9. Brothers Reunited I

1K 142 9
                                    

Perpustakaan istana Bathara berada di ruangan yang jauh dari koridor utama. Pada saat Lavi berjalan lambat menuju ke sana, dia membutuhkan waktu lima belas menit.

Siang itu suasana hatinya sama sekali tidak baik, terlebih setelah bagaimana percakapan antara dirinya dan Arsen berakhir tadi malam. Ini pertama kalinya Lavi menghadapi sifat yang lain dari pria blonde itu. Setelah memperkosanya secara paksa dalam keadaan marah, Arsen bahkan meninggalkannya, yang setengah telanjang di malam dingin dengan tangan terborgol. Arsen memang terlihat sangat kesal bahkan sempat membanting pintu kamarMelihat bagaimana reaksinya, tuan muda egois itu pasti telah menemukan sesuatu yang baru.

Untunglah di tengah kemarahan itu, Arsen masih memiliki hati mengirimkan pelayan untuk membuka borgolnya, membiarkannya menunjukkan sisinya yang lemah pada pelayan itu.

Sungguh menurunkan harga diri.

Tumpukan buku usang tiba-tiba ditaruh di atas meja, mengagetkan Lavi, pria paruh baya tersenyum tipis di balik lima tumpukan buku, "Ada yang kau butuhkan lagi, Tuan Lavi?"

"Apa ini sudah semuanya?" Setelah melontarkan pertanyaan itu Lavi tersadar akan sesuatu. "Paman Ogima, bagaimana mungkin kau memanggilku dengan cara seperti itu? Tidak bisakah kau memanggilku seperti sedang memanggil anakmu sendiri?"

Nada yang mengalun lembut di mulut anak muda itu membuat Ogima tersenyum, garis kerutan di wajahnya yang tua nampak bercabang seperti akar pohon muda.

"Kau adalah jenderal perang yang kuat, tidak sopan bagiku memanggil namamu dengan bebas," katanya.

"Kau mengasuhku sejak kecil, membantuku membaca dan belajar, kau sudah seperti ayahku sendiri. Jabatan yang kumiliki hanya nama, bukan berarti aku bisa memanfaatkannya untuk terlihat tinggi di hadapanmu."

Lelaki yang menjaga perpustakaan Bathara itu tampak tak keberatan. "Melihat anak angkat menjadi jenderal, bukankah wajar jika aku ingin memanggilnya dengan hormat pula?"

Lavi menatap wajah penuh ketulusan lelaki itu, tidak ingin melanjutkan debat tak berguna mereka, menggulir satu lembar buku.

"Nah, katakan pada lelaki tua ini sekarang, kenapa kau tiba-tiba peduli dengan beberapa nama klan terbuang?"

"Bolehkah aku tidak menjawab?" tanya Lavi dengan serius, matanya tidak main-main.

Wajah yang ditunjukkan pria di hadapannya adalah perpaduan ekspresi kaget dan geli. "Kau benar-benar punya mata yang tajam. Aku merasa menggigil ketakutan."

Lavi tersenyum tipis dan lembut. Bahunya ditepuk.

"Baiklah, aku tidak akan mengganggumu, tapi aku ada di mejaku jika kau butuh sesuatu. Panggil nama pamanmu ini tiga kali dengan lantang, oke?"

Sepeninggal Ogima, Lavi tidak membuang banyak waktu untuk membuka seluruh lembar buku dan membacanya dengan serius. Dulu, buku-buku itu tidak pernah begitu menarik perhatiannya karena sebagian besar isinya mungkin akan membuat ingatan buruknya terungkap kembali. Hanya karena Arsen tiba-tiba mengungkit tentang Nero dan Karna memiliki konspirasi, Lavi menjadi penasaran akan hal itu.

Apakah mungkin Arsen tahu lebih banyak informasi dari buku-buku ini?

Sebagian besar buku-buku itu hanya menceritakan bagaimana pemberontakan terjadi serta beberapa nama klan yang akhirnya dibubarkan. Beberapa pengikut dari klan-klan itu diminta untuk mengikuti salah satu dari empat klan yang berdiri jika masih ingin hidup bebas. Tidak ada disebutkan nama pemberontak dan yang lainnya, informasi ini hanya secara garis besar. Satu jam kemudian Lavi benar-benar tidak menemukan informasi apa pun tentang kakaknya. Bahkan Nero sekalipun.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang