Daniar si Apatis

55 15 2
                                    

Geng Dadoeg malam ini tengah berkumpul.

Banyak dari anak Dadoeg tengah asik membicarakan sosok Niar. Perempuan yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan. Salah satunya Brandon.

"Cewek yang ikut lomba malam kemarin itu siapanya Lanang?" tanya Brandon pada Bisma yang sedang duduk sendiri di bangku panjang depan pos.

Panjul dan Juki mereka berdua ditugaskan membeli makanan dan minuman di swalayan. Lanang? Tentu cowok itu tengah asik makan di warung Bu Tami. Datang-datang sudah minta jatah makan.

"Niar?" kata Bisma memastikan. "Dia temen gue. Kita seangkatan."

"Cantik," gumam Brendon pelan. "Gue kira ceweknya Lanang."

Bisma terkekeh. Lanang memang belum pernah pacaran, karena bagi cowok bertubuh tinggi dengan mata iris hitamnya itu suatu hubungan akan membuatnya pusing memikirkan.

"Kenapa ngira gitu," kata Bisma dengan kekehan ringannya.

"Liat aja Lanang. Dia yang biasanya gak main tangan sama lawan tiba-tiba brutal cuman gegara Niar ketakutan. Yang lain pasti sependapat sama gue," jelas Brandon mengambil ponselnya yang bergetar di saku jaket kulitnya.

Melihat nama penelpon di layar ponselnya, Brandon beranjak berdiri. "Gue pergi dulu, ya. Cewek gue telpon," kata Brandon tak ada sungkan-sungkannya. Bisma hanya mengangguk.

Semenjak kepergian Brandon. Bisma menutup kedua bola matanya. Cowok yang mengenakan kaos hitam bertulis Hugos itu menyandarkan tubuhnya ke dinding. Seolah berpikir ada yang aneh dengan Lanang. Apa yang diucapkan Brandon memang ada benarnya. Tak hanya ucapan Brandon. Sewaktu dirinya dan juga Panjul berada di rooftop Lanang kembali hilang kendali hanya karena Niar. Apa mungkin Lanang ada rasa dengan Niar? Itulah pertanyaan yang terpatri dalam otak Bisma.

15 menit ia memikirkan tentang Lanang. Cowok itu kembali membuka matanya. Merasa ada seseorang yang ikut bergabung duduk di sampingnya.

"Mikirin apa, lo?" tanya Lanang.

"Cuman mikirin tingkah temen-temen gue aja," kata Bisma santai.

Lanang hanya mengangguk. Mereka berdua diam. Mengamati jalanan dan juga anak Dadoeg yang sedang bersenda gurau ataupun bernyanyi bersama.

"Nang," panggil Bisma membuka suaranya. "Kenapa waktu Niar di bawa Hendro lo keliatan marah?"

"Gak ngerti. Tiba-tiba gue gak suka liat si bangsat Hendro bawa Niar," ucap Lanang masih memerhatikan aktifitas anak Dadoeg di seberang.

"Kaya nya lo mulai perhatian sama Niar. Gue sih cuman ngira-ngira aja," kata Bisma pada Lanang.

"Kalo lo suka. Kejar jangan sampai keduluan sama yang lain."

Entah darimana Bisma berani berkata seperti ini. Tak biasanya Bisma membahas perempuan.

Lanang tak menanggapi. Membuat Bisma tak berkomentar selanjutnya.

◆◆◆

Panjul dan Juki memakirkan motornya tepat di depan pos. Juki yang sudah turun lebih dulu pun nyengir pada Lanang dan Bisma.

"Dapet apaan lo cengar-cengir gak jelas," ucap Lanang kepada Juki.

"Gilaa! Barusan gue gak sengaja ketemu Vita," kata Juki dengan wajah berseri.

"Ketemu dimana?" tanya Bisma kepo.

"Di swalayan depan," sahut Panjul sehabis mematikan mesin motornya. Cowok itu langsung merebut kantong plastik yang di bawa Juki. Membuka plastik itu dan membagikannya pada Bisma dan Lanang.

Juki yang masih senyum-senyum sendiri pun langsung mengeluarkan ponselnya. Mengotak-atik layar tersebut.

"Gak waras lo?" tanya Lanang memerhatikan tingkah Juki.

"Lagi seneng dia. Jangan lo ganggu, Nang." Panjul menimpali. Sungguh melihat tingkah Juki sewaktu mereka di swalayan membuat dirinya malu setengah mati.

Bagaimana tak malu, Juki dengan wajah tololnya terpekik melihat Vita yang berada tak jauh dari swalayan tempat ia membeli beberapa makanan ringan dan minuman.

"Seneng kenapa?" tanya Bisma menatap Juki yang masih senyum-senyum dengan ponselnya.

"Dia abis dapet ID Line si Vita," jelas Panjul.

Lanang yang sibuk dengan makanan di kantong kresek pemberian Panjul pun mendongak. Ia tampak tertarik dengan ucapan Panjul.

"Gimana caranya, setau gue Vita anaknya gak gampang kasih ID Line ke sembarang temen," kata Lanang pada Panjul dan Juki.

"Easy peasy guys," sahut Juki dengan gaya bahasa inggrisnya.

"Ketularan Vriska ni anak," kata Bisma memutar bola matanya malas.

Juki pun tertawa terbahak. "Temen lu juga, bego," jawabnya enteng. Juki pun langsung menceritakan bagaimana dia bisa mendapat ID Line Vita. Benar apa yang diucap Lanang. Vita bukan perempuan gampangan untuk membagikan sebuah ID Line ataupun nomor whatsapp sama seperti Niar.

"Gue tanya Flara temen si Vita, kalo dia itu takut sama ulet. Pas gak sengaja gue ketemu dia di depan swalayan gue ada ide supaya dia ngasih ID Line nya sama gue," kata Juki mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

Bisma dan Lanang yang masih mengunyah beberapa snack memerhatikan. Sedang Panjul sudah pergi ke warung Bu Tami untuk menyingkirkan rasa malu akibat tingkah Juki.

"Gue liat ada ulet tuh di pohon mangga yang gak jauh dari swalayan. Gue taruh deh di bahu Vita," kata Juki membayangkan bagaimana takutnya perempuan itu pada ulat bulu.

"Gue pura-pura nyapa dia dan gue bilang kalo di bahunya ada ulet."

"Terus? Gila lo, demi dapetin ID Line Vita lo rela malu di muka umum," kata Bisma geleng-geleng kepala. Untung ia tadi tak ikut ke swalayan bersama Juki. Bisa-bisa ia ikut malu sendiri.

"Demi cinta apapun gue lakuin," sahut Juki. "Mau dilanjutin gak?" katanya lagi pada Lanang dan Bisma.

Lanang yang sedari tadi tertarik dengan cara Juki mengangguk.

"Pas dia mau minta tolong gue. Gue bilang kalo gue ada syaratnya. Dia setuju aja. Ya udah dapet deh ID Line Vita," kata Juki kembali dengan senyumnya yang menyebalkan.

Bisma hanya bisa geleng-geleng kepala. Pantas saja Panjul sedari tadi menekuk mukanya. Jelas dia malu setengah mati dengan tingkah Juki.

Berbeda dengan Lanang, cowok itu sepertinya tertarik untuk mengikuti cara Juki agat ia mendapatkan nomor Niar.

"Hanya demi id line kita rela melakukan hal gila demi mendapatkannya."


Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


07.09.'20

Daniar si ApatisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora