Daniar si Apatis

127 46 1
                                    

Warung Bu Tami pagi ini sangat gaduh, bukan karena ada perampokan atau karena ada begal. Anak Dadoeg pagi-pagi sudah meminta jatah sarapan.

Ada yang tengah keluar karena kenyang, ada yang baru masuk karena kelaparan. Sungguh pemandangan yang sudah biasa di tiap harinya.

"Udah sarapan, lo," ucap Bisma yang baru keluar dari warung di Bu Tami. "Lauknya enak, gak kayak kemarin Sabtu," imbuh Bisma duduk di bangku depan pos dengan membawa tusuk gigi yang diyakini Lanang ia ambil dari warung Bu Tami.

"Udah tadi di rumah," ucap Lanang memasukkan ponselnya di saku celana abu-abunya.

"Tumben," kata Bisma lagi. Tak biasanya Lanang sarapan di rumah. Selama Bisma mengenal Lanang, cowok itu enggan sarapan di rumah. Ia lebih suka makan di tempat Bu Tami atau warkop di pinggir jalan.

"Ada sepupu gue di rumah, jadi gak enak kalo gue gak temenin dia makan," ucap Lanang terus terang.

Ya, sepupu Lanang,  Zilo Abimastya. Cowok berparas tampan, dengan tubuh atletis bak model iklan. Usianya tak jauh berbeda dengan Lanang.

"Oh si Zilo, dia ngapain ke rumah lo? Tumben?" tanyanya.

"Tau," balas Lanang singkat. Menatap jam hitam di pergelangan tangan kiri, Lanang beranjak dari duduknya. "Ayo, lo gak ke kelas," ajak Lanang berlalu pergi.

Di sepanjang koridor sekolah, banyak murid perempuan kelas X berlalu lalang turun tangga. Tampaknya mereka habis dari lantai dua. Tak biasanya anak kelas X berani ke lantai ini. Karena lantai dua diperuntukkan untuk murid kelas XI.

Belum sempat Lanang masuk ke kelasnya. Seluruh cewek bergerombol di depan kelas XI IPA-3. Tepatnya di samping kelas yang Lanang tempati. Membuat Lanang menatap heran. Masih pagi udah heboh, batin Lanang langsung masuk kelasnya. Menghiraukan jeritan dari murid-murid perempuan yang diyakini Lanang adik kelasnya. Berbeda dengan Bisma yang notabene cowok kepo SMA Analaog, ia langsung mendekati gerombolan para cewek-cewek.

"Lo pada ngapain dah, heboh amat," ucap Bisma mendekat ke arah cewek-cewek yang berdiri dengan histerisnya. Tak ada yang menggubris seruan Bisma. Mereka masih sibuk membidik gambar seseorang untuk disebar di sosial media.

Tak mendapat sahutan dari para cewek, Bisma pun ikut berjinjit. Melihat ada apa di dalam kelas XI-IPA 3. Dan ternyata ada cowok yang tidak asing bagi Bisma.

Tanpa berlama-lama, Bisma kembali ke kelasnya. Mencari sosok Lanang yang sudah asik dengan layar ponselnya.

"Bakal ada anak baru di kelas sebelah, lo tau dia siapa?" ucap Bisma menggebu. Membisikkan orang yang sudah mereka kenal sebelumnya.

◆◆◆

Di tengah pelajaran yang berlangsung, semua siswi perempuan XI IPA-3 tak bisa mengalihkan tatapannya pada sosok siswa baru berparas tampan yang kini tengah duduk persis di sebelah Niar.

Karena hari ini Putri tidak masuk kelas, akhirnya Bu Ida guru Bahasa Indonesia memutuskan untuk Zilo duduk sementara waktu dengan Niar. Sebagian teman-teman Niar merasa iri karena bisa duduk sebangku dengan cowok berbadan atletis ini.

Tak seperti teman Niar yang lainnya. Niar fokus mendengarkan Bu Ida yang sedari tadi menerangkan, sesekali menulis apa yang memang harus di tulis.

"Nama lo siapa?" tanya Zilo mengajak bicara Niar. Niar tak menjawab. Ia sibuk dengan apa yang ditulisnya.

"Woi gue nanya, masa gue gak kenal nama temen sebangku gue," ucapnya lagi.

Niar menoleh, menatap sengit ke arah lawan bicaranya.

"Ya udah, kenalin gue Zilo Abimastya.lo bisa panggil Zilo," ucap Zilo akhirnya.

"Lo nulis apaan sih." Niar yang sedari tadi diam pun kembali menatap Zilo. Rasanya Niar ingin melakban mulut tipis cowok disampingnya.

Mendapat tatapan horor Niar, Zilo langsung bungkam. Mengangkat tangan kanannya membentuk huruf v di kedua jari seolah berkata peace sambil meringis.

"Yang pendiam memang membuat orang ingin berkenalan lebih dalam."
-ZILO ABIMASTYA

Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.

08.08.'20

Daniar si ApatisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang