Daniar si Apatis

269 111 6
                                    

Rintik hujan turun dengan tenangnya. Seolah tak memberi kabar makhluk bumi dengan kedatangannya.

Sosok Niar yang masih berteduh di depan sekolahnya belum juga mendapatkan angkot.

Suasana sekolah sudah sepi, tadi Putri sempat mengajak Niar untuk pulang bersama.

Tapi Niar menolak. Membuat Putri meninggalkan Niar sendirian di dalam kelas.

Putri tahu betul kebiasaan Niar. Niar lebih memilih pulang paling akhir daripada pulang awal.

Karena bagi Niar. Ia bisa merasakan kesendiriannya tanpa ada yang mengganggu.

"Belum pulang, lo!" Niar menatap cowok berseragam sama dengan dirinya berdiri di sebelah Niar.

Niar pikir hanya dirinya yang masih berada di sekolah ini. Ternyata tidak.

Lanang yang tak mendapat respon dari Niar bergumam, "Ngapain lo ajak ngomong, Nang. Udah tau patung hidup," monolognya.

"Belum," jawab singkat Niar yang jelas mendengar gerutuan Lanang.

Lanang yang baru kali pertama mendengar suara Niar terpaku. Ya, Lanang terpaku. Karena sejak kelas X hingga kini, baru kali ini ia mendengar suara gadis yang sering di panggil patung hidup itu.

Ia menoleh menatap Niar, "Gak nyangka lo mau jawab pertanyaan gue. Gitu dong jadi pertanyaan gue ke lo kan gak sia-sia," cerocos Lanang.

Niar hanya diam. Tak menjawab ataupun menatap wajah Lanang yang masih berdiri di sebelahnya.

◆◆◆

"Lanang, darimana aja lo!!!!" teriak Panjul yang baru keluar dari warung Bu Tami dengan membawa semangkuk mie goreng ditangan kanannya dan di tangan kirinya membawa segelas es soda gembira.

Lanang tak menjawab, ia langsung melangkah menghampiri Bisma yang berada di pos Dadoeg, letaknya bersebelahan dengan warung Bu Tami.

"Ditanya diem aja, mulut lo ketinggalan," ucap Bisma baru bangun dari rebahan indahnya.

Warung Bu Tami, tempat tongkrongan geng Dadoeg. Geng yang anggotanya kebanyakan dari siswa Analog sendiri. Beberapa ada dari sekolah lain.

Dadoeg bukan geng anak nakal, bukan pula geng pembuat onar, melainkan geng balapan sepeda liar yang diketuai oleh sosok Lanang.

Tak ada yang menyangka jika Lanang Bakal Bagus adalah ketua dari geng Dadoeg ini.

"Lo pernah denger suara Niar?" tanya Lanang enggan menjawab pertanyaan Bisma sebelumnya.

Bisma yang mendengarkan ucapan Lanang mengerutkan keningnya. "Belum pernah, lo kira-kira dong, kayak ga tau aja Niar kayak apa? Dia ngomong aja di hemat, gimana mau tau suaranya coba," ucap Bisma.

Lanang terdiam, ia tak melanjutkan obrolannya.

"Emang kenapa? Lo tau suara si Niar?" tanya Juki baru datang. Duduk bergabung bersama Bisma dan Lanang.

"Tau nih, abis kesambet setan di sekolah kali. Dateng-dateng nanya suara si Niar," ujar Bisma hendak berdiri masuk ke warung Bu Tami.

◆◆◆

Angin malam begitu dingin. Untuk beberapa remaja SMA, mungkin lebih nikmat jika berada di rumah sambil berebah ria. Entahlah dengan beberapa remaja yang kini tengah berkumpul di jalan sepi, tempat biasa mereka akan melakukan lomba balap liar.

Bisma, Panjul, dan Juki. Anak-anak penting dalam geng Dadoeg ini tengah berdiri di samping Lanang yang bersiap untuk mengikuti lomba balap liar.

Mereka akan bertarung dengan anak SMA Leter. Sekutu dari SMA Analog  belakangan ini.

"Lo yakin kita bakal menang?" tanya Bisma pada Lanang.

"Lo tau sendiri, kalau Hendro itu suka main magic, banyak yang bilang kayak gitu," ujarnya lagi pada Lanang.

Lanang terkekeh. Ia tak percaya dengan ucapan Bisma, temannya.

"Ini jaman udah canggih, ngapain percaya gitu-gituan," balas Lanang mencoba  menstarter motor Rx King. Motor yang menemani Lanang selama ikut balap motor. "Lagian omongan anak lain lo percaya," imbuh Lanang tak menggubris lagi ucapan Bisma.

"Pokok lo kudu hati-hati, Nang, lo juga tau banget gimana cara main si Hendro. Dia selalu main kotor kalau balapan gini. Apalagi musuhnya kayak lo!" seru Juki yang berdiri di samping kanan Lanang. Menepuk pelan bahu bossnya, memberi semangat.

Lanang mengangguk.

Suara joki cewek memberi aba-aba untuk mulai balapan. Membuat Lanang memberi isyarat agar teman-temannya segera meninggalkan area balapan.

Ya, balapan malam ini hanya diperuntukkan untuk Lanang dan Hendro.

Bisma, Juki, dan Panjul langsung mengangguk. Mereka bertiga menepi di sisi jalanan. Memberi ruang untuk Lanang dan juga Hendro yang akan melaksanakan balapan liar malam ini.

"Tak menjawab, belum tentu tak mendengar. Aku mendengar hanya saja lebih baik aku diam"
-DANIAR CAHAYA MUKA

Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.

01.08.'20

Daniar si Apatisحيث تعيش القصص. اكتشف الآن