Daniar si Apatis

67 22 1
                                    

Lanang langsung menarik Niar ke tempat sepi. Perempuan itu masih menunduk dan membisu. Lanang juga merasakan tangan perempuan itu masih gemetaran.

"Niar," panggil Lanang pelan. Mereka kini berada jauh dari jangkauan anak-anak Dadoeg dan juga geng Hendro.

"Kenapa bisa sama Hendro?" tanyanya lagi.

"Gue abis dari swalayan di deket rumah," ucapnya lirih. "Pas mau balik, gue dihadang sama gerombolan cowok-cowok yang gue sendiri gak tau mereka siapa," jelasnya dengan suara gemetar.

Lanang pun menghembuskan napas kasar. Masih menormalkan emosinya agar tidak membludak tak karuan.

"Gue gak bisa nolak. Salah satu dari mereka ada yang bawa pisau."

"Gue takut, Nang," kata Niar pelan.

Mendengar ucapan Niar, Lanang semakin mengepalkan tangannya. Sungguh Hendro malam ini memang mau bermain-main dengannya.

Belum sempat Lanang mengeluarkan suaranya. Panjul tiba-tiba datang. "Nang, lo bisa bonceng Niar," kata Panjul.

Akhirnya Hendro menyetujui tawaran Bisma yang sedari tadi bernegosiasi.

"Gue harap lo jaga Niar bener-bener," pungkas Panjul menepuk bahu Lanang pelan.

Niar yang mendengar akan ikut lomba balapan rasanya ingin lari dari hadapan Lanang. Sungguh perempuan mana yang tak ingin kabur. Nyawanya bisa saja menjadi taruhan.

"Gue gak mau ikut balapan," suara Niar memohon. Membuat mata Lanang dan Panjul seketika menatap raut ketakutan Niar.

Panjul yang paham akan tatapan Lanang mengangguk. Pergi meninggalkan Lanang dan Niar untuk memberi ruang bicara pada keduanya.

"Niar, dengerin gue," kata Lanang memegang kedua bahu perempuan itu agar menatapnya dengan benar.

"Lo jangan takut, ada gue" katanya dengan nada meyakinkan. "Apa lo mau di bonceng Hendro?" tanyanya lagi membuat Niar langsung menggelengkan kepalanya cepat.

Entah Hendro atau Lanang, keduanya sama-sama menakutkan. Niar takut jika malam ini ia akan celaka hanya karena di bonceng saat balapan.

Melihat reaksi Niar. Lanang memegang tangan yang sedari tadi di cengkeram Hendro. Membuat tangan perempuan itu memerah. Entah Lanang sadar atau tidak. Tiba-tiba ia membelai pergelangan tangan Niar, sedikit mengurangi rasa sakit akibat ulah Hendro.

Niar tak menolak. Ia menatap iris mata Lanang dengan tatapan yang entahlah. Lanang sendiri pun tak paham akan tatapan Niar untuknya. Karena baru kali ini Niar mentapnya dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Gue bakal bawa lo pulang," kata Lanang. "Gue janji," imbuhnya dengan nada pasti.

◆◆◆

Malam ini keadaan balapan cukup menegangkan. Baru kali ini balapan antara Hendro dan Lanang membonceng seorang perempuan. Di sisi jalan kanan ataupun kiri para penonton tengah menatap Lanang dan Hendro bergantian. Kebanyakan dari anggota geng masing-masing.

Niar yang di bonceng Lanang dan jangan tanya Hendro, cowok itu membonceng perempuan yang mengenakan pakaian kekurangan bahannya.

"Pegangan yang kuat," kata Lanang mengambil dua tangan Niar agar memeluknya dengan kencang. Lanang tau betul jika Niar masih gemetaran sedari tadi. Hingga kini pun tangan perempuan itu lebih dingin dari sebelumnya.

"Kalo takut tutup mata lo," katanya lagi di balik helm fullface berwarna hitam.

