Daniar si Apatis

57 19 0
                                    

Lorong sekolah tampak sepi. Niar yang terbiasa pulang paling akhir berjalan santai. Tak tau jika di belakangnya ada sosok yang mengikuti. Zilo. Cowok itu sedari tadi masih berada di lingkungan sekolah.

"Niar," panggil Zilo membuat Niar mengerutkan kening. Tak biasanya cowok ini pulang paling akhir, pikir Niar.

"Tumben pulang jam segini," kata Niar pada Zilo yang sudah berada di sebelahnya. Mereka berdua berjalan bersama.

"Ada hal yang pengin gue omongin?"

"Apa?" tanya Niar. Perasaan Niar kini mulai tak tenang.

Tanpa permisi dan meminta izin. Zilo langsung menarik tangan Niar cukup keras. Membuat Niar meringis kesakitan.

Zilo membawanya ke rooftop sekolah. Tempat yang aman untuk mereka bicara berdua.

"Niar! Gue suka sama lo," kata Zilo ketika mereka berdua sudah sampai di rooftop. Tanpa basa-basi sepupu Lanang itu mengungkapkan isi hatinya. Tanpa persiapan apapun Zilo mengutarakan isi hatinya pada perempuan yang berdiri mematung mendengar pernyataannya barusan.

Niar yang mendengar ungkapan Zilo mengedipkan matanya beberapa kali. Baru kali ini ada cowok yang menyatakan perasaannya pada Niar.

Niar sama sekali tak berpikiran jika Zilo menyukainya. Karena pikir Niar, ia tak terlalu cantik dan tak pandai bersosialisasi seperti kebanyakan perempuan lainnya.

"Apa yang lo suka? Mending lo cari perempuan lain yang lebih baik daripada gue," kata Niar memilah kata yang tepat.

Mendengar penolakan Niar, Zilo menatap wajah cantik perempuan berambut coklat itu dengan tatapan nyalang. "LO ITU KENAPA! APA YANG KURANG DARI GUE!" emosi Zilo yang tak terbendung. Sungguh mendapatkan hati Niar tak segampang mendapatkan hati cewek lainnya.

"LO ITU GAK USAH SOK JUAL MAHAL!" kata Zilo dengan tangan terkepal. Wajahnya memerah menahan amarah.

Plak

Tamparan dari tangan kecil Niar mampu membuat Zilo merasakan rasa panas yang menjalar di pipi kanannya. Mata perempuan itu memerah, menahan air mata agar tidak jatuh.

"Gue  bukan cewek gampangan. Asal lo tau lo orang pertama yang ngehina gue sekeras ini," suara Niar bergetar. Tak hanya suara, tubuhnya pun ikut bergetar. Napasnya naik turun. Dadanya sakit mendengar hinaan Zilo.

Zilo dengan tampang tak bersalah mendekati Niar. Tawanya membuat Niar mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan cowok ini. Sungguh rasanya Zilo seperti monster. Menakutkan. Itulah satu kata yang ada di otak Niar.

Dengan gerakan tangkas, Zilo mendorong tubuh Niar sampai terjatuh tersungkur ke lantai.

◆◆◆

Lanang, Panjul, Bisma, dan juga Juki yang baru keluar dari kantin langsung berjalan menuju parkiran. Mengambil motornya masing-masing.

"Gue langsung pulang ae lah. Emak gue minta jemput di salon," kata Juki saat berada di parkiran.

"Tumben amat lo," kata Panjul. "Biasanya juga ngeles kalo disuruh!" fakta yang sudah Panjul pahami sedari dia kenal Juki selama mereka berteman.

"Kaya gak tau aja akal bulus Juki. Pasti ada maunya tuh," celetuk Lanang tanpa permisi.

Bisma yang sudah mengeluarkan motornya pun tertawa. "Udah cepetan sana keburu nyokap lo nunggu lama," saran Bisma.

"Gini nih temen yang bener. Ngasih solusi bukan kek lu pada," kata Juki nyengir. Ia pun langsung bergegas mengeluarkan motornya daripada terus meladeni ucapan Lanang dan juga Panjul.

"Eh itu Zilo ngapain di rooftop," kata Bisma yang tak sengaja menengadahkan kepalanya menatap ke atas.

"Ngapain dia?" kata Panjul yang masih bertengger manis di motornya. Menunggu Lanang yang mengeluarkan motornya lebih dulu.

"Zilo gak sendirian. Dia kaya sama cewek," ujar Bisma lagi. Menyipitkan matanya karena silauan sinar matahari. Membuat Bisma tak bisa jelas melihat siapa perempuan yang bersama Zilo.

Lanang yang mengikuti arah pandang Bisma penasaran. Perempuan? Lanang pun sama menyipitkan mata. Sekilas ia melihat seperti perawakan Niar.

"Niar?" gumamnya pelan. Ngapain dia disana sama Zilo, batin Lanang tak senang.

Dirasa penglihatannya benar bahwa perempuan itu Niar. Lanang pun langsung turun dari motornya. Menghiraukan teriakan Panjul yang terlihat kebingungan dengan tingkah sahabatnya.

"Woi lo mau kemana!" ucap Panjul memerhatikan Lanang yang bergegas meninggalkan area parkiran.

Tak ada sahutan dari Lanang, membuat Panjul dan juga Bisma ikut turun dari motornya masing-masing..

Semua kata makian keluar dari mulut Lanang ketika ia menaiki tangga menuju rooftop. Sungguh ia tak mau Niar kenapa-napa.

Samar-samar Lanang bisa mendengar teriakan cukup keras dari Zilo.

Bugh

Pukulan Lanang tepat mengenai belakang kepala Zilo ketika cowok itu melihat Zilo mendorong kasar Niar hingga perempuan itu terjatuh.

"Bangsat!" amuk Lanang menghampiri Zilo.

"Jadi gini kelakuan lo sama cewek," kata Lanang menarik kerah seragam Zilo. Membuat cowok bertubuh atletis itu langsung berdiri.

"Pantes nyokap lo ninggalin bokap lo!"

"Cewek ini aja yang sok jual mahal. Ngapain lo belain dia!" Zilo merasa tak terima Ayahnya di samakan dengan dirinya. Cowok itu pun menunjuk ke arah Niar.

Zilo anak broken home. Karena sikap Ayahnya yang selalu menganiaya Ibunya membuat Ibunya tak betah untuk bersama.

"Jaga mulut lo atau gue…."

"Atau apa?" potong Zilo cepat. Tangan Lanang terkepal kuat.

Bisma dan Panjul yang baru tiba menyaksikan aksi keduanya. Lanang dan Zilo yang saling adu pandang. Dan Niar yang jatuh tersungkur.

"Niar!" panggil Panjul berjalan ke arah Niar. Membantu perempuan itu untuk berdiri.

"Lo gak pa-pa?" tanya Bisma yang berjalan mendekat. Menghiraukan Lanang dan Zilo yang masih saja adu pandang.

Pertanyaan warga +62. Sudah tahu terjatuh masih saja ditanya gak pa-pa. Membuat Panjul menatap Bisma dengan pandangan 'lo gila? Jelas sakit, lah! Udah ngerti jatuh masih ditanya gak pa-pa.'

"Meski lidah tak bertulang, bahaya yang ditimbulkan juga sangat besar."


Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


01.09.'20

Daniar si ApatisWhere stories live. Discover now