-17-

4.7K 565 11
                                    

Carter tidak tahu apa alasan suster yang terkenal genit itu memasuki ruangannya, ok, ia tahu kenapa tapi ia tidak tahu akal sehat suster itu masih ada atau tidak.

Karena semenjak ia mengumumkan pernikahannya tidak ada satu Suter lagi yang dermawan untuk menawarkan kehangatan dan itu adalah salah satu alasannya menarik Rou kedalam hidupnya.

"Hi dok." Ujarnya dengan nada manja.

Ia tidak menjawab berusaha tidak melirik rok yang terlalu pendek dan kemeja kerah rendah wanita itu.

Wanita itu benar-benar siap berperang.

"Ada yang bisa saya bantu suster Mia?" Ia berusaha formal meski tidak sesuai dengan atmosfer yang wanita itu ciptakan.

"Bolehkah aku memilikimu?" Tawarnya mengigit bibirnya yang sengaja ia pakaikan lipstik merah, Carter besok harus protes pada kepala rumah sakit karena membiarkan lipstik merah itu lulus sensor.

Tentu saja Carter hanya bisa merinding setelah mendengar kalimat yang tidak pernah ia dengar lagi itu hampir tiga bulan lebih. Wanita yang sering menggodanya selalu mengatakan itu dulu sebut saja seperti kode.

"Pintu keluar ada disebelah sana."

Ia berusaha sekuat tenaga menahan diri karena wanita itu mengeluarkan bau parfum yang cukup menggoda dan terasa menyengat ketika wanita itu menipiskan jarak mereka.

"Please dok, untuk terakhir kalinya." Wanita itu mulai mendekati dan melepaskan kemejanya yang memang sudah terlihat berantakan karena menyusun laporan.

Carter tidak menjawab.
Ia hanya menatap kosong pintu kantornya.

Teringat Rou yang menjauhi dirinya seminggu ini, bahkan ia tidak memiliki kesempatan untuk meminta jatahnya.

Kenapa ia harus mengingat itu saat ini, kepalanya berputar mungkin karena parfum itu terlalu memabukkan dan ia juga kesepian. Carter itu sangat mudah digoda tapi ketika ia melakoni aksinya ia langsung kehilangan semangatnya mungkin hanya Rou satu-satunya orang yang pernah tidur dengannya lebih dari tiga kali.

Ceklek

Bagai disiram air es, ia kembali ke dunia nyata melihat wanita yang baru saja ia pikirkan berdiri di sana dengan ekspresi terkejutnya.

Carter mengumpat dalam hati.

"Apa kau sudah gila!!"

Ia merasakan sedikit tamparan lembaran kertas melayang ke bahunya yang entah sejak kapan sudah terekspos.

Matanya menangkap kemarahan di wajah Rou, ia bukannya merasa bersalah malah merasa lega begitu saja.

Mengapa? Carter tidak mau tahu.

"Nona Rou." Perawat itu langsung  melepaskan diri dan mengambil jalan mundur tiba-tiba.

"Get lost!" Rou mengeram membuat sang perawat itu merinding ketakutan  kemudian pergi dengan secepat kilat meninggalkan dirinya dan juga Carter yang dengan santainya mengancing kemeja.

Ia masih memperhatikan pria itu lekat lekat dengan ekspresi yang ia sendiri tidak tahu apa. Ia masih syok dengan kabar kehamilannya sekarang ia terkena double attack dari pria didepannya.

"Apakah kamu sering melakukan ini?" Rou seharusnya tidak boleh bertanya karena itu hanya akan melukai hatinya sendiri.

"Yeah." Pria itu menjawab biasa saja.

"Selama kita menikah berapa kali?" Ia mengepalkan tinjunya, jika pria itu menjawab maka diantara mereka harus ada yang mati hari ini.

Carter memasang wajah berpikir dan itu menaikkan emosi Rou ia tahu dan ia melihatnya oleh karena itu ia merasa terhibur dan mencoba memasang ekspresi yang lebih meyakinkan lagi. Namun ketika ia dapat melihat mata wanita itu mulai ada genangan ia akhirnya milih untuk mengakhiri saja. Padahal ia masih mau bermain.

Baby With Problem [END]Where stories live. Discover now