11. Who is Arsen to Lavi?

784 131 12
                                    

Deene tersenyum samar saat melihat Lavi terduduk di karpet tipis di tempat persembunyian mereka. Jauh menuju jantung hutan, mereka menemukan gubuk tua yang sepertinya sedang kosong, namun di dalam gubuk itu beberapa peralatan rumah tangga nampak masih layak dipakai. Sesampainya mereka di sana Karna segera memintanya untuk mengobati luka Lavi sedangkan pria itu memanggang ikan di belakang.

"Bagaimana lukamu?" tanya Deene lembut.

Lavi mengubah pandangannya menjadi siaga saat Deene mendekat.

"Jangan takut. Namaku Deene," katanya sambil mengulurkan sebelah tangannya, tapi Lavi tidak menggapai tangan itu.

"Deene?"

Deene mengangguk.

"Di mana Karna?" tanya Lavi setelah mengingat nama itu pernah disebutkan oleh sang kakak. Dia berusaha untuk bangun namun tubuhnya terasa sakit.

"Tenang, Kawan, kau belum pulih. Karna melemaskan semua ototmu," Deene menghela napasnya. "Saat ini Karna sedang memanggang ikan di—hei! Ya ampun, dasar keras kepala."

Deene menggelengkan kepala dan mengikuti langkah Lavi yang terhuyung-huyung keluar dari gubuk kecil itu. Mereka berdua langsung menemukan Karna yang sibuk membuat bumbu dari peralatan seadanya. Beruntung di dekat gubuk ada danau kecil yang memiliki beberapa ikan segar.

"Karna!"

Gerakan tangan Karna terhenti sebentar, meskipun dia tahu pemilik suara itu, dia tidak menoleh. Kegiatannya kembali berlanjut, beberapa ikan menunggu untuk ditusuk oleh sebatang kayu dan dibakar dengan api.

"Makanlah, ada dua ikan yang sudah matang," katanya. Namun tiba-tiba ikan di tangannya terjatuh saat mendapat pelukan erat. Karna memejamkan matanya, perasaan hangat menelusup ketika tangan Lavi mengusap bahunya.

Lavi, adiknya yang dirindukannya bertahun-tahun, ada di sini.

"Apa kau terluka?" Lavi melepaskan pelukannya dan mengamati tubuh kakaknya.

Karna kembali mengambil ikannya dan memanggangnya ke api, sambil berkata, "Tidak, tapi kau yang terluka."

Lavi terbungkam.

"Pergilah ke dalam dan obati dulu lukamu," kata Karna tanpa meliriknya.

Lavi tidak suka dengan nada perintah itu. Mereka tidak bertemu dalam waktu yang lama, dua puluh tahun, tetapi kakaknya tetap bersikap dingin seperti itu? Banyak yang tak berubah dari sang kakak, meskipun rambutnya bertambah panjang dan dia sedikit memiliki kerutan di sekitar mata, tapi aura hangat dari pria itu tetap terasa familier bagi Lavi.

Dia merindukan momen ini.

"Kenapa bukan kau yang mengobati lukaku?" tanya Lavi, berusaha sedikit egois. Di masa kecil apa pun masalah yang dihadapinya, Karna akan selalu menyelesaikannya dengan mudah. Jadi menjadi egois tidak masalah, dulu atau pun sekarang. "Aku tidak mau disentuh oleh orang lain."

Akhirnya Karna mengalah. "Kalau begitu makanlah dulu, aku akan mengobatimu nanti."

Deene berjalan ringan mendekati kakak beradik itu sambil bersiul, bau ikan yang sedap segera membuat perutnya berbunyi. Dia mengambil satu tusuk ikan matang dan menyantapnya tanpa dosa.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now