21. Déjà vu

577 98 8
                                    

Dalam perjalanan, Shuo tiba-tiba memberitahunya, "Sebenarnya, sebelum kami mendapat tugas untuk menjemputmu, Tuan Kiril sudah terlebih dahulu mendapatkannya."

"Kiril? Lalu di mana dia?"

"Tuan Besar memerintahkannya untuk ke kerajaan tetua, dan menyuruhnya untuk bertemu dengan Tetua Penn."

Arsen tahu kalau Kiril merupakan cucu dari Penn Askara, tetua yang paling berpengaruh di seluruh desa. Kiril merupakan cucu angkat dari pria tua itu, kepribadian mereka sangat bertolakbelakang jelas karena mereka tidak sedarah. Karena alasan itulah sampai sekarang Arsen bertanya-tanya apa hubungan mereka sebenarnya kurang baik.

Tapi itu tidak penting baginya.

Akhirnya setelah satu jam berjalan, mereka menemukan kuda-kuda mereka dan segera menumpanginya. Pada saat yang sama hujan juga mulai turun dengan deras. Awalnya hanya rintik-rintik kecil, kemudian titik air menjadi lebih tajam dan banyak. Mereka mulai sulit untuk melihat ke depan.

"Tuan Muda, haruskah kita mencari tempat berteduh?" Shuo mengusulkan.

Udara sangat dingin, tubuhnya pun mulai menggigil. Sebenarnya ide itu cukup bagus, namun Arsen tidak ingin berhenti. "Sedikit lagi, aku merasa kalau Lavi sudah dekat."

Shuo dan Raiden saling berpandangan khawatir.

"Tuan Muda, kau mungkin masih bisa berjalan lebih jauh, tapi berkuda di cuaca seperti ini akan sangat membahayakan. Jalanan sangat licin. Bagaimana jika kau terjatuh dan terluka?"

Shuo sangat masuk akal. Kuda mereka mungkin tidak akan bisa menahan hujan ini dan membuat langkah menjadi tidak stabil. Situasi ini memang berisiko.

Tapi setelah beberapa saat rupanya Arsen masih meminta mereka melanjutkan perjalanan.

Shuo tidak bisa tidak khawatir, akhirnya berkata lagi, "Tuan Muda, bagaimana jika begini, kau akan mencari tempat berteduh sementara aku yang akan mencari Tuan Lavi?"

Masih tidak ada jawaban dari Arsen. Mereka semua dibawa ke dalam perasaan bimbang.

"Tuan Muda—"

Arsen segera memotong kalimat Shuo, "Kita akan maju sedikit lagi sambil mencari tempat berteduh."

Ide itu akhirnya disetujui bersama, tapi Shuo masih punya gagasan lain.

Shuo segera meminta mereka berpencar, kali ini Raiden lagi-lagi menawarkan diri untuk mencari tempat berteduh. Shuo dan Dante tetap bersama Arsen agar tidak kehilangannya lagi. Mereka tahu persis jalan pulang ke istana, apalagi mengikuti Jalan Utama, tapi Arsen adalah orang yang tak bisa ditebak.

Lagipula mereka tidak mau terjadi sesuatu pada tuan muda mereka. Kalau hal buruk sampai terjadi, mereka tidak akan bisa menunjukkan wajah mereka pada Davion.

Dari kejauhan terlihat sebuah kuda melangkah lemah ke arah mereka bertiga. Kuda itu besar dan berwarna hitam legam. Awalnya mereka mengira kuda itu tidak bertuan dan kehilangan arah. Pada saat mereka mendekat, rupanya ada seseorang yang tertidur di atasnya.

Dante yang berkata pertama kali, "Lihat, lihat itu!"

Arsen mengusap wajahnya yang basah sambil memperjelas penglihatannya di tengah hujan deras. Kuda yang dilihat mereka terlalu hitam sehingga tidak terlalu jelas dari jarak jauh, tapi sangat jelas ketika mereka mendekat. Kuda itu secara naluriah berhenti berjalan seolah-olah sadar telah bertemu kawanannya.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now