18. This Young Master Needs Lip Service

720 103 8
                                    

Seorang jenderal perang yang kuat harus digendong di punggung, itu sama seperti menurunkan harga diri. Bukan berarti Lavi tidak bisa menolak sehingga adegan itu harus terlaksana, tapi sejak naik ke daratan, kakinya melunak seperti agar-agar dan dia hampir tidak bisa berdiri.

Ikan itu seharusnya tidak beracun, kalaupun beracun pasti tidak mematikan.

Lavi punya pengalaman banyak di hutan belantara, bertemu banyak jenis binatang buas, digigit oleh mereka bukan hal baru. Hanya saja tercebur di air dan digigit gigi ikan adalah pertama kali.

"Apakah kau merasa sakit?" Arsen bertanya tiba-tiba di tengah perjalanan mereka.

Medan setelah tebing curam adalah jalanan tanah yang licin, namun stabil dan lurus, Arsen menggendongnya dengan baik tanpa ada tanda-tanda lelah. Lavi menjawab pertanyaan Arsen, "Itu tidak sakit sama sekali. Aku kebal terhadap luka."

Terdengar dengusan tak percaya.

Kalimat itu sama dengan apa yang diucapkan Arsen beberapa saat yang lalu, mendengar itu dari mulutnya sendiri sangat aneh.

Pondok yang dikatakan Arsen benar-benar tidak jauh, perjalanan mereka lama karena pria blonde itu sepertinya sengaja melambat.

Arsen baru menurunkannya ke tanah ketika tiba di halaman sebuah rumah sederhana yang keseluruhannya terbuat dari kayu berwarna cokelat. Rumah itu kecil dan sederhana, tapi kayu yang dipakai sangat kuat dan kokoh. Lampu bagian depan teras berwarna kuning redup seperti lilin,  terdapat dua kursi dan satu meja, tampak sepi.

Lavi mulai gemetaran sejak tadi, sekarang yang terparah. Arsen meliriknya tanpa berkomentar.

"Gilen!" Arsen mengetuk pintu pondok sambil menggandeng tangan Lavi dengan tangan yang lain. "Buka pintu, Gilen!"

Gigi Lavi menggeletuk dan dia memegang erat bajunya yang telah compang-camping. Ujung jarinya mulanya kesemutan, tapi kini sudah kebas. Dia tidak merasakan apa-apa lagi di jari kakinya sejak lima menit terakhir.

Arsen mengetuk pintu lagi tepat saat mendengar langkah kaki dari dalam.

"Siapa di luar?"

"Gilen, ini aku. Aku butuh bantuan."

"Arsen?" Pintu terbuka dan pria berambut merah muncul. Pandangannya menyipit saat melihat satu orang lain yang dibawa Arsen. "Apa yang—kau basah?"

Arsen hanya terkena tetesan air karena dia menggendong Lavi yang basah kuyup, dia sepenuhnya aman. "Aku tidak apa-apa, tapi Lavi tidak."

Lavi menyahut, "Aku baik-baik saja."

Siapa yang mau percaya dengan orang yang menggigil parah?

Gilen segera masuk ke dalam rumah, Arsen segera menggiring Lavi masuk untuk membiarkannya duduk di karpet lantai dekat perapian. Rasa hangat segera menyebar dengan baik pada mereka berdua. Barulah Arsen merasa bahwa dia kedinginan.

"Sepertinya kau harus ganti baju," kata Arsen sambil menggosok-gosok tangan dan kaki Lavi yang dingin.

"Ini," Gilen datang dengan membawa selimut tebal dan pakaian. "Aku akan membuatkanmu minuman hangat."

BLACK MASK [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now