-33-

5.8K 620 11
                                    

"Carter! Bisakah kau memegang Kayden dulu dan melihat Killian tidur. Aku akan mengganti popok Kellan dulu." Masih pagi Dixie sudah berteriak memekakkan telinga Carter. Ia baru saja selesai ganti pakaian untuk berangkat kerja dan adiknya itu cari gara-gara.

Bagaimana kalau kemejanya kusut.

Ah, tapi karena mereka anaknya maka Carter menghempaskan pemikiran egois itu.

Ia mengangkat Kayden ke gendongannya. Ia meringis. Diantara tiga putra kembarnya bayi digendongnya itu lebih berat.

"Kenapa kau berat sekali?" Gerutunya setengah bercanda.

"Berhenti melakukan body shaming terhadap keponakanku Carter!" Dixie tiba-tiba saja muncul dengan Kellan yang masih telanjang bulat.

Pria itu mendengus. "Dia tidak akan mengerti." Jawabnya ogah-ogahan.

Dixie memutar matanya jengah. Ia meletakkan bayi mungil itu di atas tempat tidur dan memakaikan popoknya dengan sigap. Entah sejak kapan ia mahir.

"Btw, hari ini aku tidak bisa menjaga mereka." Ujar Dixie kemudian.

"Kenapa?" Carter penasaran sembari meletakkan bayi beratnya yang sudah terlelap itu.

"Mom menyuruhku untuk menggantikannya ke acara penting." Akunya, mengingat ibunya itu masih harus menipiskan waktu gathering nya.

Carter terdiam.

Ibu mertuanya sedang di Colorado semenjak seminggu yang lalu dan ia belum menemukan babysitter untuk mereka.

"Bawa saja ke rumah sakit." Memahami ekspresi pria itu Dixie memberikn solusi yang membuat Carter tersedak.

Itu bukan pilihan yang bagus. Rumah sakit adalah tempat kerjanya dan disana juga tidak ada yang mengurus.

"Kau sudah gila?" Katanya sakratis.

Dixie memukul bahu saudaranya itu. "Berhentilah mengucapkan kata-kata kasar didepan anakmu. Bisa-bisa mereka akan tumbuh seperti dirimu."

Carter mengangguk setengah hati. Tapi tetap saja. Ia tidak mungkin membawa mereka.

"Tinggalkan saja di kamar Rou dan minta tolong pada perawatnya untuk sesekali memeriksa mereka." Dixie memberikan solusi.

Carter menemukan jalan keluar dan Dixie ternyata bukan orang bodoh.

"Ternyata kepala kosongmu itu berguna juga." Ujarnya mendapat pukulan selanjutnya.

"Bisakah kau berhenti menguji kesabaran ku Carter. " Deliknya.

Dan pria itu tertawa lepas.

.
.

***

.
.

Carter menyesali keputusannya. Baru satu menit ia berjalan memasuki rumah sakit Hayden dengan baby stroller ia langsung mendapat perhatian. Seharusnya ia sadar jika saran dari Dixie tetap tidak masuk akal tapi ini sudah terlanjur.

Ia mendorong stroller itu menuju meja administrasi menemukan perawat Laila yang terlihat antusias melihat bayi-bayi menggemaskan miliknya yang terlihat tidak kompak. Ada yang tidur dan ada yang bermain sendiri bahkan ada yang menggigit jari kakinya sendiri.

"Bisa tolong sampaikan pada dokter Bryce kalau jadwal operasi hari ini pindah ke malam." Pintanya pada Laila mengabaikan para perawat yang rasanya semakin mendekat mengerumuni dan berbisik-bisik.

"Ok dok." Suster itu menuliskan di memo dan setelahnya Carter berjalan menjauh menuju lift meninggalkan kecanggungan itu.

Sesampainya di ruangan VVIP dimana Rou di rawat. "Say hello to mom." Ujarnya menarik perhatian mereka.

Baby With Problem [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu