-11-

4.8K 566 11
                                    

Merebahkan tubuhnya bermalas-malasan di hari Minggu ini, Rou begitu bersyukur jika ia berhasil melewati shift malamnya itu, meskipun ia harus keluar nanti untuk membeli perlengkapan kulkasnya yang sudah kosong melompong ia mencoba untuk rileks.

Tapi Rou tetaplah Rou yang tidak bisa membiarkan sesuatu yang sudah ia rencanakan ditunda lebih lama karena ia akan terus memikirkannya dan dengan berat hati ia harus bersiap untuk pergi.

"Aku harus ke rumah dokter Scoot dulu." Ucapnya dengan tidak semangat.

Bagaimana tidak dompet kartunya tertinggal disana, bagaimana bisa? Ia juga tidak tahu, ia menyadarinya dua hari yang lalu tapi ia tidak berniat untuk menjemputnya kala itu merasa jika uangnya masih cukup, sekarang ia butuh ATM nya untuk belanja karena uang di dompetnya sudah tinggal sedikit.

Ia menarik kertas daftar belanja yang ia tulis semalam di pintu kulkas sebelum akhirnya pergi berangkat ke rumah pria itu menggunakan taksi.

"Tunggu sebentar sir, aku hanya akan mengambil dompet." Ucapnya pada taksi yang ia naiki kurang lebih lima belas menit yang lalu, lagipula ia harus memiliki alasan untuk langsung pergi nanti jika saja pria itu mengajaknya berbicara tapi ia meragukan itu mengingat karakter dokter Scott.

Ia tidak menekan bel rumah pria itu karena pintunya setengah terbuka seperti ditutup terburu-buru dan Rou berjalan masuk begitu saja tidak tahu jika seorang wanita menyipit menatap kelakuannya itu dari belakangnya yang baru saja turun dari mobil Van nya.

Wanita tua itu melirik taksi kuning yang parkir tepat didepan rumah Carter kemudian berjalan kearah wanita yang ia tidak kenal itu kini sudah masuk dulu.

"Aaaa!!" Ia terbelalak kaget mendengar jeritan perempuan tadi dari dalam rumah anaknya dan itu membuat dirinya langsung berjalan cepat.

**

Rou memasuki rumah yang terkesan homies itu dengan pelan bahkan ia berniat untuk mencarinya tanpa sepengetahuan pria itu tapi itu tidak mungkin karena rumah itu bukan rumahnya ia bisa dianggap pencuri.

Ia mendengar suara aneh dari ruang tamu, mungkin pria itu disitu dan dengan semangat ia mendatanginya dengan menarik nafas terlebih dulu.

Tapi semakin ia mendekat suara lenguhan itu semakin membuatnya merinding, ia tetap mencoba positif apalagi ia mendengar hanya lenguhan pria mungkin ia sedang olahraga.

Baru beberapa saat ia memikirkan itu, matanya terbelalak mendapati dua orang pria yang entah bagaimana posisinya yang jelas ia paham mereka sedang melakukan apa, ia ingin kabur tapi kakinya lemas melihat kenyataan didepannya.

Tasnya terjatuh karena tangannya tak sanggup memegangi nya lebih lama lagi dan oleh suara kecil itu mata pria yang ia kenal menatap ke arah dirinya.

Dokter Scott ikut terbelalak, dan melepaskan pelukannya dari pria satunya lagi.

Tapi Coco sudah terlalu syok.

"Aaaa!!" Ia berteriak sambil berbalik untuk mengambil langkah seribu.

Bughh..

Tidak sempat ia pergi jauh ia menabrak wanita yang baru datang di belakangnya dan mereka sama-sama jatuh diikuti saling mengaduh.

***

Carter melirik pesan dari pria itu yang akan datang hari ini mengambil beberapa barangnya yang tertinggal, ia mendengus membayangkan berapa kali ia harus melakukan scene seperti ini setiap kali ia putus dengan kekasihnya.

Padahal ia baru saja ingin menghubungi pria itu untuk berbicara tapi Derrek sudah memberikan kode sekeras itu, ia bisa apa.

Dengan lunglai ia berjalan ke kamarnya mencoba menyiapkan barang-barang pria itu meski malas ia berhasil menyelesaikannya dalam waktu sepuluh menit karena barangnya tidak begitu banyak hanya satu tas sedang kemudian matanya menangkap dompet hitam kecil segi empat di sudut sofa yang jarang ia duduki.

