27. Serve This Master Well

598 95 17
                                    

Perjalanan ke kamp pelatihan membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Saat ini rombongan mereka baru saja berjalan setengah hari tapi Arsen sudah merasa kelelahan.

Matahari pada bulan Agustus sangat terik dan hampir tidak ada tempat berlindung di sekitarnya. Semakin jauh mereka membelah hutan, yang ditemui hanya padang rumput luas dan kosong, seperti tak pernah dikunjungi manusia. Arsen benar-benar tidak berdaya dan suasana hatinya menjadi buruk.

Rupanya Lavi menyadari keluhan pria blonde itu ketika melihat butir-butir keringat mengalir di dahi sampai lehernya. Dia menyodorkan botol bambu yang berisi air pada Arsen tanpa menatapnya.

"Huh? Apa?"

Lavi tidak akan menjawabnya, tapi botol itu masih ada di tangannya.

Shuo melihatnya dari belakang dan berkata, "Tuan Muda, haruskah kita mencari tempat untuk beristirahat?"

Sebelum menjawab, Arsen mengambil botol bambu itu pada akhirnya, merasa geli, secara bersamaan juga merasa malu. Di antara mereka tidak ada yang terlihat kelelahan, mereka nampaknya memiliki fisik yang kuat dan terbiasa berkelana. Bahkan Dante juga tidak terlihat lelah.

Dante ikut berkata, "Matahari sangat terik, wajar saja jika bos lelah. Biasanya bos memakai kendaraan pribadi saat bepergian, mengapa tidak ada yang berpikir untuk memakai kereta kuda?"

Arsen menatapnya dengan perasaan terhina. "Aku baik-baik saja, aku masih cukup kuat beberapa kilometer lagi."

Lavi menyipitkan matanya. "Kau tidak bisa. Panas ini sangat terik."

Matahari tepat berada di atas kepala mereka, mungkin temperatur saat ini hampir empat puluh derajat celcius atau lebih. Sebenarnya tidak memungkinkan bagi Arsen untuk melanjutkan perjalanan lagi, jika saja dia seorang perempuan, mungkin dia sudah jatuh pingsan karena heatstroke.

Lavi saat ini masih berjalan dengan tenang di kuda, ketika Arsen meliriknya, pria itu seolah-olah disinari cahaya dengan baik. Cahaya yang satu ini tidak panas, tapi dingin sejuk, dalam pikirannya, Arsen merasa dia ditiup angin ringan.

"Maafkan pelayan ini, Tuan Muda. Seharusnya kita membawa kereta kuda."

Suara Shuo yang telah berada di dekatnya membuat Arsen terkejut.

Shuo juga memberikan botol minum yang lain dan sebungkus kue basah yang manis. Arsen mengambilnya dan memakannya secara perlahan, rasa lembut melebur di mulutnya yang kering.

Arsen tidak tahan untuk menawari Lavi. "Apakah kau mau?"

Lavi mengabaikannya sambil berjalan menjauh.

Kaki Arsen menendang perut kuda dengan ringan dan mendekat. "Aku akan menyuapimu, condongkan tubuhmu ke sini."

Kedua mata biru yang menatapnya dengan menggoda itu membuat Lavi benar-benar merasa gerah.

Perut kudanya dientak lebih kuat, menjauhkan diri lagi, pria blonde itu mengikutinya lagi, dan Lavi menjauh lagi—begitu seterusnya sampai mereka berdua jauh dari tiga pengawal lain yang pura-pura bodoh dengan gelembung cinta yang bertebaran di udara.

Dante meludahkan air liurnya ke tanah. "Omong kosong! Bahkan jika bos harus jatuh cinta, mengapa harus dengan pria sombong itu? Seharusnya dia suka wanita yang semok, 'kan?!"

Shuo dengan tenang menjawab, "Tuan Lavi itu cantik. Sikapnya sangat tenang dan elegan seperti bangsawan kaya raya."

Raiden menatap ke depan sambil berbicara, "Tuan Muda Arsen harus berusaha keras jika ingin mendapatkan hatinya yang dingin seperti es."

Shuo, "Tuan Lavi sebenarnya tsundere."

Raiden, "Haruskah kita memberi tahu Tuan Muda?"

Mendengar kalimat-kalimat pujian pada pria sombong yang tak disukainya itu, membuat Dante kesal. Sejak dulu dia punya sejarah buruk dengan pria tampan. Di masa mudanya, dia pernah punya pacar dan hampir menikah, tapi pada akhirnya wanita yang dicintainya itu selingkuh pada lelaki lain hanya dengan alasan pria itu lebih tampan darinya. Itu bukan satu cerita, beberapa kali Dante telah menelan garam diduakan dengan alasan yang sama, yang dengan kata lain mengatakan bahwa dia buruk rupa dari pria mana pun di dunia ini.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now