Daniar si Apatis

51 15 2
                                    

Putri yang sedari tadi sibuk belajar untuk menghadapi ulangan Matematika besok merasa jengkel dengan suara ponselnya yang sedari tadi berbunyi.

Puluhan kali ponselnya berdering dengan nama yang sama. Lanang Bakal Bagus. Cowok itu yang sedari tadi merecoki konsentrasi belajar Putri.

Dengan kapasitas kesabaran yang sudah di ujung tanduk. Ia pun menggeser tombol hijau di layar ponselnya dengan kasar. "Lo gak ada kerjaan telpon gue sekarang hah!" kata Putri dengan nada tingginya.

"Gue lagi belajar malah lo ganggu, ada apa?" tanyanya lagi. Suara gelak tawa Lanang terdengar membuat Putri semakin tersulut emosi.

"Gue cuman mau nanya, Niar takut hewan apa?" suara Lanang terdengar serius dari seberang telepon membuat Putri ingin sekali menjitak kepala cowok yang sudah mengganggu kegiatan belajarnya.

"LANANG!! LO SEHARI GAK BUAT GUE DARAH TINGGI BISA GAK SIH!" teriak Putri sudah kesal.

"Udah cepetan apa?" kata Lanang.

"Hewan berbulu, berkaki empat, matanya tajam," jelas Putri.

"Oke, thanks gue doain besok lo ulangannya lancar," kata Lanang mengakhiri telponnya tanpa mendengar ucapan Putri berikutnya.

Lanang tersenyum senang. Ia semakin gencar dengan cara yang diikuti Juki. Siapa tau Niar mau memberikan nomor ponsel ataupun ID Line nya.

Keesokan harinya cowok dengan motor Rx king nya menunggu Niar untuk berangkat bersama.

"Kok kesini lagi sih, Nang," kata Niar baru keluar pintu gerbangnya.

"Udah ayo, entar kita telat," kata Lanang enggan mendapat penolakan.

"Gue naik angkot aja, Nang," tolak Niar. Perempuan dengan seragam batik hijau tua dengan motif sekar jagadnya enggan menjadi sorotan mata teman-teman di sekolah.

"Yakin lo naik angkot?" tanya Lanang memastikan.

"Iya."

Tanpa mendengar ucapan Lanang lagi Niar berjalan menjauh. Meninggalkan Lanang yang masih diam di tempat.

◆◆◆

Niar yang sudah sampai di tepi jalan raya pun menghela napas lega. Akhirnya Lanang mau mendengar permintaannya.

"Kalo gitu kita barengan aja naik angkotnya," suara Lanang terdengar membuat Niar menoleh ke belakang. Raut wajah Niar cukup terkejut. Niar kira Lanang sudah pergi ternyata tidak.

Belum sempat Niar ingin protes, angkot dengan warna biru tua itu sudah terlihat. Dengan gerakan cepat Lanang langsung menarik pergelangan tangan Niar agar mereka berdua dapat tempat duduk.

"Lo seneng amat naik angkot, lebih enak naik motor gue tadi," bisik Lanang tepat di telinga Niar.

"Kalo lo gak suka ngapain naik angkot," jawab Niar tak kalah pelan.

Beberapa penumpang dalam angkot itu pun sesekali melirik ke arah Lanang dan Niar.

Lanang dengan seragam batik hijau tuanya memang terlihat lebih tampan. Apalagi rambut hitam legamnya yang tak pernah rapi sama sekali. Membuat nilai plus menurut beberapa murid perempuan.

"Karena lo nolak bareng gue, jadi gue ngalah biar bisa bareng lo," jelas Lanang.

Setelah itu tak ada lagi obrolan antara Lanang dan Niar hingga mereka sampai di depan SMA Analog. Rasanya baru kali ini Lanang naik kendaraan umum. Ia lebih suka mengendarai motornya daripada harus duduk berdesakan dengan penumpang lain. Namun Lanang hanya bisa membatin.

"Buat dua orang, Pak," kata Lanang mengulurkan uang sepuluh ribuan pada sopir angkot itu sebelum Niar mengulurkan uangnya.

"Nang, gue bisa bayar sendiri," kata Niar tak enak hati.

"Udahlah, gak apa," ucap Lanang tersenyum.

"Oh iya, gue denger lo pinter fisika ya, gue boleh minta tolong," kata Lanang di tengah perjalanan mereka berdua memasuki pelataran sekolah.

Mendengar permintaan tolong Lanang, Niar mengerutkan alis.

"Minta tolong apa?" jawab Niar.

"Ajarin gue fisika."

Siapa yang tak tau Niar. Perempuan dengan otak cerdas yang dimilikinya. Entah berapa daya tampung otak perempuan itu. Tak salah jika semua guru memuji kepandaiannya.

"Entar sepulang sekolah di gazebo," kata Lanang menatap manik Niar dengan tatapan memohon.

Niar mengangguk menyetujui. Ia tak berpikir lama-lama untuk membantu Lanang. Jangan kan Lanang, Putri pun ketika tak bisa dalam suatu pelajaran Niar tak segan untuk mengajarinya.

Bagi Niar, membagi ilmu lebih baik daripada memberi contekan. Itulah yang membuat Putri kagum dengan sosok Niar.

"Membagi ilmu lebih baik daripada memberi contekan."
-DANIAR CAHAYA MUKA


Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


10.09.'20

Daniar si ApatisOù les histoires vivent. Découvrez maintenant