkan kotak makan siangnya. Di sana hanya terdapat kimchi dan telur dadar.

"Yang harus makan banyak itu kau. Orang tuamu terlalu menuntut. Mereka tidak memperhatikan keadaan anaknya dengan benar." Jisung mulai memakan makanannya. Dia mengunyah kimchi dan menatap Areum. Ponselnya lalu berdering begitu ada panggilan masuk. Jisung segera menggeser tombol berwarna merah.

"Memangnya kau tidak pernah protes?" tanya gadis tadi.

"Tidak ada gunanya. Kau tidak tahu seberapa kejam ayahnya. Bahkan dia tidak peduli saat putrinya berjalan pincang. Orang tuanya tidak mengantar Areum ke sekolah," ucap Jisung seraya memasukkan sepotong telur dadar ke dalam mulutnya.

"Aku turut prihatin. Tapi mereka tidak sepenuhnya salah. Semua yang mereka lakukan itu untuk kebaikanmu, Areum-ah."

"Tapi itu terlalu berlebihan. Areum malah tertekan," ucap Jisung.

"Aku sedang berbicara dengan Areum. Kenapa malah kau yang sering menjawab?" protes gadis itu.

"Aku pacarnya dan aku tahu semua tentangnya." Jisung berujar santai dan kembali sibuk dengan makanannya.

Areum menatap kotak makan siangnya tanpa minat sama sekali. Dia hanya memakan sayuran yang diberikan Jisung padanya.

—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


— Han Jisung

Bayangin, doi kalian se-soft dia🥺
Iya, bayangin🌚🌚🌚🌚

Streetlight ✔Where stories live. Discover now