Daniar si Apatis

112 36 0
                                    

Berita Lanang dan Niar yang duduk semeja di kantin membuat semua murid SMA Analog heboh, tak terkecuali Putri. Perempuan dengan suara cemprengnya yang badannya kurang sehat pergi ke rumah Niar. Dengan cekatan ia ingin menanyakan langsung ke Niar, teman sebangkunya.

Tanpa permisi dan salam, Putri langsung masuk ke rumah Niar. Rumah besar yang tampak sepi. Putri sudah menganggap rumah Niar seperti rumahnya sendiri. Tak ada rasa sungkan jika sudah menjadi teman Niar.

"Kok lo bisa duduk semeja sama Lanang?" tanya Putri mengikuti langkah kaki Niar menuju dapur. Membuatkan minuman untuk Putri yang baru saja masuk rumah tanpa salam atau ketukan pintu. Hal yang sudah biasa Niar dapati dari Putri. Niar sendiri tak mempermasalahkan tingkah Putri yang dibilang kurang sopan.

"Gak tau, tiba-tiba dia narik gue buat duduk semeja sama dia," kata Niar menuangkan sirup marjan ke gelas yang sudah disiapkan.

Putri mengerutkan dahi. Tak biasanya Lanang mau duduk semeja dengan perempuan, apalagi di kantin sekolah.

"Kesini cuman tanya ini?" Putri yang tampak berpikir langsung menatap wajah flat Niar, Putri cengengesan.

"Ya aneh aja, lo emang gak ngerasa aneh gitu sama tingkah Lanang, lo juga tau sendiri tiap ketemu lo bawaannya ngajak gelut mulu sama gue," cerocos Putri.

Niar tak menjawab. Ia juga enggan memikirkan kejadian di sekolah. Baginya itu tak penting untuk dipikirkan di rumah.

"Lo duduk semeja sama Lanang aja sekolah udah heboh, apalagi lo deket dia. Udah jadi trending topic kali, ya!" seru Putri mengikuti langkah Niar menuju ruang tengah, ruang favorit Niar ketika ia merindukan keluarga utuhnya.

Melihat Niar melamun, Putri menepuk bahu sahabatnya pelan. "Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Putri mendudukkan dirinya di samping Niar. Niar menggeleng pelan.

"Ayah lo belum pulang?" tanyanya lagi, niat Putri agar Niar tak merasa sendiri.

"Dia jarang pulang, pulang-pulang juga malam," jawab Niar menatap bingkai foto di meja sebelah sofa yang ia dan Putri tempati.

Putri kembali bungkam. Ia tau perasaan Niar sekarang. Sahabatnya kini tengah rindu adiknya, Aura Adiwarna.

Semenjak perceraian kedua orang tuanya, Niar dan Aura seolah menjadi jauh. Mereka jarang bertemu ataupum sekedar menanyakan kabar. Meski Niar dan Aura bukan saudara kandung, tapi Niar menganggap bahwa Aura adalah adik kandungnya. Adik yang selalu membuat Niar tersenyum, adik yang selalu membuat dia merasa sempurna walau sederhana.

◆◆◆

Lanang, cowok bertubuh tegap dengan surai hitam legamnya sedari tadi mengelilingi jalanan dimana ia bertemu Niar. Sudah beberapa kali putaran ia mengitari area ini, namun Lanang tak kunjung mendapatkan sosok perempuan yang berhasil membuat Lanang merasa rindu dengan suaranya. Bodoh memang, tapi itulah yang dirasakan Lanang akhir-akhir ini.

Sudah setengah jam Lanang berkeliling dengan motor Rx Kingnya. Cowok yang mengenakan kaos hitam oblong itu akhirnya berhenti di swalayan dimana ia pernah bertemu Niar duduk menanti Putri. Memakirkan motornya, Lanang masuk ke swalayan itu untuk membeli minuman. Sedari tadi ia merasa haus.

Seperti biasa, Lanang yang baru masuk swalayan langsung disuguhkan dengan lemparan senyum ramah para pegawainya.

Tanpa menghiraukan ucapan pegawai perempuan yang mencuri pandang ke arah Lanang, ia langsung menuju display cooler. Beberapa kali Lanang menimbang-nimbang minuman apa yang ingin ia minum. Dan akhirnya ia mengambil sebotol kopi dingin.

Tak jauh dari Lanang berdiri, sosok perempuan berhodie putih tak sengaja menyenggol lengan Lanang. Membuat Lanang menatap wajah perempuan itu. Perempuan dengan rambut sebahu itu tak segan-segan untuk meminta maaf, walau dengan suara pelan.

"Niar," ucap Lanang sedikit kaget. Perempuan yang sedari tadi ada di pikiran Lanang akhirnya di sini, membuat senyum kecil tersungging di sudut bibir cowok itu.

"Lo disini?  Beli apa?" tanya Lanang menghiraukan permintaan maaf Niar.

"Ehmm beli…" Niar tak melanjutkan ucapannya, ia melirik bawaannya. Lanang yang terlihat bingung langsung memelototkan kedua bola matanya. Ia pun menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Tau betul barang apa yang di beli Niar yang kadang membuat para cowok bingung dengan barang keramat yang tiap bulan dibutuhkan cewek pubertas.

"Udah selesai kan belinya?" Lanang mengalihkan topik pembicaraan. Karena ia merasa malu jika terus-menerus menatap apa yang tengah di bawa oleh perempuan itu. Niar pun mengangguk.

"Ya udah ayo ke kasir, biar sekalian gue bayarin," ajak Lanang dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Niar.

Sesampai di kasir, pegawai kasir yang sedari tadi mencuri-curi pandang ke arah Lanang sedikit cemberut. Membuat Lanang mengernyitkan kening bingung dengan perubahan sikap pegawai perempuan bermake up tebal dengan tatapan tak suka melihat Niar.

Mengambil belanjaannya, Lanang dan Niar langsung keluar. Tak lupa Lanang juga mengucapkan terima kasih sebagai bentuk kesopanan.

Sesampai di luar, Niar meraih uang di saku celana jeans yang dipakainya. Menyodorkan beberapa lembar uang  untuk diberikan pada Lanang. "Gue ganti uangnya," ucap Niar pelan sambil meraih apa yang dibelinya dari tangan Lanang.

Lanang mengerutkan kening, ia tak segera menerima uang dari perempuan yang tingginya hanya sebahu cowok itu. Ia menatap lekat perempuam yang berdiri tepat di depannya.

"Kalo gue nolak, lo bakal paksa gue gak?" ucap Lanang dengan smirknya yang menyebalkan.

"Paksa?" Niar bingung. Ini cowok kenapa sih, batin Niar.

"Iya paksa, paksa buat nerima uang dari lo."

Niar seketika terdiam. Ia tak tahu harus berucap apa.

Lanang yang masih menatap Niar mendekat, "Kalo lo gak mau, kasih gue nomor lo, biar gue bisa kenal lo melebihi temen sebangku lo, si Putri," ucap Lanang menyodorkan ponselnya.

"Rinduku sederhana, ingin mendengar suaramu. Itu saja."
-LANANG BAKAL BAGUS


Gimana untuk part ini? Tebak menurut kalian part selanjutnya kayak gimana:)

Happy reading ya❤❤❤
Semoga kalian suka sama jalan cerita ini<3

13.08.'20

Daniar si ApatisWhere stories live. Discover now