23. Informations

562 91 10
                                    

Di ruang utama ruang pertemuan di istana Bathara, Davion sedang membahas masalah besar yang terjadi di wilayah Klan Agura tadi malam. Bersama para tetua yang duduk pada masing-masing kursi yang mengelilingi meja, mereka memutuskan untuk mengadakan rapat penting dan tindakan penanggulangan desa. Penn Askara kebetulan tidak hadir dan berada di kerajaan besarnya.

Para pemimpin klan yang tidak hadir, telah lebih dulu mengatur pasukannya dan bahu membahu untuk membantu membereskan kekacauan di Klan Agura. Setidaknya bisa memberi sedikit dukungan moril pada situasi kacau balau yang tak terkatakan ini.

Mereka semua secara khusus meminta Davion berkunjung setelah keadaan aman dan terkendali. Maka dari itu, Davion memilih kesempatan ini untuk merapatkan beberapa hal.

"Kerusakan yang disebabkan Nero kali ini lebih besar dari yang dibayangkan." Satu-satunya wanita di antara para tetua di ruangan itu berujar. "Ada lebih dari dua orang penyusup yang menyamar di Klan Agura malam itu."

Bisa dipastikan bagaimana kemarahan Nituna hari itu, sejak dia mendapatkan kabar, dia tidak tidur semalaman dan berniat untuk pergi ke Klan Agura di malam hari, tapi para pengawalnya sekuat tenaga menahannya.

Hebil menatap Nituna dengan wajah yang sama. "Nero sepertinya memang tidak main-main, 'kan? Ini bukan sebuah ancaman lagi. Pemberontakan bisa terulang kapan saja."

Pemikiran itu bahkan jauh lebih buruk.

Nituna terdiam sejenak sambil menatap ke arah Davion dan melihat pria berambut blonde itu tengah termenung. Awalnya Nituna mengira bahwa pria yang terkenal bijaksana itu sedang memikirkan sesuatu, maka dia mencoba memancingnya. "Berapa buronan yang sudah tertangkap, Davion?"

"Sekitar 21 orang."

Nituna tidak suka dengan jawaban itu. "Untuk buronan Bathara saja?"

Seperti yang sudah diduganya, Davion menggeleng.

"Berapa buronan Bathara yang kau dapatkan? Apakah para ahli pedang itu tidak bisa bekerja?!" Wanita itu bertanya dengan nada yang hampir meledak.

Davion menjawab paruh pertama pertanyaannya, "Delapan orang."

"Delapan?!" Nituna tidak bisa menahan kemarahannya lagi. "Bathara punya lebih dari ratusan tahanan!"

Semua orang di sana tidak ada yang tahan dengan teriakan wanita, tapi tidak bisa berbuat banyak karena kejadian ini hampir membuat mereka semua terpukul.

"Apa yang sebenarnya dilakukan para ahli pedang itu? Berekreasi? Kerja mereka sangat lamban!"

Terdengar kekehan dari samping kirinya, Nituna mengerling jengkel. Hebil berkata padanya, "Ya, mau bagaimana lagi. Para pengawal itu baru bergerak beberapa hari yang lalu, bukan?"

"Bukan begitu maksudku, buronan Bathara hanya segelintir orang dari beberapa klan kecil. Seharusnya prajurit sebanyak itu cukup mudah menangkap mereka."

Apa yang dikatakan Nituna benar, penjara bawah tanah Bathara hanya menahan beberapa kelompok kecil dari klan yang terbuang. Mereka berasal dari klan pemberontak yang menolak penggusuran wilayah yang dilakukan dewan tetua beberapa tahun silam. Pada saat itu para tetua mengusulkan penggabungan wilayah, dan membagi empat klan besar dengan masing-masing tanah yang diperluas.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang