38. Narrow Warehouse

542 82 5
                                    

"Maaf?"

Arsen merasa bahwa dia baru saja mendengar sebuah lelucon yang tidak membuatnya tertawa.

Tangannya terangkat untuk meraih pakaian depan Lavi, menariknya hingga lelaki itu mendongak menatap matanya yang dingin. Tidak akan ada pengampunan bagi yang bersikap tidak sopan pada seorang tuan muda. Arsen telah banyak memberikan kelonggaran pada Lavi berkali-kali dan saat ini dia sangat berpegang teguh pada hak istimewanya dan ingin menghukum anak anjing ini.

"Berapa kali kau harus menguji kesabaranku?" Arsen memelototinya dari atas.

Seumur hidupnya, Lavi hampir tidak memiliki ketakutan, bahkan ketika menghadapi kematian, jadi dia hanya balas menatap ke atas dengan tatapan yang sama dari waktu ke waktu.

Ini membuat emosi Arsen memuncak. "Ikut aku."

Kain bajunya ditarik dan dia terhuyung mengikuti tangan kuat itu pergi ke arah lain. Arsen menarik bajunya sampai bahunya terlihat dan diserbu dinginnya angin malam. Lavi sedikit menggigil.

Pintu kayu sebuah gudang ditendang hingga engselnya rusak. Suara berderit dari pintu itu terdengar buruk saat ditutup kembali. Lavi dilempar ke tanah yang penuh dengan peralatan berkebun. Siku dan lututnya tergores kayu tajam.

Lavi sudah menebak alur kejadian ini, sehingga dia membiarkan dirinya duduk dengan bahu yang terbuka.

Pemandangan ini tidak membuat tuan muda itu senang, dia membuang pandangannya sambil berdecih ketika melihat bahunya dan menendang kaleng di depannya. Bunyinya sangat ribut. Tidak mungkin jika tidak ada yang mendengarnya di luar sana.

"Kau masih berani untuk mengabaikanku?" Pertama-tama Arsen bertanya dengan nada lunak.

Akan tetapi Lavi tidak menjawab.

"Kau memang berani! Lihat apa yang akan kulakukan padamu."

Arsen meludahkan air liurnya ke tanah sambil mendengus. Dia berjongkok, melipat kedua tangan di atas lutut, menatap mata Lavi yang sejajar dengan pandangannya. Ekspresinya tidak biasa, yang dengan kata lain benar-benar terlihat marah dan sedang berusaha menahannya.

Pipi Lavi dicengkeram kuat.

"Kau telah berbuat seenakmu karena aku bersikap lunak. Ingin kuajarkan bagaimana cara bersikap lebih baik?"

Kepala Lavi yang tegak menantang, segera menunduk untuk mengisyaratkan rasa bersalahnya sekali lagi, kali ini diikuti dengan perasaan kesal yang tertahan.

"Aku hanya tidak menyukainya," kata Lavi dengan suara serupa bisikan. "Aku tidak bisa mendengar sebuah kalimat yang buruk ...."

Dia terdiam sesaat, akhirnya melanjutkan kalimatnya:

"Aku tidak menyukai orang yang berbicara buruk tentangmu."

Arsen terkejut sedikit, ekspresi marah yang berkobar di matanya padam seperti bintik-bintik yang redup. Sebelum dia memahami arti kalimat itu, pertama-tama dia memutar kejadian di depan kedai, melihat dua orang pedagang tua menunduk dengan ketakutan, di depan mereka berdiri Lavi yang sedang marah dan meledak. "Bicara buruk?"

Pertanyaan itu diucapkan dengan nada yang halus, seolah-olah tidak akan menembus ruang sempit itu.

Arsen mendesaknya lagi, "Apa yang mereka katakan tentangku?"

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang