28. Training Camp I

580 80 1
                                    

"Kelihatannya dia masih marah padamu?"

Deene menoleh mendapati Uriel di sebelahnya namun dengan mata mengarah pada seorang pria yang ada di sudut gua. Dia menarik napas dan menyandar pada dinding rapuh di belakangnya.

"Tentu saja dia marah, adiknya kabur lagi darinya. Lebih baik Tuan Muda mengabaikannya," jawab Deene malas.

Pandangan Uriel tak lepas sedikitpun pada pria yang tengah mengasah pedang di sudut. Suara mereka terdengar cukup keras saling bersahutan, tapi tidak membuat pria itu terganggu.

Pada akhirnya Deene ikut meliriknya, hanya untuk menemukan dirinya kembali mendesah. "Tuan Muda, jangan bersikap seolah-olah aku biang masalah di sini."

"Aku tidak menuduhmu seperti itu."

Tetapi Deene tidak percaya, meski di antara mereka tidak ada yang berpendapat, namun mereka tahu bahwa Karna memang sedang marah padanya. Apalagi ketika Deene membiarkan Lavi pergi kembali ke istana Bathara malam itu tanpa seizin dari Karna.

"Tidak heran jika aku menduga ada semacam hubungan khusus yang lebih dari sekadar kakak-adik di antara mereka berdua."

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?" tanya Walta yang sejak tadi ikut memerhatikan Karna.

Deene mengabaikan pertanyaan itu. "Rasanya aku ingin sekali menghajarnya."

"Kau ingin dihajarnya sampai mati?" Yasuo menunjuk kampak di tangannya.

"Aku tidak akan mati di tangan pria angkuh itu, Yasuo."

"Apakah kau ingin mati di tanganku?"

Pria dengan wajah berbekas jahitan menyela dengan menarik tangan Yasuo yang hendak beranjak melempar kampak. "Berhentilah, Yasuo. Jangan memancing Deene."

"Oi, oi, kenapa kau membela si pendek ini, Walta?"

Walta tidak menjawab, lebih memilih pada kegiatannya memotong-motong bambu menjadi beberapa bagian yang memiliki ujung yang runcing. Hal ini menuai dengusan keras dari Yasuo.

"Aku setuju dengan Senior Kecil. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan dirinya, meskipun dia kecil. Senior kecil adalah yang terkuat!" Raku menyahut sambil mengunyah makanannya.

Mendengar kalimat itu, Deene tidak tahu harus tertawa atau menangis.

Yasuo yang tidak suka ke mana arah pembicaraan ini berjalan, tidak berkata apa-apa lagi. Hubungan antara Raku dan Deene memang sejak dulu terjalin konyol seperti itu di antara dua anggota Sakunta yang lain. Ngomong-ngomong, Sakunta pada awalnya hanya empat orang, tapi Deene berkata bahwa dia ingin merekrut Uriel dan Karna juga, dan Yasuo tidak peduli lagi.

"Mau ke mana kau, Karna?" Walta melihat mengawasi Karna yang saat ini tengah memasukkan pedang ke dalam sarungnya.

Tanpa menoleh pria itu menjawab, "Aku akan mencari makanan."

Kalimat itu membuat semua yang ada di sana saling melempar tatapan—kecuali pria dengan sebagian wajah yang rusak, dia tengah menikmati buruan terakhir mereka yang sudah dibakar dengan matang. Membuat perhatian mereka teralih ke arahnya.

"Tentu saja, lihat siapa kucing kecil yang menghabiskan persediaan makanan kita ini?" seru Yasuo malas. "Hei, Raku, kalau kau mau makan kau harus bekerja."

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang