36. Traitors

493 79 8
                                    

Arsen tinggi dan kuat, selain itu Lavi punya alasan mengapa dia tidak melawan saat bahunya dirangkul dengan erat.

Pria itu sekarang sengaja memberitahu semua orang hubungan mereka dengan tindakannya. Karena Lavi selalu menjaga sikapnya di depan orang lain, kesempatan untuk melakukan ini merupakan senjata besar bagi Arsen untuk menekannya. Lavi tentu tidak punya alasan untuk menolak kecuali dia ingin dikecam di depan orang banyak.

Dia tidak menatap Arsen, yang sedang memilih beberapa kue lagi dan memiliki banyak keinginan aneh seperti meminta banyak cokelat atau gula bubuk.

Ketika wanita itu memberikan satu kotak kue-kue pada Lavi, dia kebingungan.

Arsen melengkungkan bibirnya dan memerintahkan, "Aku ingin membeli es serut dan akan kesulitan memegang semuanya. Bawakan itu untukku."

Lavi mengambil kotak kue itu dan berjalan mendekatinya.

Es serut yang dipesannya sama seperti es yang dibuatkan oleh Ogima beberapa hari yang lalu. Selain memesan minuman itu, Arsen juga pergi ke kedai lain untuk membeli beberapa manisan buah dalam porsi besar, lalu membeli permen gula dan jagung bakar manis.

Semua porsi makanan itu memiliki kadar gula yang tinggi, memakannya di malam hari tidak akan baik untuk pencernaan.

"Perutmu bisa sakit jika memakannya terlalu banyak." Lavi mengingatkannya.

"Aku akan membaginya padamu sebagian." Mulut Arsen penuh menggembung, lalu detik berikutnya teringat bahwa Lavi tidak terlalu suka manis. "Ada yang ingin kau makan? Biar tuan ini yang membelikannya untukmu."

Entah mengapa setiap kali Arsen menyebut dirinya sebagai 'tuan ini', itu membuat telinganya merasa aneh. Seolah-olah sebutan itu merupakan kebanggaan dan bermaksud menekankan bahwa Arsen berada di atasnya.

Dia mengambil botol bambu dari pinggangnya dan memberikannya pada Arsen.

"Minumlah air ini."

"Huh?" Arsen memasang tampang bingung.

Lavi melirik meja kosong di bawah pohon cherry. "Tapi sebelum itu duduklah di sana."

Sebuah tawa rendah keluar dari bibir Arsen. "Kau sedang memerintah tuan ini?"

Dengan datar, Lavi menjawab, "Pelayan ini tidak berani."

Hal itu menimbulkan tawa Arsen meledak di kesunyian yang jauh dari keramaian orang-orang. Para pedagang di sekitarnya melihat kembali dua orang itu dan dipaksa melihat gelembung-gelembung merah muda.

"Mungkin sebenarnya kau sangat perhatian dengan tuan ini. Apakah kau mulai mencintaiku?" goda Arsen terang-terangan.

Lavi belum sempat menjawab, namun seorang wanita paruh baya tiba-tiba berteriak sambil melambaikan tangan ke arah mereka. "Mampir ke sini, Tuan-tuan. Yang ini baru matang."

Merasa terganggu, Arsen menatap wanita tua itu, ekspresinya berubah gelap dan dingin. Wanita itu segera sadar bahwa dia membuat kesalahan dan segera menunduk. Dia mengira Arsen akan memarahinya mengingat rumor buruk yang berkata bahwa tuan muda mereka sangat kejam dan mudah tersinggung, tapi alih-alih dia melihat pemuda itu pergi ke tempat lain.

"Daging apa ini?" Lavi menunjuk sebuah daging yang sedang dipanggang di api dan menguarkan bau yang sedap.

Wanita itu terbata-bata menjawab, "I-Itu daging ayam, Tuan. Kalau kau tidak suka, kau boleh menunggu dan akan kupanggangkan daging sapi atau kelinci untukmu."

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang