Daniar si Apatis

200 87 8
                                    

Motor RX King melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, tak menghiraukan nyawa, yang penting menjadi juara. Menjadi yang pertama melewati garis finis di depan sana.

Sosok cowok berpawakan tinggi itu membawa motornya dengan sangat brutal, mata tajamnya hanya fokus ke depan, ia tak mau kalah dengan saingan terbesarnya, Hendro.

Hendro Adi Wicaksono, musuh Lanang sejak mereka duduk di bangku SMP. Hanya perkara kecil bisa menimbulkan persahabatan mereka terbelah. Tak ada yang mau mengalah. Siapa yang benar, siapa yang salah. Entahlah, hingga kini mereka tak mau berdamai.

Suara balap motor memekikkan telinga di malam hari yang sunyi. Hendro yang berada tak jauh dari Lanang mencoba mempercepat laju motornya.

Kurang 100 meter lagi garis finis sudah di depan mata, Hendro yang notabene suka bermain kotor mencoba mencari celah agar Lanang tak bisa menang malam ini.

"Lo bakal kalah malam ini," ucap Hendro ketika melihat Lanang berada tidak jauh darinya.

Tanpa diterka dan diduga, Lanang oleng. Hendro menyenggol body belakang motor Lanang. Membuat Lanang kehilangan keseimbangan.

Senyum congkak Hendro terpatri dibalik helm fullfacenya.

"Bangsat!" geram Lanang kesal.

Tak ingin dikalahkan oleh Hendro, Lanang kembali memutar motornya. Kecepatannya kini lebih gila dari sebelumnya.

Motor Lanang melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Mampu mengalahkan Hendro adalah tujuannya.

Hiruk pikuk penonton membuat suasana makin ramai. Lanang yang bisa menyalip Hendro mampu menjadi pemenang untuk malam ini.

"Lanang!!!Lanang!!" Sorakan dari teman-teman Lanang mampu membuat emosi Hendro naik pitam.

"Lo kalah," ucap Lanang turun dari motornya. "Lo bisa main curang ke musuh lo yang lain, tapi lo gak akan bisa ngalahin gue, Lanang," imbuhnya menunjuk dirinya sendiri.

Hendro tersenyum congkak, ia menarik jaket varsity yang dipakai Lanang. Membuat Lanang tertarik kedepan.

"Gue emang kalah malam ini, tapi inget masih ada malam-malam selanjutnya buat gue ngalahin lo!"

"Gue tunggu," balas Lanang melepas cekalan Hendro pada jaket varsity yang dipakainya.

◆◆◆

Usai balap liar, Lanang langsung pulang. Ia tak mau merayakan kemenangannya. Ia sengaja lewat jalur yang tidak dilewati biasanya. Entahlah apa yang membuat Lanang lewat jalan ini.

Sosok perempuan yang berjalan tengah malam mampu membuat Lanang mengernyitkan kening.

"Tuh cewek beneran Niar?" Lanang bergumam. Menajamkan penglihatannya. Dan benar perempuan itu memang Niar.

Lanang yang menyadari perempuan berhodddie putih itu benar-benar Niar langsung menghentikan laju motornya tepat disebelah Niar yang  berjalan merunduk.

"Ngapain lo malam-malam jalan sendirian?" tanya Lanang to the point.

Niar yang mengenal suara Lanang menoleh ke kanan, ia terkejut ketika melihat Lanang berada di sekitar area rumahnya.

Niar menengok kanan-kiri. Takut cowok disampingnya ini bukan mengajak bicara dirinya.

"Eh cewek, ditanyain malah tengak-tengok," ucap Lanang dengan kekehan pelan. Tak habis pikir dengan tingkah Niar barusan.

"Beli obat," balas Niar pelan.

Lanang hanya manggut-manggut, menatap kantong kresek putih kecil yang di bawa Niar.

"Ayo gue anter, gak baik cewek jalan sendirian tengah malam gini," ajak Lanang.

Niar bergeming. Baru kali pertama ini Niar diajak oleh seorang cowok. Dan cowok itu Lanang.

"Ayo!" ajaknya lagi. Membuat Niar menggeleng pelan.

"Gak usah, makasih. Udah deket, kok," kata Niar menolak secara halus. Niar segera meninggalkan jalanan sepi itu. Tak mau berlama-lama bersama Lanang.

Bantuan Lanang yang ditolak oleh Niar membuat Lanang masih terdiam di tempatnya.

Menatap punggung kecil Niar yang semakin menjauh, bayangan suara Niar masih terngiang di telinga Lanang.

Untuk kedua kalinya, Lanang mendengar suara Niar, suara yang mungkin cowok lain belum tentu bisa mendengarkan.

Membuat senyum Lanang mengembang. Ada rasa bahagia malam ini. Yang pertama karena menang balapan liar, dan yang kedua bisa mendengarkan lagi suara Niar.

Tak jauh dari Lanang yang masih menatap kepergian Niar, sosok cowok dengan helm full face tengah menatap tajam seolah menemukan mangsa baru untuk dijadikan mainan.

"Suara orang cerewet sama orang pendiam itu beda. Dan gilanya aku tersenyum karena suaranya,"
-LANANG BAKAL BAGUS

Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


02.08.'20

Daniar si ApatisWhere stories live. Discover now