2. Black Mask

2.1K 261 9
                                    

Pada siang harinya, Davion duduk di kamarnya dengan pikiran rumit. Berita yang didengarnya dari seorang penjaga yang menyusulnya di wilayah Klan Nara sangat mengejutkan. Sebenarnya beberapa jam sebelumnya, Davion sudah berniat kembali ke istana untuk mengecek situasinya. Namun, beberapa tetua melarangnya karena keadaan tidak terlalu aman.

Faktanya waktu yang dibutuhkan dari Klan Nara ke istananya hanya satu hari penuh. Setelah pertemuan itu benar-benar selesai tanpa ada halangan, Davion akhirnya segera pulang—mengikuti pasukan Nara yang pergi ke istananya lebih dulu. Beberapa pengawal dari para pimpinan klan juga mengantarnya sampai tujuan.

Istana dalam kekacauan saat Davion tiba di pagi hari; mayat berserakan, bau darah di mana-mana dan beberapa bangunan hancur. Anehnya dari kekacauan itu hanya pasukan penjaga yang diserang—para wanita, pelayan, dan anak-anak selamat. Selain itu, penjara bawah tanah di sebelah barat istana dibobol dan para tahanan melarikan diri.

Tidak diragukan lagi, itu pasti ulah Nero.

Spekulasi tersebut diperkuat ketika salah satu saksi penjaga melaporkan bahwa Nero telah menyerang tiga jam setelah Davion pergi. Nero adalah sebutan untuk penjahat dengan topeng hitam dan jubah hitam yang baru-baru ini meneror pulau itu. Dia juga merupakan petarung yang hebat dan disebut sebagai penjahat nomor satu di pulau Banditi.

Tujuan Nero adalah untuk memecahkan belah hubungan antar klan dan membunuh para tetua. Namun kabar tersebut masih simpang siur karena tindakan nyata Nero selama ini adalah membebaskan para tahanan di penjara empat klan tersebut. Nero sering melakukan serangan mendadak, karena itulah Davion terus meningkatkan pengawalan istana, meski faktanya mereka masih terus dikalahkan oleh buronan nomor satu itu.

Davion tidak mengerti seberapa kuat Nero sebenarnya?

"Ayah?"

Davion berbalik dan menemukan Arsen berdiri di ambang pintu kamarnya. Kemudian putra satu-satunya itu masuk ke kamarnya dan duduk di meja. Davion mengamati wajah putranya yang telah lama tak ditemuinya. Putranya telah tumbuh menjadi pria yang gagah, dengan janggut dan rahang yang kokoh. Arsen lebih tampan dari pada Davion saat muda dulu.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Arsen.

"Kenapa kau baru menemuiku sekarang?" Davion balik bertanya.

"Seseorang bernama Lavi terluka dan aku merawatnya sebentar."

Davion ingat pengawalnya juga melaporkan bahwa Nero telah berhasil melukai tangan kanannya yang terkenal hebat itu. Bahkan untuk ahli pedang seperti Lavi, Nero bisa mengalahkannya dengan mudah. Wajar saja jika para penjaga istana jatuh dalam sekali serangan.

"Kami menemukannya terluka di hutan dalam perjalanan ke sini," lanjut Arsen. "Mereka bilang dia tangan kananmu."

"Dia orang kepercayaanku," kata Davion meralatnya. "Dia adalah ahli pedang di istana ini."

Pada saat pasukan tambahan dari Klan Nara tiba, semua sudah terlambat. Seluruh penjaga istana telah terkapar di tanah tanpa ada tanda-tanda Nero di sana. Dia meloloskan diri.

Sebelumnya Nero sangat terobsesi dengan para tahanan mereka. Namun, biasanya, serangannya dengan mudah digagalkan oleh campur tangan beberapa prajurit Bathara. Entah bagaimana, kali ini mereka lengah dan membiarkan Nero menang.

"Bagaimana keadaannya?"

"Tabib berkata dia kehilangan banyak darah karena luka di perutnya. Sepertinya tusukan belati," jelas Arsen.

Mendengar hal itu, Davion mengerutkan kening. Biasanya senjata yang digunakan Nero adalah tongkat kayu. Bukan belati.

"Apakah kau sudah puas sekarang? Ayolah, hentikan semua ini! Kau bisa mati."

BLACK MASK [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now