Niar mengangguk pasrah. Ia tak banyak bersuara. Namun dalam hati ia terus merapalkan banyak doa agar ia tak celaka.

◆◆◆

Suara deruman motor saling sahut-menyahut malam ini. Tak seperti biasanya, Lanang berkali-kali menatap kaca spion. Menatap wajah Niar dengan kedua matanya yang tertutup. Tau betul jika Niar dilanda rasa takut yang luar biasa.

"Lanang," panggil Niar membuat Lanang menatap manik mata perempuan yang duduk di jok belakang motornya.

Satu tangan Lanang melepas stang motornya. Mengusap pelan tangan Niar yang melingkar di tubuhnya. Seolah memberi ketenangan agar perempuan itu tak terlalu kalut dalam ketakutannya.

"Lo aman," balas Lanang kembali fokus dengan jalanan yang di lewatinya.

Malam mencekam, kedua motor itu tak ada yang mau mengalah. Di saat tikungan sudah terlihat. Seperti biasa, Hendro dengan segudang trik nakalnya akan membuat Lanang terjatuh untuk malam ini. Ia tak mau melihat Lanang menang.

Kecepatan dan derum motor Hendro semakin mendekat ke arah Lanang yang berada persis di depannya.

Dengan sengaja Hendro menghimpit motornya dengan motor Lanang. Membuat Lanang menatap nyalang Hendro dari balik helm fullfacenya.

Bangsat! batin Lanang tak mau membuat Niar semakin ketakutan. Di bonceng saat ini saja sudah membuat Niar gemetaran. Apalagi jika ia meluapkan emosinya. Jelas perempuan itu akan takut setengah mati padanya. Itulah yang ada dalam otak Lanang.

Tikungan sebelum garis finis adalah tempat dimana Hendro melakukan aksi kotornya. Arena yang pas melakukan aksi bobrok Hendro demi sebuah kemenangan.

Laju motor Hendro ketika ditikungan sangat cepat. Kecepatannya tak dikurangi sedikitpun. Hendro mencoba menghimpit ban motor belakang Lanang agar Lanang terjatuh dan tergelimpang. Membuat Hendro menang.

Membayangkan saja sudah membuat Hendro senang.

Tak disangka Lanang yang paham akan taktik balapan mengerem dengan lambat laju motornya. Sebuah perhitungan yang matang. Membuat Hendro terjatuh dan terperosok ke aspal jalanan.

Senjata makan tuan, batin Lanang tersenyum senang.

"Bangsat," geram Hendro dengan emosi yang tak tertahankan. Motor Hendro oleng membuat sang pemilik dan juga perempuan yang diboncengnya terjerembab motor gede Hendro.

"Shhhh," Rintihan perempuan yang dibonceng Hendro tak dihiraukan. Hendro langsung berdiri dan menarik keras tangan perempuan berpakaian mini itu dengan kasar agar segera menaiki motornya.

"Kita menang," kata Lanang kepada Niar yang masih saja menutup rapat kedua matanya. Dengan gerakan pelan perempuan itu membuka kedua matanya. Dan benar garis finis sudah ada di depan mata.

Sorak-sorai penonton di kejauhan sudah terdengar. Suara anak Dadoeg yang paling keras terdengar. Mereka terlihat senang. Menyebut nama Lanang, sang ketua Dadoeg.

Lanang yang mendekati garis finis melakukan aksi wheelie. Membuat anak Dadoeg dibuat heboh apalagi melihat Niar yang semakin erat memeluk Lanang.

"LANANG! LANANG! LANANG!"

"WOI KALIAN KALAH LAGI SAMA LANANG!" teriakan keras dari Brandon dengan tawa kerasnya. Diikuti beberapa anak Dadoeg yang berada di sekelilingnya.

"Menang itu hal kedua setelah kesenangan."
-LANANG BAKAL BAGUS

Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


25.08.'20

Daniar si ApatisDove le storie prendono vita. Scoprilo ora