Daniar si Apatis

84 22 0
                                    

Pos Dadoeg siang ini padat dengan para cowok berseragam SMA. Kebanyakan dari SMA Analog. Beberapa juga ada dari luar SMA Analog.

Berbeda seragam tak membuat mereka saling menghina sekolah lainnya. Malah mereka semua saling menghormati dan menghargai.

Salah satunya Brandon, murid dari SMA Horizon yang bergabung dengan Dadoeg beberapa bulan lalu.

Brandon yang baru datang langsung menghampiri Lanang, Bisma, Panjul, dan juga Juki. Mereka berempat tengah asik melahap nasi pecel di warung Bu Tami.

"Nang!" panggil Brandon duduk di bangku kosong sebelah Lanang.

"Hendro mau ngajak lo balapan entar malem," kata Brandon menatap Lanang yang masih asik dengan nasi pecelnya.

Bisma yang duduk tak jauh dari Lanang menghentikan aktifitas makannya. "Lo tau darimana?" tanya Bisma pada Brandon yang tengah mengambil teh botolan di depannya.

"Gue denger dari cewek gue. Dia anak Leter," jelasnya.

"Belum mau kalah emang tuh anak," kata Panjul menimpali.

Sebelumnya Lanang, Bisma, Panjul, dan Juki belum tau soal Hendro yang akan mengajaknya balapan. Entahlah ini keberuntungan yang tak diduga.

Dengan adanya balapan ini, Lanang menjadi bersemangat untuk mengalahkan rivalnya lagi. Mungkin dengan kekalahannya, Hendro bisa sadar diri jika ia tak bisa menyaingi sosok Lanang. Ketua geng Dadoeg yang berstatus geng balap motor terbesar di wilayahnya saat ini.

Meski geng besar, semua anggotanya menutup rapat nama Dadoeg. Bukan karena apa? Mereka tak mau membuat geng yang selama ini memberikan arti sebuah persahabatan, persaudaraan, serta makna perbedaan bubar begitu saja.

Namun jika kalangan adam yang mendengar. Mereka semua akan memberikan pujian habis-habisan pada geng yang dinaungi oleh Lanang.

"Hajar ae, Nang! Jangan biarin dia menang," suara Juki ikut berkomentar.

Tau betul bagaimana sifat dan watak Hendro. Keempat cowok yang masih duduk di warung Bu Tami itu saling memandang iris mata masing-masing. Seolah memberi isyarat bahwa nanti malam akan ada perayaan besar-besaran.

◆◆◆

Jalan mulus dan sepi. Tempat yang cocok untuk dijadikan arena balapan malam ini.

Seluruh anak Dadoeg tengah berdiri di masing-masing motornya, menunggu kehadiran Hendro.

Tepat apa yang dikatakan Brandon tadi siang. Tak lama Brandon pergi menjauh, Lanang mendapatkan satu pesan dari Hendro.

Hendro Adi.W
Gue tantang lo balapan malam ini. Ada surprise yang buat lo suka


Gerombolan motor gede yang diketuai Hendro dari kejauhan telah terlihat. Ada yang asing diantara mereka semua. Hendro yang tak biasanya membonceng, kini jok belakang motornya terisi oleh sosok perempuan.

Sedang Lanang, cowok yang mendudukkan dirinya diatas motor RX King dengan satu kaki diatas motor dan kaki satunya tergelantung di tanah masih asik menatap layar ponselnya.

"Dia dateng," bisik Bisma turun dari motornya.

Panjul dan Juki yang sedari tadi menatap ke arah depan terperangah. Mereka berdua langsung turun dari motor masing-masing.

"Niar!" ucap Panjul dan Juki bebarengan.

Mendengar nama Niar, Lanang langsung mendongak. Nama perempuan yang mampu membuat Lanang memasukkan ponsel di saku celananya. Wajah Lanang tampak mengeras melihat Niar.

"Ngapain Niar di bonceng Hendro?" tanya Panjul dengan wajah terkejut yang luar biasa.