Ia mengambilnya mencoba memeriksa karena setahunya Derrek maupun ia tidak memiliki dompet yang tidak memiliki brand seperti itu.

Ia mendengus setelah memriksa milik siapa itu, sebuah kartu identitas dan juga beberapa kartu penting terletak begitu saja.

Ia langsung memikirkan ekspresi wanita itu yang tidak berani menanyakan padanya dan menderita.

Ding Dong.

Ia meletakkan kembali dompet itu diatas meja membawa tas milik Derrek karena ia yakin itu pasti pria itu dan benar saja ketika ia membukakan pintu pria itu berdiri disana dengan wajah datarnya.

Ia tersenyum pahit.

Carter menyuruhnya masuk awalnya Derrek menolak tapi ia menyuruh pria itu mengambil tasnya sendiri dan disinilah Derrek duduk di sofa kesayangan mereka dulu.

"How have you been?" Ia membuka percakapan menghindangkan segelas jus jeruk.

"Belum pernah sebaik ini." Pria itu menjawab enteng mengacuhkan tatapan terluka Carter.

"Tentu saja, karena kau akan menikahi artis papan atas bukan, aku tidak pernah tahu jika kau bisa tertarik pada perempuan," Carter tidak merencanakan olok-olokan nya itu, tapi hatinya langsung memanas mendengar jika pria itu bahagia berbanding dengan dirinya yang uring-uringan.

"Aku tidak ingin membahas itu, aku pergi sekarang." Derrek menarik tas pakaian miliknya itu berjalan menuju pintu depan.

Berharap lekas pergi dari rumah yang memberikan banyak kenangan untuknya tapi sebelum ia berhasil membuka lebar pintu itu, tangannya di tarik paksa untuk mundur.

"Lepaskan aku!" Ia membentak pria yang menariknya itu. Dan dengan sekali hentakan ia berhasil terlepas.

"Jangan lakukan ini." Ia berkata dengan sedikit kecewa.

Carter berbalik menatap dalam mata biru pria berkacamata itu ia menarik tengkuknya dengan paksa.

Dan Derrek mencoba berontak tapi akhirnya pria itu sedikit melemah, ia menyeringai mengetahui jika pria dipelukannya itu masih menyimpan rasa untuknya.

Suara barang jatuh mengusik telinganya membuat dirinya menatap darimana suaran itu berasal, ia terbelalak kaget menemukan jika wanita yang tidak asing berdiri disana menatap dirinya dengan begitu terkejut bahkan memebekap mulutnya sendiri.

Dengan sigap ia mendorong Derrek mencoba memberikan penjelasan tapi wanita itu sudah berteriak dengan kencang dan mencoba berlari.

Ia mencoba mengejar dan menemukan dua wanita sudah jatuh terduduk didepannya saling mengaduh kesakitan, ia membuang nafas kasar memegangi dahinya.

Kemudian berjalan menolong wanita itu dan ibunya bergantian.

"Ada apa ini?" Ibunya bertanya keheranan masih sedikit meringis.

Rou yang tidak sanggup berkata apapun hanya memang wajah ingin menangis, wanita itu terlalu kaget.

"Tante." Derrek keluar membawa tasnya, ibunya mengenal pria itu sebagai teman dari dirinya.

"What's wrong? Kenapa wanita ini berteriak?" Wanita itu masih membutuhkan penjelasan melihat wanita didepannya membung muka menyembunyikan hidungnya yang sudah memerah menahan tangis.

Carter tidak bisa mengelak lagi, ia harus memilih jalan keluarnya sendiri.

"Dia salah paham melihat aku dan Derrek yang terlihat sedang berciuman padahal aku hanya meniup matanya yang kemasukan debu." Ia dengan lancar mengucapkan kalimat itu.

Rou langsung memberikan tatapan 'seriously?'

Ibunya mengangkat alisnya, "kenapa dia harus salah paham?"

Carter mengutuk mulutnya yang akan mengeluarkan kalimat itu.

"She is my wife, Mom."

"What!!" Rou Dan Wanita itu sama-sama berteriak mengatakan kata itu.

Sang ibu berteriak karena kaget dengan kabar yang tidak terduga. Sedangkan Rou kaget mengetahui wanita yang ia sikut hingga tejatuh adalah ibu mertuanya.

Baby With Problem [END]Where stories live. Discover now