34. Kneel Together

479 80 10
                                    

"Aku tahu kalau dia telah meninggal dalam pembantaian Klan Adikara."

Rory terkejut. "Tuan Muda sudah tahu sampai sejauh itu?"

"Mengapa? Apakah itu fakta yang seharusnya tak kuketahui?" Arsen memberikan pertanyaan yang sama seperti yang dia berikan pada Ogima waktu itu. "Kasus ini membuatku sangat tertarik, itu saja."

Belum sempat Rory menjawab, Ogima datang dengan beberapa botol tinta hitam yang baru dan tersegel. Tidak seperti di kota, pengemasan tinta itu sangat sederhana, di pulau ini terdapat pabrik pembuatan tinta dan karena benda itu merupakan alat pokok untuk menulis, jadi produksinya selalu melebihi permintaan.

Setelah Ogima keluar, barulah Rory berbicara lagi, "Tuan Muda sebaiknya tidak menggali kasus ini lebih dalam. Biarlah kasus ini menjadi sejarah yang memilukan bagi semua orang."

Meja digebrak kasar oleh Arsen. "Tragedi itu masih terdapat banyak kejanggalan, kau mau membiarkan roh-roh leluhur Adikara tidak tenang di alam baka?"

Rory tidak mengerti mengapa Arsen begitu peduli dengan klan itu, menurutnya, Arsen bahkan tidak mengenal orang-orang dari klan tersebut—kecuali Lavi. Sebelumnya, Arsen sama sekali tidak ingat bahwa Lavi merupakan teman masa kecilnya, Rory berpikir bahwa mereka tidak sedekat itu saat ini.

Karena merasa penasaran, Rory bertanya hati-hati, "Apakah ini karena Lavi?"

Arsen menatapnya dengan serius. "Jadi kau tahu juga?"

"Tahu apa?"

"Bahwa dia berasal dari Klan Adikara."

Wajah Rory nampak sedih saat dia membenarkan dugaan Arsen.

Jauh sebelum mengenal Davion, Rory adalah anak muda yang mengelana dari suatu tempat ke tempat yang lain di pulau ini. Dia adalah yatim piatu, tidak mengerti dari klan mana dia berasal. Sampai akhirnya dia dipertemukan dengan seorang anak kecil yang ditolongnya di hutan, orang tua anak kecil itu merupakan penguasa pulau terdahulu, yang berasal dari Klan Adikara.

Anak kecil itu adalah Lavi, dia tersesat di hutan ketika memburu kelinci dengan ketapel dan berlarian sampai di hutan tanpa pengawasan. Saat Rory menemukannya, dia dalam keadaan terluka di bagian kaki dan membuatnya tidak bisa berjalan, lalu Rory dengan baik hati mengantarkannya pulang. Di tengah perjalanan dia bertemu Karna dan dibawa ke istana.

Sejak hari itu, Rory menjadi penduduk Klan Adikara. Hanya saja karena dia pengembara, maka dia tidak terus menetap di wilayah itu dan terus menerus pindah dari tempat ke tempat lain.

Hutan adalah rumahnya.

Pertemuannya dengan Lavi kecil sangat singkat, akan tetapi Rory tidak akan lupa pada wajah anak kecil lugu itu. Dia sudah menjadi tampan sejak kecil.

Pikirannya terus melayang-layang ke masa lalu sampai ketika dia melihat Arsen, tuan mudanya itu sudah mulai menyalin tulisan di kertas. Bentuk tulisannya tidak begitu bagus, terkesan tajam dan kasar, sesuai kepribadiannya, namun Rory tidak berkomentar.

Tiba-tiba Arsen tertawa. "Apa ini? Membayar pelacur adalah kewajiban?"

"Tuan Muda, sangat pantang menyebut kata pelacur di sini. Para gadis cantik sangat dihormati seperti dewi, kau bisa dikutuk semua orang sampai neraka." Rory memperingati.

Arsen tidak menanggapinya, dan memberikan pertanyaan lain. "Kau mengenal Karin?"

"Siapa yang tidak mengenal Nona Karin?"

Ketika mendongak, Arsen benar-benar terpukau melihat Rory tetap bersikap tenang, namun wajahnya memiliki semburat merah tipis, lalu membuat kesimpulan, "Oh, apakah dia 'gadis cantik'?"

BLACK MASK [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now