32. Almost like a Love Triangle

531 82 13
                                    

Kereta kuda berhenti tepat di depan gerbang kebesaran istana Bathara. Pintu besi besar tersebut berderit terbuka sesaat seorang penjaga mendorongnya dengan segenap kekuatan. Bunyinya semakin memekakkan ketika benda itu nyaris menyentuh pada ujung pagar. Nampaknya gerbang itu harus diganti secepatnya sebelum ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Barisan kuda-kuda yang menjadi kendaraan pribadi kereta meringkik dan berjalan tepat di halaman utama. Rodanya mulai memutar dan membentur bebatuan yang tersusun rapi di sudut pintu masuk sampai ke halaman besar istana. Mengalihkan beberapa perhatian banyak pasang mata untuk melihat.

Sesaat setelah kudanya berhenti, seorang wanita turun dengan anggun, senyumnya mengembang dengan hidung yang terus membaui udara Bathara yang dirindukannya. Kemudian dia menyingkap pakaian merahnya saat melihat seseorang yang sangat dikenalnya muncul di antara para pelayan.

"Shuo! Raiden!" serunya.

Mereka berdua mendengar seruan bersemangat itu dan tahu siapa pemiliknya. Shuo mengisyaratkan Raiden untuk menyambut Tuan Besar mereka, sementara dirinya mendekat pada wanita itu.

"Nona Karin," Shuo membungkuk sebentar, berdiri tepat di hadapan wanita itu dan mengulurkan tangannya untuk diraih. "Lama tidak berjumpa."

Karin memoles senyum yang amat manis dan mengambil tangan Shuo untuk membantunya turun dari kereta kuda.

"Nona datang bersama rombongan Tuan Besar?"

"Hm," angguk wanita itu semangat, "Master memintaku untuk mengisi acara di Pasar Seni, beliau juga mengundang beberapa gadis cantik."

Di pulau ini jika suatu wilayah mengundang para 'gadis cantik' secara alami mengacu pada penari profesional di setiap acara yang punya jabatan dua kutip. Itu bisa disebut pelacur dalam bahasa yang kasar, namun di sini mereka disebut 'gadis cantik'. Shuo perlahan-lahan melihat dua kereta di belakang yang tirainya tersingkap dan menampilkan gadis-gadis bercadar, dan tersenyum tipis.

"Jadwalmu sangat padat, tapi syukurlah bisa datang untuk menghibur kami." Shuo berkata rendah diri.

Karin kurang suka dengan kalimat itu sejak bagaimana dia mengenal Shuo. "Bodoh, apanya yang menghibur kalau kau tidak tertarik untuk menggandeng kami?"

Menggandeng?

Itu mungkin sama artinya dengan mengundang mereka ke kamar untuk melakukan hal dewasa, sembari memberikan uang.

"Pelayan ini masih sangat muda untuk bersenang-senang," kata Shuo lemah lembut.

Jika Shuo sudah berkata dengan nada sopan yang penuh etika, Karin tidak bisa berdebat lagi. Sudah jelas bahwa dia tidak bisa memaksanya untuk bersenang-senang di kamar yang 'redup'. Akan tetapi, bukan berarti Karin suka daun muda, baginya Shuo masih terlalu kecil, usia mereka bahkan terpaut satu dekade lebih. Karin lebih suka pria dewasa yang mapan.

Dan dia sudah mempunyai seseorang yang menarik hatinya saat ini.

Karin menoleh ke belakang dan melihat Davion sudah dikawal menuju tempat istirahatnya. Lalu rombongan perlahan-lahan masuk ke dalam kamar-kamar tamu yang sudah dipersiapkan. Shuo masih menggandeng tangannya dengan hati-hati, gaun para gadis cantik selalu dibuat panjang menyapu tanah, jika tidak hati-hati, mereka bisa tersandung dan jatuh.

Setelah ragu beberapa saat, Karin akhirnya bertanya, "Di mana Tuan Lavi? Kudengar dia terluka parah."

Pemuda yang tampan dan unggul, bahkan ketika terluka, beritanya akan tersebar ke seluruh penjuru pulau. Ini juga berlaku bagi jenderal perang yang dingin itu. Meskipun tidak ada banyak orang yang bisa berinteraksi dengannya, tapi kharismanya tetap mempesona semua orang, sehingga apa pun yang terjadi padanya menjadi sorotan massa.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin