-25-

5K 545 4
                                    

Sangat mudah membaca ekspresi Rou karena wanita itu jarang menunjukkan raut perasaannya, dan Carter langsung menebak jika wanita itu terluka dengan ucapannya. Ia akan mengatakan kalau ia bercanda sampai-

"Baiklah."

Rou menyetujui ucapannya kemudian menoleh mencoba menyembunyikan matanya yang berlinang, wanita itu beranjak berdiri bersiap pergi tapi sebelum Rou benar-benar melakukannya ia menangkap tangan wanita itu menahannya kemudian menariknya agar kembali duduk.

"Aku hanya bercanda." Jelasnya tanpa melihat ekspresi Rou dan berpura-pura fokus pada pancingannya.

Rou tidak bergerak lagi, wanita itu memandang tangan kekar Carter yang masih memegang tangannya seolah takut jika ia kabur tiba-tiba. Ia menyelipkan jarinya disudut jari Carter kemudian memegang erat tangan pria itu.

Carter menoleh. "Ada apa ini?" Tanyanya jahil.

"Kau yang memegangnya duluan." Rou membuang muka malu, kemudian melepas genggamannya tapi Carter menahan agar jari Rou tetap menaut padanya.

"Karena aku yang memegangnya jadi aku yang berhak melepaskannya." Jelas pria itu terdengar tidak cocok keluar dari mulutnya, ingin rasanya ia menyumpalnya dengan ikan.

"Kenapa kalian sangat suka bermesraan di muka umum." Suara Dixie muncul tiba-tiba di belakang mereka membuat Rou melepaskan tangannya dengan sekali hentakan.

Carter biasa saja melanjutkan memancing dengan dua tangan mengabaikan Dixie yang masih menatap kesal.

"Ada apa?" Rou bertanya maksud wanita itu mendekat.

Dixie tidak menjawab kemudian mengambil duduk disebelah Rou dibawah payung wanita itu.

"Aku ingin curhat." Ujarnya tiba-tiba sukses membuat Carter dan Rou menoleh kearahnya.

"Kenapa kalian menatapku begitu?" Mendapat respon seperti itu ia tidak suka.

"Kau curhat? Tentu saja aku kaget." Carter berkata jujur tapi Rou tidak boleh mengikuti pria itu karena ia paham perasaan Dixie karena mereka sesama wanita.

"Apa yang ingin kau ceritakan?" Rou menghadapkan tubuhnya ke arah Dixie agar wanita itu merasa didengarkan.

Dixie menghela nafas panjang, kemudian menutup mukanya. "Aku sepertinya sedang datang bulan, dan lupa membawa tampon milikku."

Rou terlihat bodoh dengan ekspresinya. Sedangkan Carter melepaskan tawanya membahana membuat ayahnya sampai mendelik karena konsentrasi memancingnya terganggu.

"Kau...kau..." Carter melepaskan pancingannya melanjutkan tawanya dengan terbaring.

"Sialan. Jangan mengejekku." Dixie benar-benar malu.

Rou kemudian sadar dan langsung menyumpal mulut carter dengan tangannya. " Jangan pernah menyepelekan menstruasi dokter Carter." Ia mengancam.

Carter mengangguk masih menahan tawanya ia tahu tapi tetap saja merasa lucu dengan pengakuan Dixie.

"Aku akan menanyakan pada yang lain, tunggulah disini."

Rou sigap berdiri dengan cepat meninggalkan dua sosok adik kakak itu menuju kumpulan ibu-ibu yang sedang sibuk memasak makanan di dekat mobil.

Kini hanya Dixie dan Carter yang duduk berdampingan, Carter sudah kembali normal mencoba konsentrasi takut jika Dixie menghajarnya.

"Aku berbohong."

Pernyataan wanita itu membuat Carter menoleh.

"Aku hanya ingin bicara padamu."

Carter tahu ini pasti mengenai hal serius karena Dixie bukan tipe orang yang melakukan hal sebodoh ini jika hanya untuk perkara yang sepele.

Baby With Problem [END]Where stories live. Discover now