Bisma yang masih menatap gerombolan Hendro berjalan mendekat dimana ketiga temannya tengah berdiri di depan motor masing-masing. "Ada yang gak beres," kata Bisma merasa ada yang janggal. "Jaga sikap lo pada. Dia bawa temen kita," katanya lagi dengan tenang.

Niar? Temannya? Tentu saja. Bisma menganggap Niar temannya meski ia tak terlalu dekat dengan cewek yang menyandang murid terpandai di sekolahnya.

Siapa yang sekolah di SMA Analog dan yang masuk geng Dadoeg adalah teman. Tak ada perbedaan bagi Bisma Anugara. Cowok dengan segudang sikap yang dimilikinya.

"Kenapa wajah kalian kaku gitu," ucap Hendro turun dari motornya. Menggandeng tangan Niar dan menariknya dengan paksa agar lebih dekat dengan dirinya.

"Kenapa lo bawa-bawa cewek," kata Lanang maju selangkah memandang Niar yang terlihat gemetaran. Perempuan dengan rambut coklat sebahu itu tak berani mengangkat wajahnya.

"Kenapa? Lo gak suka?" tantang Hendro dengan senyuman mengejek.

Lanang diam. Ia masih memperhatikan Niar. Tangan kanannya terkepal kuat. Sungguh ingin rasanya ia menarik Niar dari cengkraman Hendro dan menggadeng tangan perempuan itu.

"Lo mau balapan malam ini beda, kan? ucap Hendro menatap Lanang. "Gue punya aturan baru biar lebih seru," katanya lagi melangkah maju mendekati Lanang yang diikuti Niar.

Hembusan napas Lanang tak beraturan. Ingin rasanya Lanang memukul wajah rivalnya ini. Dadanya rasanya kembang kempis melihat Niar yang gemetaran sedari tadi.

"Cepetan! Jangan banyak omong lo!" kata Panjul tak mau berbasa-basi.

Hendro terkekeh. Menatap satu-persatu wajah anak Dadoeg seolah meneliti.

"Kita balapan sambil bonceng cewek. Dan gue udah bawa satu cewek buat lo!" Hendro langsung saja menjentikkan jari. Memanggil cewek dengan pakaian mini.

Mendengar aturan aneh yang diberikan Hendro membuat beberapa pasang mata anak Dadoeg saling menatap teman lainnya.

"Gila!! Ini gak bener!" seru Brandon yang berdiri persis di sebelah Juki yang sedari tadi diam memerhatikan.

Bisma yang bisa mencerna situasi mulai maju. Menepuk bahu Lanang pelan seolah mengisyaratkan jika ia saja yang berbicara.

"Lo gila mau balapan sambil bonceng cewek?" kata Bisma dengan pandangan terarah pada Hendro.

"Kalo gak suka pulang aja sana lo!" seru Hendro mencengkram tangan Niar lebih keras dari sebelumnya. Membuat perempuan dengan sweater gombrong berwarna milo itu meringis kesakitan.

"Gue terima tantangan lo!" kata Lanang tegas. Sungguh Lanang tak tega melihat rintihan Niar. Membuat otaknya langsung saja menerima tantangan gila dari Hendro.

"LO GILA!" bentak Bisma tak bisa meredam kekesalannya.

"LO BISA BUAT DIA CELAKA!" katanya lagi.

Tak mendengarkan ocehan Bisma. Lanang langsung saja menarik Niar dari cengkraman Hendro. Membuat Niar langsung mendongak menatap wajah Lanang. Perempuan itu terkejut setengah mati dengan tingkah Lanang.

"Dan gue mau bonceng dia, bukan cewek murahan yang kekurangan bahan," kata Lanang pedas menunjuk perempuan dengan pakaian mini yang membuat Lanang jijik untuk menatapnya.

"Teman itu sama, tak ada beda diantara mereka. Entah berseragam ataupun bukan, teman saling memberi kesan tersendiri dalam diri kita."
-BISMA ANUGARA

Hai semua ini cerita pertama aku. Aku harap kalian suka dengan jalan ceritanya. Kasih aku saran untuk membuat cerita ini lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih yaa❤❤❤

Follow ig @nndanrstu untuk menjalin pertemanan.


23.08.'20

Daniar si ApatisWhere stories live. Discover now