-19-

4.6K 545 8
                                    

Carter menuruni mobilnya dengan malas, ia tidak semangat bekerja hari ini membayangkan wajah wanita itu yang ia tebak akan menempel lagi padanya apalagi setelah mereka sama-sama tahu perihal kehamilan Rou. Ia merasa jika Rou akan memanfaatkan hal itu.

Mengingat itu ia harus menahan kekesalan lagi setelah semalaman ia mencoba menenangkan diri menjauhi wanita itu.

Carter hanya bisa mengadu dalam hati dengan wajah datarnya melihat wanita itu berdiri di meja informasi sepertinya sedang mengisi absensi, dan ia juga harus kesitu.

Ia melirik jam tangannya, masih pukul tujuh kenapa wanita itu cepat datang padahal ia memilih datang sepagi ini juga untuk menghindari Rou.

Wanita itu menyelesaikan absennya dan berbalik tentu saja Rou terlihat kaget meski hanya sebentar, ia tidak merespon melainkan memberikan wajah datarnya berharap wanita itu merasa bersalah.

Tapi itu hanya angan belaka karena Rou juga mengabaikan dirinya dengan berjalan melewati Carter begitu saja.

Ia tidak mau ambil pusing.

***

Rou meringis merasakan perutnya sedikit keram, wajahnya memucat dan keringat dingin tidak berhenti menetes belum lagi rasa pusing yang ia rasakan membuatnya hanya bisa meringkuk di sofa kantor mereka.

Ini sudah jam makan siang dan ia teringat jika ia belum memakan apapun yang benar dan baik sejak semalaman.

Ingin ia ke kantin tapi menggerakkan tubuhnya saja sakit.

"Rou, kamu kenapa?" Sierra yang datang untuk mengajak Rou berangkat bersama sangat terkejut melihat kondisi Rou yang benar-benar memucat dan terlihat menahan sakit.

"Apa yang terjadi? Apa yang sakit?" Wanita itu mencoba membuat Rou tetap sadar karena sepertinya wanita itu siap pingsan kapan saja.

"Aku kira ada yang salah dengan perutku." Ucapnya putus-putus.

Setelah itu Sierra langsung memanggil suster yang lain membawakan bed rolling mengangkut wanita itu ke unit gawat darurat.

Ia sedikit khawatir dan setelah Rou ditangani ia mengambil ponselnya menghubungi seseorang.

***

Lehernya begitu kering dan itulah alasan mengapa ia membuka matanya perlahan, meski awalnya tidak jelas ia akhirnya dapat membukanya dengan sempurna menatap botol infus diatasnya yang ia rasa miliknya karena tangannya begitu keram dan sakit.

Ia tumbang.

Rou yakin jika cepat atau lambat ia akan berakhir menjadi pasien mengingat betapa buruknya kebiasaan hidupnya belakangan.

Ia mendudukkan dirinya dan matanya langsung disambut sosok yang tidak asing berdiri di sana dan memberinya tatapan yang sangat ia benci.

Pria itu memegang catatan medisnya, dan ia tidak penasaran mendengar langsung darinya.

"Kenapa ahli gizi sepertimu bisa pingsan karena tidak makan?" Pria itu menunjukkan ekspresi ketidaksukaan.

"Aku haus." Rou tidak menjawab melainkan mengucapkan apa yang ia rasakan tapi karena Carter terlihat tidak mau mengambilkannya air maka Rou memilih untuk bergerak sendiri meski ia sedikit merasa kesakitan karena memaksakan tangannya yang di cucuk jarum mengangkat segelas air itu.

Seperti menemukan kenikmatan meminum air itu ia menghela nafas lega. Meletakkan kembali gelasnya kemudian mengambil posisi tertidur lagi, melihat pria itu sama sekali tidak memperbaiki apapun.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa seperti ini?" Carter memang khawatir melihat catatan medis Rou yang sedikit mengejutkannya.

"I am fine." Bukan Rou namanya jika ia tidak menyukai nada perhatian pria yang jelas-jelas tidak memperhatikannya dengan baik.

Baby With Problem [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora