Daniar si Apatis

51 18 0
                                    

Suasana gedung tua tempat markas geng Hendro tengah ramai. Banyak motor gede berjejeran rapi di depan gedung yang tak terpakai ini. Sosok cowok dengan seragam abu-abu yang kusut masuk ke ruangan luas yang sudah cowok itu hapal sebelumnya. Tanpa permisi cowok itu duduk di sebelah Hendro.

"Abis ketiban apa lo dapet muka babak belur kaya gini," ucap Eko yang duduk tak jauh dari Hendro.

"Diem lo!" sahut Zilo dengan suara dinginnya.

Hendro terkekeh mendengar suara dingin sahabatnya ini. Sementara Eko, cowok dengan tubuh kurus itu mengedikkan bahu tak acuh seolah sudah terbiasa mendapat perlakuan Zilo seperti ini padanya.

"Kenapa sama muka lo?" tanya Hendro masih terkekeh menatap penampilan Zilo. Tak biasanya Zilo seperti ini.

"Ini semua ulah si bangsat Lanang," ucap Zilo mengepalkan sebelah tangannya. Ia masih tak terima dengan perbuatan Lanang.

Ujung bibir Zilo tampak masih mengeluarkan darah, pelipisnya lebam akibat pukulan yang dilontarkan Lanang tiba-tiba. Cowok dengan rambut hitam legam itu seperti kesetanan, Zilo tak mampu untuk melawan.

Eko dan Hendro tergelak bersama mendengar ucapan Zilo. "Lo ganggu cewek cupu itu ya?" tebak Eko terkekeh geli. Mengingat jelas wajah beringas Lanang saat Niar berada digenggaman Hendro malam itu.

"Cewek itu kayanya penting banget buat Lanang," kata Hendro mengalihkan perhatiannya pada Zilo.

"Liat aja, Lanang selama ini gak pernah hilang kendali meskipun kita kata-katain kaya apapun," katanya lagi.

Eko mengangguk menyetujui. "Kita bisa tau kelemahan Lanang sekarang, kita bisa ambil keuntungan karena ada cewek itu di samping Lanang," kata Eko pada Hendro dan juga Zilo.

Zilo tak menghiraukan, ia masih berpikir keras untuk membalas apa yang telah diperbuat Lanang dan Niar padanya. Bisa-bisanya mereka berdua melukai harga dirinya. Terutama Lanang. Jangan harap Zilo akan diam saja.

"Udah gak usah lo pikirin, bentar lagi kita bakal jatuhin Lanang sejatuh-jatuhnya biar dia bisa ngerasain apa yang udah kita rasain," kata Hendro menepuk bahu Zilo.

Tau betul jika Zilo tengah dirundung emosi tinggi.

"Bener juga yang dibilang Hendro, kita main slow ae gak perlu keburu-buru," sahut Eko menimpali.

"Sebenernya gue bingung sama kalian berdua. Secara lo sama Lanang kan sepupu. Kenapa bisa gak akur gitu, ya?"

"Urus aja urusan lo!" sahut Zilo pedas pada Eko.

Sejujurnya Eko tidak terlalu tau tentang Zilo seperti Hendro. Mungkin karena itulah Eko merasa heran. Tak seperti Hendro yang sudah tau seluk-beluk mengenai Zilo dan Lanang.

"Lo jangan ganggu Zilo, kena amuk gue gak bisa cegah," kata Hendro mengusir secara halus pada Eko. Ia dan Zilo ingin berbicara empat mata.

Eko yang paham akan usiran halus Hendro mendengus sebal. Ia pun segera beranjak dari duduknya untuk gabung dengan teman lainnya yang tengah asik main kartu.

"Gue ada rencana, lo pasti bakal suka," kata Hendro penuh percaya diri ketika Eko sudah pergi meninggalkan dirinya dan Zilo berdua.

Zilo mengerutkan sebelah alisnya. Tampak tak yakin dengan ide bodoh yang diakan keluar dari mulut Hendro.

"Gue gak yakin ide lo bakal jalan," cibirnl Zilo menarik rokok elektrik di saku celana abu-abunya.

Hendro tergelak, tau betul ucapan seperti ini akan keluar dari mulut Zilo Abimasta.

"Percaya sama gue, ide ini bakal jadi ide gila buat ngejatuhin Lanang," kata Hendro mulai mendekat kearah Zilo dan membisikkan sesuatu.

Hanya Hendro dan Zilo yang mengetahui apa yang tengah dibicarakan. Entah lah ide gila apalagi yang akan dilakukan oleh keduanya.

"Ada saatnya seseorang harus berdiri melawan saat impian sahabatnya di tertawakan."


Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


04.09.'20

Daniar si ApatisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang