Daniar si Apatis

94 33 1
                                    

Sudah seminggu lebih Zilo berada di SMA Analog. Zilo salah satu murid humble dan cukup famous di kalangan murid perempuan. Tak jarang banyak yang mengagumi cowok berpawakan atletis ini.

Semua murid tau, jika Zilo dan Lanang ada hubungan keluarga. Tapi entah kenapa mereka berdua selama di sekolah tak pernah saling menyapa.

Zilo yang baru keluar dari area parkiran SMA Analog tersenyum melihat Niar yang baru datang. Perempuan itu tak menyadari jika Zilo sedari tadi memerhatikannya sejak ia baru turun dari mobil.

"Hei," sapa Zilo ramah mensejajarkan langkah kakinya dengan Niar.

Niar tak menjawab. Ia hanya melirik sekilas ke arah Zilo. Cowok yang memiliki tubuh tinggi seperti Lanang itu terkekeh. Hanya Niar yang memperlakukan dirinya seperti ini.

"Cantik-cantik masa gak denger suara gue sih," godanya lagi.

Sungguh rasanya baru kali ini Niar memiliki teman seperti Zilo. Niar bukannya membenci Zilo. Namun ia lebih suka sendiri. Tal ada yang mengganggu seperti yang dilakukan Zilo padanya saat ini.

Di sepanjang koridor, Niar dan Zilo menjadi pusat perhatian. Mereka menatap keduanya seolah terheran. Baru kali ini Niar berangkat sekolah bersama cowok. Selama bersekolah di Analog Niar selalu berangkat sendiri. Putri? Tentu perempuan itu datangnya selalu kesiangan. Ia selalu datang 10 menit sebelum bel masuk berbunyi.

"Tumben Niar berangkat bareng Zilo," suara murid perempuan yang duduk di depan kelas berbisik pada teman-temannya. "Biasanya juga berangkat sendiri," katanya lagi sambil menatap kepergian mereka berdua.

"Mungkin ketemu di jalan," balas suara yang berbeda.

"Palingan juga cari perhatian sama Zilo, tau sendiri kan Zilo anak baru di sekolah ini," ucap murid perempuan lain terdengar sengit.

Niar diam. Ia membiarkan apa yang mereka nilai benar. Toh spekulasi orang tak pernah terenyuh di hati Niar

◆◆◆

Dari ujung lorong kelas XI IPA-1 terlihat Lanang, Bisma, Panjul, dan Juki yang sudah tiba 15 menit yang lalu sudah bertengger manis di depan kelasnya, XI IPA-2. Duduk di bangku panjang sesekali menggoda teman seangkatannya.

"Widihhhh Vita makin bening ae nih," suara Panjul menggoda murid XI IPA-4. Murid bertubuh mungil dengan mata sipit itu berjalan dengan langkah cepat. Ia enggan meladeni godaan Panjul.

Bisma dan Juki langsung terkekeh. Tau betul jika Panjul sudah lama memiliki rasa pada Vita. Namun, ia belum berani untuk mengungkapnya.

Berbeda dengan Lanang, cowok dengan jam tangan hitam di pergelangan tangan kirinya sedari tadi diam. Ia memilih sibuk mengamati lalu lalang murid yang lewat, menoleh ke kanan. Ia mengerutkan kening. Melihat Niar dan Zilo jalan bersama.

Tak lama kemudian Panjul, Juki, dan Bisma ikut menoleh.

"Temen baru, Niar," sapa Bisma ketika Niar berjalan mendekat ke arah kelasnya. Kelas yang letaknya berada di sebelah kiri kelas XI IPA-2.

"Ciee temennya nambah satu, baru lagi," kata Juki ikut menimpali.

"Cieee!!" Panjul pun ikut menyoraki. Membuat lorong di lantai dua langsung menatap Niar dan Zilo secara bergantian.

Niar hanya mengangguk. Tak ada suara yang keluar dari bibir mungil itu. Berjalan cepat melewati kelas Lanang.

"Niar diem-diem pinter juga cari temen, anak baru lagi," sahut Bisma tak habis pikir. Mereka semua tau jika Niar tak banyak memiliki teman di sekolah. Hanya Putri yang menjadi temannya. Kemana-mana berdua.

Lanang hanya diam. Masih menatap kepergian Niar hingga tubuhnya menghilang dari pandangan. Manik mata hitam itu menatap seperti ada rasa permusuhan.

◆◆◆

Niar yang baru saja keluar dari ruang guru untuk mengisi tinta spidol kelas berhenti. Menemukan sosok Lanang yang sudah bertengger manis dengan kaki jenjang menyilang di depan ruang guru. Satu tangannya masuk di saku celana abu-abu dan tangan lainnya tengah asik memainkan pulpen yang di pegang. Lanang seperti menunggu kedatangan seseorang.

"Lo berangkat bareng Zilo?" tanya Lanang menegakkan tubuhnya dengan benar ketika Niar berjalan melewatinya.

"Enggak!" Niar lagi-lagi membalas ucapan Lanang dengan suara pelan.

"Terus kenapa lo tadi jalan bareng dia?"

"Tadi ketemu di parkiran," kata Niar berjalan menjauhi ruang guru yang diikuti Lanang.

"Entar sepulang sekolah gue mau ngomong. Gue tunggu di rooftop," pungkas Lanang enggan mendengar penolakan Niar.

Tanpa berlama-lama cowok itu melangkah pergi, meninggalkan Niar dengan muka bingung. Ada apa sih sama cowok itu, batin Niar merasa ada yang salah dengan tingkah ketua geng Dadoeg itu.

"Lo itu ibarat Haumea, unik dan sulit untuk dimengerti."
-LANANG BAKAL BAGUS


Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


16.08.'20

Daniar si ApatisWhere stories live. Discover now