-16-

4.7K 557 22
                                    

Karena keributan itu terjadi saat dini hark maka mereka akan di introgasi pagi saja setelah serapan, dan disinilah Rou duduk disebelah suaminya dengan pakaian rapi mereka yang akan langsung berangkat bekerja.

Di depan mereka ada Dixie dan pria yang wajahnya sudah bonyok disana-sini.

"Aku sudah mendengarnya semalam tapi perbuatan kalian tidak bisa dibiarkan begitu saja." Tuan Frank benar-benar tidak suka dengan apa yang tadi malam ia lihat di dapur miliknya setelah mendengar keributan yang menggangu tidurnya.

"Carter, kamu tahu sebaiknya tidak memukul orang sembarangan mengingat kamu labih tahu betapa berharganya kesehatan itu."

Rou melirik pria itu yang menunduk didekatnya itu mengasihani dalam hati karena Carter tidak benar-benar bersalah.

"And Dixie-"

"Dad! Carter yang datang begitu saja dengan pelacurnya mengganggu kami."

"Shut up!" Uncle Frank mengejutkan semua orang dengan suara menggelegar miliknya.

"Berani sekali kamu memanggil istri kakak laki-laki mu sebagai seorang pelacur!" Urat-urat kemarahan tercetak jelas di leher pria berusia hampir tujuh puluhan itu.

Dixie menampilkan ekspresi terkejutnya "but-"

"Dixie! Apologize!"

Wanita itu menyipit tidak terima.

"Dear, Dixie tidak perlu minta maaf dia hanya tidak tahu." Elizabeth mencoba menenangkan suaminya.

"Dia harus meminta maaf, meminta maaf pada banyak hal." Pria itu menunjukkan kewibawaannya yang membuat Elizabeth tidak bisa melakukan apapun selain tutup mulut.

"Mulai sekarang kau tidak boleh berlibur dengan teman-teman mu ini, dan jangan pernah bawa mereka lagi ke rumah ku lagi! Kartu kreditmu dad sita dan masuk ke kamarmu sekarang juga !"

Dixie sedikit berlinang air mata.

"Dear-"

"Lakukan sekarang Dixie! Dan kalian bubar."

Dixie berlari menuju kamarnya setelah itu Uncle Frank beranjak pergi diikuti yang lain menyisakan ia dan Carter.

"Are you ok?" Ia tidak ingin bertanya tapi kalau bukan karena ia yang meminta ditemani ke dapur semalam maka ini tidak akan terjadi.

"I'm fine, Ayo kita pergi sekarang."

***

Hubungannya dengan adik iparnya itu sepertinya tidak akan membaik dalam waktu lama, bahkan sudah dua bulan Rou tinggal disana wanita yang bernama Dixie itu tidak pernah menganggap keberadaan dirinya sama sekali.

Seperti saat ini ketika mereka sedang menikmati barbeque di halaman belakang ia dan Dixie bertugas untuk membuat saus dan Dixie sama sekali tidak berniat melakukan apapun dan hanya berdiri saja disana dengan wajah ogah-ogahan.

Rou yang memang berkarakter stay cool juga terlihat tidak ambil pusing dengan tingkah kekanak-kanakan wanita seumuran dirinya itu.

"Hei!" Hingga akhirnya Dixie yang tidak tahan sendiri.

Rou tau jika Dixie memanggilnya tapi ia punya nama makanya ia mencoba berpura-pura tidak mendengar.

"Apa kau tuli?!" Dixie cari masalah.

"Aku punya nama." Rou masih menyibukkan dirinya dengan sausnya.

Dixie menyeringai. "Ok." Jawabnya mencurigakan.

"Oi fatty." Ia memanggil dengan aksen Britania milik keluarga merek yang masih kental Karena ibu mertuanya berasal dari sana.

Bagai disambar geledek tentu saja telinganya dipanggil begitu, ia mendelik. "Apa kau bocah?" Ia balas menyindir.

Baby With Problem [END]Where stories live. Discover now